15. penculikan

1.1K 88 20
                                    

AAAAAA!!

"Glaa, hei kau kenapaa?". Agler bertanya heran, sembari menggoyangkan tubuh Glamora.

"I-ituu..". Glamora menunjukkan lantai yang sudah bercucuran banyak darah, seperti bekas seseorang yang dibunuh, lalu diseret

Warning!!

Maaf ya, bagi yang takut darah, atau phobia, bisa langsung di skip aja. Thank you

- btw darah yang dilihat itu, diluar pintu apartemen

.
.
.
.

"Shitt!". Agler langsung menarik Glamora ke dalam kamar lagi.

"Aku mau keluar.. bosan..". Bibirnya mengerut, ya sudah seminggu mereka didalam apartemen, tidak pernah keluar sekalipun karena pasti sekarang mereka sedang di incar.

"Baiklah, mari kita keluar sore ini, namun harus tetap berhati-hati". Ucap Agler penuh pasrah, sebenarnya dia juga sangat bosan kalau terus-terusan didalam apartemen, ia juga butuh angin segar.

Cupp

"Terimakasih ya". Glamora mengecup pipi Agler lalu tersenyum manis.

"Ur welcome babe". Jawab Agler yang mulai genit dengan wanita disampingnya itu.

"Kalau dipikir-pikir, kenapa saat pertama kita ketemu, kau mencuri minuman ditoko ku". Tanya nya, pertanyaan itu terus berputar di otak Glamora namun dia selalu lupa menanyakan nya.

"Iseng". Jawabannya singkat

"Tapi benar? Habisnya kau kaya, masa tidak mampu membeli, kenapa mencuri?".

"Kepepet, haus karena dikejar musuh dan polisi, menemukan toko mu, langsung saja aku masuk". Agler menyengir.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa menjadi buronan?"

"Aku tidak suka ada yang mengganggu orang yang aku sayangi, dulu saat aku masih kecil, ibuku dibunuh oleh seorang kelompok pria, dan bejat nya ibuku diperkosa bergilir, apa panatas?, Apa ibuku orang jahat?, Dan aku ingat wajah bos mereka yang saat itu juga melakukan perbuatannya bejat itu, aku masih menyimpan fotonya, apa kau mau lihat?". Ujar Agler, matanya berkaca-kaca, walaupun dia menutupi nya namun sangat terlihat dimata Glamora, kalau pria yang ada didepan nya ini menyembunyikan luka yang amat sangat dalam.

Glamora mengangguk, lalu Agler mengeluarkan foto yang ada disaku celananya, dan menunjukkan pada Glamora.

"Loh? Ini kan ayah nya Liam".

Degg!

"APA?". Tanya Agler meninggikan suaranya, apalagi dia syok, ternyata yang membunuh ibu nya, mantan suami dari ibu tiri nya sekarang.

Agler beranjak dari kasur, ia mengambil pistol disimpan nya didalam jaket yang ia kenakan, lalu bergegas keluar dari sana, namun langkah nya terhenti saat ada tangan kecil yang menahan nya untuk pergi.

"Jangan sekarang gler.., kita cari waktu yang tepat ya?, Jika kau sekarang menemui ayah dan ibu tirimu..., Pikirkan gimana saat ayahmu mendengar hal ini?". Glamora kini mengubah posisi nya dihadapan Agler, menatap senduh ke arah nya, Glamora juga dapat merasa kesedihan yang dialami Agler.

"Benar gla.. kau benar, ayahku mengidap sakit jantung, tapi aku tidak habis pikir, maksud kedatangan mereka memasuki keluarga ku apa?, Aku tak tahu juga, kalau ayahku tahu istirinya adalah bekas pembunuh ibuku, apa dia akan menerimanya?". Agler menatap sedih ke arah Glamora.

"Tidak, tidak mungkin terjadi, keluarkan saja air matamu.. peluk aku juga tak apa". Glamora merentangkan kedua tangannya. Lalu Agler langsung memeluk Glamora, tangisnya pecah, namun masih ditahannya, masa iya seorang buronan nangis dihadapan wanita, tapi memang sudah.

"Nanti aku akan buat cerita yang judulnya, Buronan Tukang Nangis, haha, tidak tidak, aku hanya bercanda". Glamora mengusap usap lembut punggung Agler

"Gler"

"Gler"

"Agler"

Glamora menepuk nepuk punggung lebar Agler. "Sudah 5 menit kau dibahuku, pegal tahu". Glamora melirik ke wajah Agler. "Ah shitt, kau tidur rupanya". Glamora tergopoh gopoh membawa Agler ke ranjang. Lalu mendorong tubuh Agler, dan merapihkanya, menyelimuti tubuh Agler. "Tubuhmu berat sekali". Ucap Glamora tanpa jawaban.

Glamora mendekatkan wajahnya untuk melihat Agler yang sedang tertidur pulas. "Tampan juga ternyata". Tanpa sadar senyumnya terukir dibibir Glamora.

"Ehh..". Tangan Glamora ditarik oleh Agler dan didekap kepelukan Agler tanpa membuka mata sedikitpun.

"Kau.. ini yang kedua kali nya". Glamora mulai memejamkan matanya.

PRANKK!!

Glamora yang terkejut langsung membuka matanya, ia mengecek ke ruang tengah. "LIAM?!". Glamora melotot kan matanya. "Sedang apa kau disini?, Bagaimana kau bisa masuk". Glamora menghampiri pria yang sedang menatapnya kaku tersebut.

"Bukankah seharusnya aku yang menanyakan hal itu?". Liam kini menatap Glamora sinis.

"Kau kenapa jadi seperti ini?". Glamora memegang lengan Liam yang sedang tidak ingin menatapnya.

"Lepas". Ucap Liam sedikit kasar.

"Heii!, Untuk apa kau datang kemari". Teriak Agler yang baru saja keluar dari kamar.

Liam langsung membalikkan tubuh Glamora dan mencengkram rahang cantik Glamora, sambil menyodongkan pistol di pelipis kiri Glamora. "Jika kau berani kesini, aku akan menembak Glamora dihadapanmu".

"Memangnya kau bisa?". Agler menyepelekan ucapan Liam tadi.

"Kenapa tidak bisa?". Kini Liam menyodorkan pistol ke arah Agler. "Kau dia disitu, jika kau mendekat aku akan membunuhmu". Liam mengancam.

"J-jangann gler.. biarkan aku, kau urus rencanamu". Ucap Glamora yang kesusahan karena rahangnya dicengkeram.

"Kau ikut aku". Liam membawa Glamora masih dengan posisi ditahan seperti itu, ia membawa Glamora pergi dari situ, dan membawa nya keluar kota.

I Fellin Love With a Criminal [END √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang