33. maaf dan relakan apa yang terjadi

684 48 4
                                    




TOK TOK TOK

Glamora menggedor-gedor pintu rumah Agler, tak lama seseorang membuka pintu itu. "Glamora, kau kemana saja aku rindu padamu..". Ujar Agler jujur, ia tak bohong dengan perasaannya saat ini.

"Dimana paman Arsyad?" Tanya Glamora serius, bukan waktunya untuk mengobrol santai, ini sangat penting.

"Masuklah dahulu" Agler memberikan Glamora jalan, lalu ia berjalan cepat ke sofa dimana terlihat Gavan dan Arsyad sedang berbincang.

"Paman!, Ayah!" Seru nya memanggil kedua pria itu, sontak mereka berdiri menatap serius pada Glamora, apalagi dengan Gavan yang terlihat gembira sekaligus takut, bukan takut terhadap anaknya sendiri, tetapi takut jika Glamora membenci dirinya setelah kejadian kemarin.

"Kenapa nak?" Arsyad bertanya penasaran, melihat wajah Glamora yang sangat serius, sepertinya ada hal penting yang ingin ditanyakan.

"Terutama kau ayah, jelaskan maksud foto ini". Glamora mengambil foto yang tadi ia taruh di kantongnya, lalu memperlihatkannya pada mereka.

Arsyad dan Gavan saling bertatap satu sama lain. "Yang kau maksudkan dulu itu Reqsa, Van?!". Ucap Arsyad kaget, ternyata perempuan yang ia nikahi pernah menikah dengan temannya sendiri.

"Kau kenal dia?" Gavan tak percaya ini.

"Dia juga mantan istriku, sesudah mu" Ucap Arsyad sedikit malu dan canggung.

"Jadi apa ini sebenarnya, kenapa kalian biasa saja sih!". Geram Glamora

"Jadi maksud nya.., Liam itu saudara tiriku dan saudara sedarah dengan Glamora ya" Ujar Agler tiba-tiba mengambil kesimpulan dari apa yang dibicarakan mereka tadi.

"KENAPAA BISAA BEGINII". Glamora mengutuk dirinya sendiri, kenapa bisa terjadi seperti ini, kenapa ada kejadian seperti ini didalam hidupnya, bagaimana aku memberitahu pada Liam, mau tak mau Liam harus tahu siapa ayahnya.

Agler tertawa senang. "Sainganku berkurang satu, haahahah"

"Liam harus tahu ini, tidak boleh ada yang disembunyikan lagi" Ucap Glamora lantang, lalu beranjak pergi dari sana untuk menemui Liam.

Setelah beberapa jam, akhirnya Glamora kembali ke rumah Agler dengan membawa Liam bersamanya.

Liam menatap mereka bingung. "Ada apa ini Gla?". Tanya nya sambil bergantian menatap mereka satu persatu.

"Liam.. kau harus tahu ini sepertinya" Glamora berhati-hati untuk menceritakan yang sebenarnya.

Liam hanya mengangguk. "Liam, ayahku, paman Arsyad, mereka berdua ayahmu". Glamora menunjuk ke arah Gavan dan Arsyad bergantian, Gavan menatap mata Liam sendu, ia merasa bersalah tidak bertanggung jawab atas anak kandungnya sendiri, walaupun bukan dari rahim Havana.

"Maksudnya?". Liam masih berusaha mencerna semua ini. "Bisakah kau menjelaskan lebih jelas Gla? Aku tidak mengerti"

"Dengar, Gavan, ayahku, dia ayahmu, kita berdua saudara sedarah, paman Arsyad ayahmu, dan Agler saudara tirimu". Glamora berusaha menjelaskannya dengan singkat namun dapat Liam mengerti.

Liam terpaku lemas, kenapa hal yang tidak baik selalu untuknya, ia hanya sebuah anak yang tak sengaja lahir larena kelalaian seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab, ibu nya yang mungkin sudah lelah hingga meninggalkan dirinya sendiri, ayah tirinya yang ia bunuh sendiri dengan tangannya, Glamora yang ia cintai ternyata saudara sedarah denganya, kenapa semua ini terjadi padanya.

Glamora memeluk Liam penuh kasih sayang, ia mengelus rambut Liam. "Tidak usah memikirkan semuanya, kau tidak salah.. aku senang punya sahabat sekaligus saudara sepertimu, biarlah semua berlalu Liam, ya? Kita jadi keluarga yang baik Sekarang ya?" Glamora berucap itu sambil menangkup pelipis Liam, menatap Liam sendu, ia juga paham apa yang ada dipikiran Liam sekarang, bagaimanapun ia tidak bisa benci dengan Liam, walaupun ia adalah anak dari seorang perempuan yang sudah menghancurkan keluarga nya, ia tidak salah.

Liam mencoba menerima semuanya, mungkin sedikit susah, namun lama kelamaan pasti akan lupa dan biasa saja.

"Liam.., maafkan saya..". Lirih Gavan yang berjalan menghampiri Liam, lalu memeluk Liam penuh iba.

Liam membalas pelukan itu, hatinya sedikit senang karena akhirnya bisa bertemu dengan ayah kandungnya, walaupun ada kepahitan sedikit, karena ternyata ia bersaudara dengan Glamora.

Mereka melepaskan pelukan itu, Glamora tersenyum lembut, ia tidak lagi marah pada Gavan, bagaimanapun seorang anak tetaplah menjadi anak.

Akhirnya mereka semua menerima apa yang terjadi, setelahnya Liam lebih memilih mundur dan menghilangkan rasanya untuk berhenti mencintai Glamora, bagaimanapun mereka tidak akan bisa bersama.

Liam merelakan Agler dan Glamora bersama, ia tidak akan mengganggu hubungan mereka, ia akan terbiasa sebagai saudara bagi mereka berdua.




Gavan, Glamora, dan Liam akhirnya tinggal bersama dirumah lama keluarga Glamora, mereka membersihkan debu-debu yang menyelimuti semua ruangan dirumah tersebut, hingga terlihat seperti layak untuk ditempati.

Mereka membagi kamar, Liam tidur dikamar Glamora dahulu, Glamora tidur dikamar Gavan dan Havana dulu, dan Gavan diruang kerja nya dulu, mereka sudah mengubah kamar sendiri hingga menjadi tempat ternyaman bagi diri sendiri.

Setelah selesai, mereka bersiap-siap pergi ke makam Havana. Sampainya ditempat pemakaman, mereka berlutut dan memberi bunga diatas makam Havana.

"Ibu.. mungkin ibu melihat ini dari atas sana, maafkan kami ya bu, terima lah Liam sebagai keluarga kita ya.., ibu tenang disana, Glamora juga sudah memaafkan ibu dan ayah, terimakasih sudah bertahan selama ini ya bu.."

"Havana.. maafkan saya sudah melukai hatimu terus-menerus, harusnya saya bisa bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan terhadap kamu, tenang disana ya sayang.."

"Mama Havana.., Liam sudah masuk ke keluarga kalian, Liam senang, walaupun kita tidak pernah bertemu tapi Liam bisa merasakan kalau mama Havana itu pasti baik, maafkan ibu Liam ya ma.., tenang disana".

Setelah mengucapkan pesannya masing-masing dihadapan makam Havana, mereka pamit dan pergi dari sana.





Guys?

Masih hidup kah?

Absen sini!

Jangan lupa vote sama komen ya!

I Fellin Love With a Criminal [END √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang