13. cecok

1.7K 103 22
                                    

Kringg kringg

Glamora yang sedang santai menonton TV terganggu oleh suara dering dari telepon rumah. Glamora menghampiri dan mengangkatnya.

"Iya?".

"GLAMORA, KAU KEMANA SAJA SUDAH 4 HARI TIDAK ADA KABAR, AKU MENGHUBUNGI MU TAPI SELALU TIDAK AKTIF, KAU JUGA TIDAK ADA Di RUMAH, KAU SEKARANG ADA DIMANA?".

"Kau cerewet sekali Liam".

"Aku kuatir, kau tidak apa-apa kan?"

"Tidak, kau tahu no rumah ini darimana?". Tanya Glamora bingung karena tidak mungkin orang umum mengetahui no rumah ini, pasti hanya orang tertentu.

"Ee.. D-dapat dari, ah sudah lah, sekarang kau dimana?". Ujar Liam tidak jelas, seperti ada yang disembunyikan darinya.

"Kau tidak perlu tahu, Liam.". Glamora menyembunyikan keberadaan nya sekarang, ia kuatir jika dia memberitahu Liam, pasti akan ada masalah datang.

"Ayolah.. Aku ini sahaba-". Ucapan Liam terpotong karena Glamora menutup teleponnya.

"Merepotkan". Cicit Glamora.

.
.
.
.

Sore ini, Glamora bersiap-siap berdandan, karena teringat ucapan Agler pagi tadi, ia memakai dress merah milik mendiang ibu Agler. Untuk sekali ini lagi saja ia menggunakan dress ibu Agler, habisnya ia kan tidak punya baju, semua baju nya ada di rumah asli nya.

Rambut yang lurus namun sedikit ikal, bagian paha yang terbuka dari style dress nya, dan kalung yang terbuat dari berlian.

Glamora sangat cantik dan seksi karena bantuan dress yang sedikit terbuka itu.

Waktu berjalan dan sekarang sudah jam 4.50. Kemana Agler, apakah dia lupa dengan janji nya pagi tadi.

Berjam-jam ia menunggu Agler. Hingga kini jam berganti ke angka 6.23. Glamora menekuk wajah nya sedih. "Apakah dia lupa?, aku sudah berdandan cantik, sampai akhirnya hanya sia-sia". Ia bertanya pada dirinya sendiri.

Ceklek

Glamora menengok ke arah pintu. Di sana terlihat Agler yang sedikit terluka, sayatan di jidatnya, dan ada lebam yang mulai membiru di bibirnya, baju yang berantakan dan ada sedikit robekan.

Glamora berlari menghampiri Agler, ia memapah Agler untuk duduk di tepi ranjang. "Kau habis berkelahi ya?". Tanya Glamora lembut, Lalu mengusap lembut rambut Agler, bermaksud mengelap keringat yang bercucuran.

"Tunggu disini sebentar ya". Glamora ke dapur, ia menyiapkan wadah yang lumayan besar, menaruh es batu di wadah, dan memasukan nya air yang bersih tak lupa menyiapkan handuk kecil. Lalu ia kembali ke kamar dan mengompres luka Agler.

Glamora yang tadi perasaanya sedih dan kesal, hilang seketika saat melihat Agler pulang dengan keadaanya seperti itu, mungkin karena ini Agler telat pulang.

"Shh, pelan-pelan Gla..". Agler meringis kecil, ia menahan rasa sakit itu.

"Ah lupa jidat mu". Ia membuka kotak obat mengambil perban dan plaster, lalu menutup luka sayatan yang didapat Agler.

"Terimakasih". Agler tersenyum lembut. Glamora hanya menganggukkan kepala nya kecil.

"Dan maaf.." Tambah Agler yang mungkin ingat soal tadi pagi, dan merasa bersalah.

"Gapapa..". Lirihnya, namun raut wajahnya masih terlihat sedih.

"Bolehkah aku cerita?". Tanya Agler, lalu Glamora duduk disampingnya, menghadap Agler. "Apa"

"Saat aku ingin pulang tadi tiba-tiba saja polisi mengejarku, aku tidak tahu mereka tahu wajah asli ku darimana, kau.. tidak melaporkanku kan?". Ujar Agler memastikan.

"Kau menuduhku?". Glamora menatap Agler tak percaya.

"Bukan, bukan, aku hanya memastikannya saja". Agler memegang bahu Glamora.

"Jika aku melaporkanmu, harusnya aku sudah pergi dari sini, karena takut kau akan membunuhku tahu!". Ucap nya panjang lebar

Agler terdiam, benar, pasti itu akan terjadi namun tidak, karena Glamora orang yang ia sukai. Agler sangat bingung sekarang, siapa yang membocorkan informasi nya, jika bukan Glamora pasti antara teman nya atau keluarganya.

"Sudah.. aku ingin mandi, gerah memakai dress ini". Glamora bangun dari duduknya.

"Kau cantik malam ini". Agler menarik tangan Glamora sehingga wanita itu terduduk dipangkuan Agler. "Wangimu masih harum kok". Agler mencium leher Glamora, menghirup wanginya.

"Memang, tapi kau yang bau, sana mandi". Glamora beranjak dari pangkuan Agler, tapi tidak bisa karena Agler menariknya lagi.

Ck

"Kau membuang-buang waktu ku sedari tadi, jangan membuang waktu mandiku sekarang, tolonglah". Ucap Glamora sedikit menyindir.

"Kau menyindirku ya, huh". Agler membalikan badan Glamora ke kasur, hingga berada dibawahnya.

"Ah, tolonglah..". Glamora berusaha pergi dari situ. "Ahahaha, Aglerrr berhentii haha". Tawa Glamora saat Agler dengan tiba-tiba menggelitiki perut Glamora.

"Siapa suruh kau menyindirku ahahaha".

Agler tak henti-henti menggelitiki Glamora, mereka tertawa bersama dimalam itu, namun diganggu oleh suara bel rumah berbunyi.

Ting tong

Mereka berdua berhenti bercanda, dan bertatap satu sama lain. "Siapa malam-malam begini?". Tanya Glamora. Agler hanya menggelengkan kepala nya dan bergegas membuka pintu.

Krekk

Pintu terbuka dan Agler kaget saat melihat ayah dan ibu tiri nya berdiri dihadapannya sekarang, tanpa sepatah katapun, Agler masuk kembali ke dalam tetapi tidak menutup pintunya.

Mereka bertiga duduk diruang tamu, hanya saling bertukar pandang, tidak ada yang membuka suara.

"Kenapa kalian kesini?". Tanya Agler memulai percakapan.

"Ah kami hany-".

"Siapa malam-malam begini Gler?". Tanya Glamora dari kejauhan yang masih menuruni tangga. Lalu mereka semua langsung menengok ke arahnya.

Sampai Glamora dititik terakhir dari tangga, ia tercengang karena disitu ada sosok wanita yang sangat ia kenal.

"Loh? Tante?". Glamora menghampiri wanita itu yang sudah berdiri karena terkejut juga dengan keberadaan Glamora.

"Loh Gla, kamu kok bisa ada dirumah ini". Wanita itu menatap Glamora heran.

"Ah dia calon istriku pah, mah". Ujar Agler menyerobot jawaban.

"MAHH?!". Glamora kaget saat mendengar itu.

"Ah sudah, kau naik ke atas dahulu". Agler mendorong pelan bahu Glamora. Glamora yang masih bingung tetap menuruti Agler.

"Maksudmu calon istri?". Tanya Papah nya, menatap intens mata anaknya sendiri.

"Glamora baik kok pah, namun Liam juga menyukai gadis ini". Ujar mamah nya sedikit pelan saat menyebut nama Liam.

"Tidak usah sebut anakmu yang brengsek itu mah".

"AGLER, JAGA BICARAMU"

"POKOKNYA AKU TIDAK MAU KALAU HARUS MENGALAH LAGI DENGAN DIA". Agler meninggikan suaranya, tangan nya mengepal, otot-ototnya muncul, ia menahan amarah nya memuncak.

"DIA IBUMU AGLER". Ares menunjuk sang istri yang sedang menonton mereka bertengkar, karena bingung harus berbuat apa.

"DIA BUKAN IBUKU, IBU SUDAH MENINGGAL".

PLAKKK

Tamparan mendarat dipipi kiri Agler, pipi nya memerah, wajah nya sekarang menunduk, mau bagaimana pun yang dihadapkan sekarang iala ayah nya sendiri, darah dagingnya, Agler harus tetap menghormatinya.

"Besok, aku kembali lagi kesini". Arsyad dan istrinya bangkit dari situ dan meninggalkan rumah itu.

I Fellin Love With a Criminal [END √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang