Bagian 2

810 71 10
                                    

"Btw Jun kaki lo napa dah?" Tanya Travis saat Juna duduk di sebelahnya.

"Ga papa, cuma kelempar vas aja tadi sama bang Arka." Jawab Juna.

Melihat dari ekspresi wajah Juna ia terlihat baik-baik namun Travis ingin benar-benar memastikan jika bestinya itu baik-baik saja, "sakit banget emang?"

"Ngga juga sih, tapi sekalian ngerjain bang Arka, kapan lagi dia mau gendong-gendong gue kaya tadi," sahut Juna tertawa puas.

"Btw game stick lu baru ya, enak juga nih." Sambung Juna.

"Di beliin bang Daniel noh kemaren, soalnya yang lama di patahanin Justin"

"Bang Daniel Juna mau juga dong di beliin game stick kaya punya Travis," teriak Juna tiba-tiba.

"Dek kan punya dua abang napa masih minta sama orang lain?"  Heran Arka.

Juna hanya acuh dengan omongan Arka dan melanjutkan bermain game dengan Travis.

Pukul satu siang bontonya triple's A mulai merengek kelaparan, "Bang Daniel makan dong"

"Dek... Kan ada ada abang kog minta makan Daniel sih kayak anak terlantar aja"
Julid Arka yang geram dengan kelakuan adik bungsunya.

"Ya ga papa dong Juna kan adek gue juga, ya ga Jun?" Sahut Daniel.

"Yoiii." Jawab Juna bertos ria dengan Daniel.

Arka hampir saja melempar vas bunga ke arah Juna untuk yang kedua kalinya dalam sehari, namun niatnya ia urungkan karena jika adiknya bungusnya itu lecet di jual dia sama papanya.

"Udah ga ada perang di antara kita, btw pada mau makan apa nih?" Tanya Daniel.

"Pizzaa!!" Teriak empat anggota termuda mereka.

Setelah pesanan makanan mereka datang dan hari mulai sore TH memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing.

"Uhukk uhukk errhhh.."
Suara batuk Juna mengalihkan atensi Arvin yang sedang bermain ponsel dan Arka yang fokus menyetir mobil.

"Kenapa dek?" Tanya Arvin.

"Jangan jawab ga papa orang batuk-batuk gitu, semalem juga demam kan." Sahut Arka mendahului omongan Juna.

"Loh adek sakit ngga bilang-bilang,"

"Ga! Soalnya lu rempong kalo adek sakit." Lagi-lagi Arka yang menyahut.

"Gue ga nanya sama lo ya kungkang." Sewot Arvin.

"Berani ya lo ngatain gue." Sahut Arka tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan, ia masih mau hidup.

"Berantem aja teros sampe bumi jadi kotak kaya adudu." Seru Juna yang kesal dengan kedua saudaranya yang kalau udah adu mulut ngga ada habisnya.

Arka dan Arvin memutuskan berhenti berdebat, jika tidak maka bungsu mereka ngambek dan mereka juga yang kena imbasnya.

"Ya makanya kalo orang tua nanya tuh di jawab yang bener, kenapa? Sakit tenggorokannya?" Tanya ulang Arka.

"Dih ngaku kalo udah tua" julid Arvin.

"Mending lu diem deh daripada sepatu gue melayang kena pala lu" balas Arka.

Dan lagi kedua kakak beradik itu kembali berdebat, melupakan bungsu mereka yang hanya bisa menghela nafas panjang melihat kelakuan kakak-kakaknya.

Sesampainya mereka di rumah setelah perdebatan panjang, ternyata Juna telah tertidur di jok belakang.

"Bang, adek tidur tuh bangunin ngga?" Tanya Arvin.

Tanpa menjawab pertanyaan Arvin, Arka segera keluar dari kursi kemudi dan menghampiri Juna.

"Adek demam Vin," ujar Arka yang langsung membawa Juna dalam gendongannya, "kunci mobilnya biar adek gue yang bawa ke dalem sekalian bilang ke papa"

Mobil triple's Arka serahin ke Arvin dan segera membawa adek ke kamarnya, sebelum sampai kamar Arka udah teriak-teriak nyari papanya dan ajaibnya si adek ngga kebangun dari tidurnya.

Mendengar teriakan si sulung Leon jadi khawatir dan menuju kamar Juna sekaligus menghubungi adeknya, paman dari triple's sekaligus pemilik rumah sakit keluarga Aditya Rajasa.

"Bang, adek gimana?" Tanya Leon yang berjalan menuju ranjang Juna di ikuti Arvin di belakangnya.

"Demamnya tinggi banget pa, lebih tinggi dari semalem, maaf pa abang ngga bilang kalo adek sakit, semalem sempet demam tapi udah abang kasih obat terus tadi demannya udah turun, ngga tau bakal panas lagi." Ujar Arka menunduk, ia merasa bersalah tidak memberitahu keadaan adiknya dan malah mengajaknya bermain hingga demam adiknya balik lagi.

"Udah ga papa, lain kali jangan di ulang, entah abang, adek atau kakak yang sakit atau ada apa-apa bilang sama papa jangan pernah sembunyiin apapun dari papa ya boy's." Tutur Leon membuat hati Arka dan Arvin menghangat dan memeluk sang papa dengan perasaan haru, mereka bersyukur memiliki sosok papa yang selalu menjaga dan melindungi mereka.

"Widih malah pada main teletubbies, itu adeknya malah di biarin." Ujar Steven, pamannya triple's yang tadi di telfon Leon untuk mengecek kondisi bungsunya.

"Makanya om cepet nikah, punya anak biar ada yang peluk manjah." Arvin mode julid on.

"Engggghh berisik! Adek pusing!"
Teriakan Juna membubarkan acara julid perjulidan mereka.

"Astaga om sampe lupa kalo mau cek adek, maaf ya sini om periksa"

Setelah Steven cek kondisi Juna, kakak-kakaknya, papa dan juga om nya di buat kalang kabut oleh Juna yang ngga mau minum obat, ngga mau di suntik, ngga mau di infus.
Sebenarnya Juna buka tipikal orang yang susah minum obat, hanya saja perlu makan untuk minum obat dan Juna menolak untuk itu karena merasa mual, bahkan hanya dengan melihat makanan ia merasa mual.

"Adek makan dikit ya terus minum obat kalo ngga mau di suntik," bujuk Leon.

"Ngga mau pa, adek mual"

"Ya udah suntik aja ya" giliran Steven yang membujuk keponakannya.

"Ngga mau om, di suntik itu sakit kaya di gigit harimau " balas Juna dengan mata berkaca, ayolah Juna benci jarum suntik.

"Emang adek pernah di gigit harimau?" Tanya Arka, sekaligus colek om nya agar menyiapkan suntikan dan Arka berusaha buat adeknya fokus ke dia.

"Engga, tapi ya bayangin aja udah sakit"

"Kan cuma di bayangin dek, ngga sakit di suntik tuh cuma kaya di gigit semut" ujar Arka membuat Juna sepenuhnya fokus ke Arka.

"Semut apaan, semut Anaconda iya yang ge- Arghhhhhhh" belum selesai Juna menjawab Arka, suntikan telah masuk ke lengan Juna, agar tak berontak Arvin dan Leon memegangi Juna dengan erat.

Hingga Juna pundung dan berkahir ketiduran karena pengaruh obat.

"Adek cepet sembuh ya," ujar Arka dan mengelus kepala adeknya pelan agar Juna tak terusik, membenarkan selimut yang adeknya pakai dan berjalan pelan keluar kamar menghampiri papa, om dan adek keduanya yang mengobrol di ruang keluarga.

Hari sudah sore, Steven pamit untuk balik ke rumah sakit karena ada jadwal operasi malam nanti, ia sudah meninggalkan obat untuk Juna dan tak lupa meninggalkan vitamin untuk Leon dan anak-anaknya.

.....

Annyeonghaseo... Jangan lupa vote dan komen... Juseyoooo


TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang