Bagian 33

395 46 10
                                    

Happy reading sayang-sayangnya akuuu 🩷🫂
Jangan lupa vote dan komen juseyoooo 🩷🩷

.

.

.

Juna menerima satu lembar foto polaroid yang sedikit rusak dan gelang yang persis seperti miliknya dengan gemetar, gelang dengan tali hitam sedangkan miliknya bertali putih hanya ada satu pasang yang Juna tahu, hanya miliknya dan juga sang kembaran, gelang pemberian papa mereka dari mama mereka yang di buat saat usia kandungannya berumur tujuh bulan, gelang dengan manik berbentuk bola basket di tengahnya adalah tanda saat mengandung mereka sang mama mengidam melihat sang papa bermain basket setiap hari.

.

.

*Foto polaroid yang Juna terima

/Me,, edit sendiri, sorry kalo ga rapi hihihi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/Me,, edit sendiri, sorry kalo ga rapi hihihi....

*Gelang Couple Juna dan Eza

*Gelang Couple Juna dan Eza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/Picture by pinterest

.

.

"Eca?" David berujar lirih tanpa menatap Eza di depannya, ia menunduk bahkan air matanya telah menetes pada foto polaroid yang berisi foto mereka saat masih kecil.

"Eca beneran pulang?" Tatapan Juna kini beralih pada Eza yang tersenyum kearahnya.

"Humm Eca-nya Ajun udah pulang." Sahut Eza.

Tanpa menunggu lama Juna langsung mendekap Eza di depannya mendekap erat dengan perasaan takut akan kehilangan lagi, kembarannya telah kembali tak perduli jika sosok di depannya adalah sosok yang pernah membuatnya kesal karena terus menganggu nya, jika sebelumnya Juna ingin David pergi dari hidupnya tapi sekarang Juna membutuhkan David dalam hidupnya bukan sebagai David tapi sebagai Arkeza Carlo Aditya Rajasa.

Mengapa Juna langsung percaya jika David adalah Eza? Jawabannya ada pada foto polaroid, gelang, darah mereka yang sama dan Juna masih ingat jelas bekas luka di pelipis Eza, luka yang di dapat saat terjatuh dari pohon mangga saat ingin mengambilkan mangga untuk Juna, serta panggilan Eca dan Ajun panggilan sayang dari masing-masing yang hanya boleh di pakai mereka.

"Masih cengeng aja sii Ajun-nya Eca." Ujar Eza yang mengusap punggung kembarannya.

Perlakuan Eza bukan membuat Juna tenang malah semakin menangis keras, bukan karena ucapan Eza melainkan perlakuan Eza yang sama persis seperti dulu, Juna tak pernah terpikirkan jika ia masih bisa bertemu dengan kembarannya selama masih di dunia, Juna hanya takut akan pergi sebelum bertemu dengan kembarannya.

Hampir satu jam Juna menangis dalam dekapan Eza kini keduanya kembali duduk berdampingan di bawah pohon belimbing dengan satu cup es krim yang sudah meleleh di tangan masing-masing, bagaimana tidak meleleh Juna saja menangis sangat lama sedangkan es yang mereka nikmati sekarang adalah es yang Eza beli sebelum menemui Juna.

Eza menatap Juna yang sibuk dengan es krimnya, mata sembab, hidung dan pipi yang merah terlihat sangat menggemaskan seperti dulu, pemandangan yang selalu menjadi favorit Eza, walaupun mereka kembar beda lima menit saja Eza tetap merasa menjadi kakak dan harus melindungi Juna karena adik beda lima menitnya itu ceroboh dan cengeng.

"Eca mau cerita?" Tanya Juna pelan tanpa memandang Eza.

Tanpa bertanya Eza paham maksud dari pertanyaan Juna, ia mengalihkan pandangannya dari Juna ke arah sungai yang pernah memisahkannya dengan keluarganya.

"Dulu saat kita di bawa kabur dalam mobil yang berbeda, mobil yang bawa Eca terjatuh ke sungai, Eca berusaha kabur tapi malah ke bawa arus sungai sampai Eca ngga sadarkan diri bahkan Eca kira Eca bakal mati, tapi saat Eca buka mata Eca sudah ada di rumah sakit dengan orang-orang yang Eca nggak kenal, bahkan Eca tak tau siapa diri Eca, dokter bilang Eca hilang ingatan." Eza menjeda ucapannya dan terkekeh melihat Juna yang kembali menitihkan air matanya, dengan gestur meminta Eza menepuk pahanya agar Juna menjadikan pahanya sebagai bantalan, lantas ia melanjutkan ceritanya sembari memainkan rambut Juna.

"Karena Eca tak ingat apapun Eca di adopsi oleh keluarga yang telah menyelamatkan Eca, mereka bilang kalo mereka adalah orang tua Eca, karena Eca tak tau apa-apa Eca percaya, mereka merawat Eca dengan baik, dan keluarga mereka lengkap karena adanya Eca di antara mereka karena sebelumnya mereka belum di karuniai seorang anak, sampai saat kelulusan SMP Eca pernah kecelakaan dan ingatan yang dulu hilang telah kembali, Eca pernah marah dan kabur karena merasa di bohongi tapi Eca kembali karena merasa bersalah karena membuat kedua orang tua angkat Eca merasa sedih, bukankah kita tidak boleh melukai seorang yang merawat kita? Itu yang kak Arvin ajarkan bukan?"

Juna mengangguk pelan merespon ucapan Eza, memang benar itu semua ajaran kakaknya Arvin.

"Eca kembali pada mereka dan meminta maaf serta meminta izin untuk mencari keberadaan kalian, mereka bahkan membantu Eca buat nemuin kalian, Juna mau tau nggak siapa yang bantu Eca buat nemuin kalian?" Tanya Eza sembari menatap Juna yang lagi-lagi mengangguk.

"Kak Arthur, temen se-geng mu itu yang bantu Eca nemuin kalian, kak Arthur juga udah tau siapa Eca tapi Eca minta buat kak Arthur nggak bilang ke kak Arvin, ataupun yang lain, biar ini jadi urusan Eca."

(*note, kalo kalian inget David a.k.a Eza pernah bilang "seseorang ada yang bilang Juna suka tidur" di part Eza jengukin Juna yang koma abis kecelakaan itu yang di maksud Eza tuh Arthur.)

Juna bangkit dari rebahan di paha Eza dan beralih memeluk Eza erat, "Mas Eca jangan tinggalin Ajun lagi."

"Ayok pulang!" Juna telah berdiri dan menggenggam tangan Eza namun Eza menahannya saat Juna akan melangkahkan kakinya.

"Nggak sekarang ya Eca kasih tau yang lain, yang penting Ajun udah tau, Eca mau selesaiin dulu urusan Eca sama orang tua angkat Eca."

"Tapi kapan? Eca ga kangen yang lain?" Tanya Juna cemberut.

"Kangen, kangennnn banget malahan tapi nggak sekarang ya dek, Eca janji secepatnya." Sahut Eza sembari menyodorkan jari kelingkingnya.

Setelah berpamitan kecil mereka segera pulang ke rumah masing-masing karena matahari hampir tenggelam, Juna pulang dengan perasaan yang sangat amat bersyukur, ia tak berhenti mengucap syukur atas kembalinya Eza, Juna juga tak sabar melihat keluarganya lengkap lagi meskipun tanpa mama.

.

.

"Juna pulang!" Teriak Juna di ambang pintu utama rumahnya.

"Kog baru pulang dek? Darimana aja? Abang panik loh adek belum pulang padahal Travis bilang udah pulang dari tadi." Cerocos Arka yang langsung menghampiri Juna begitu mendengar teriakannya.

"Adek dari tempat Eca." Sahut Juna dengan senyuman bahagia, namun Arka beranggapan lain, ia mengira jika adiknya kembali bersedih mengingat kembarnya yang hilang entah kemana.

"Ya udah sana bersih-bersih, abis itu ke ruang keluarga ya, abang udah siapin cemilan buat adek." Ujar Arka yang langsung di turutin Juna.

Arka memandang sendu ke arah Juna yang mulai menaiki tangga, tak dapat di pungkiri jika dirinya juga merindukan adiknya yang hilang.

***
See u next chapter 🩷
Terimakasih atas vote dan komennya 🩷🫂

감사합니다



TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang