"AH KAU! Kau yang menciumku saat aku bekerja lusa kemarin"
Mengernyitkan dahi nya, buronan itu mengingat-ingat, meski tertutup topeng, namun kerutan nya terlihat tipis.
"kau.. Aku tidak ingat"
"Ughh.. Dasar bajingan". Glamora menginjak kaki buron...
Sementara itu, Liam sedang sibuk dengan dirinya sendiri, ia sedang berusaha membalut luka tembak tadi dengan mandirinya, ia sedikit mengigit kecil kain kasa untuk mengikatnya dengan kuat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Akh, shh". Liam meringis kesakitan, karena lengangnya yang terkena tembakan tadi ditekan oleh Agler secara tiba-tiba. "Tau tidak ini semua salah ayahmu". Ujar Agler kesal sembari menekan lengan Liam semakin kuat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lepas Agler, ini sangat sakit!". Seru Liam yang sedang berusaha melepas tekanan itu. "Kau gila ya?". Sambungnya geram.
"Sudah, Agler, ini bukan salahnya berhentilah membuat keributan". Ujar Glamora tanpa melihat ke arah mereka, yang ia rasakan hanyalah rasa sakit dikaki nya, mungkin sebentar lagi akan mati rasa.
Akhirnya Agler melepaskan tekanan itu, lalu pergilah menghampiri Glamora, sedangkan Liam menyenderkan kepalanya didinding, rasanya sangat sakit, bayangkan, bekas luka terkena air saja perih, apalagi jika luka tembak ditekan seperti itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.