31. Liam demam

573 40 3
                                    

.
.
.
.

Agler terpaku saat Glamora berucap seperti itu, ia terdiam melihat Glamora yang mulai berjalan menjauh hingga tak terlihat lagi. Bagaimanapun Agler paham dengan apa yang dirasakan Glamora, sebab ia juga pernah ditinggal oleh Benetta sejak ia kecil. Agler membiarkan Glamora berjalan sendirian dimalam hari, bukan tidak perduli terhadap Glamora, justru maksudnya agar wanita itu menenangkan dirinya sendiri, setiap orang butuh ruang.

Sementara itu.. Glamora yang sedang berjalan sendirian ditengah malam menatap jalanan dengan tatapan kosong, ia tidak tahu harus seperti apa sekarang, bisa-bisanya ayah nya sendiri tidak memberitahu anakanya bahwa ibu kandungnya telah meninggal dunia. 4 tahun tidak bertemu oleh keluarganya, sekalinya bertemu sudah tidak lengkap, kenapa bisa ia berada diposisi seperti ini.

Zrepp

"T-tolong a-akuu..." Lirih seorang pria yang sedang tengkurap tak berdaya dibawah kakinya, tangannya yang sudah berlumuran darah memegangi kaki kiri Glamora, air matanya mengalir deras, dengan banyak luka diwajahnya, memohon terus-menerus kepada Glamora. "T-tolongg a-aku...". Glamora menatapnya iba, namun sesekali Glamora berusaha melepaskan genggaman kuat dikakinya itu.

"LEPASKAN TANGANMU!". Teriak Glamora, bukan bermaksud seperti itu, entah kenapa mood nya sangat jelek, dirinya sangat sedih mendapatkan ibu nya yang sudah meninggal, lagipula kenapa bisa ada orang seperti ini.

"Maafkan aku!". Seru Glamora, ia langsung berjalan cepat menjauh, karena ia tidak mau ikut campur dengan urusan orang lain saat ini, yang terpenting sekarang adalah dirinya sendiri.

Namun benaknya berkata lain, memang ia sangat sedih sekarang, tapi apakah pantas dia tidak menolong pria tadi, pria tadi terlihat sangat kesakitan dan sudah lansia, akhirnya Glamora membalikkan arahnya, ia berjalan ke tempat tadi, ia melihat pria itu sedang diseret seseorang.

"Berhentiii!!!!". Teriak Glamora nyaring, ia langsung melepaskan tangan pria yang barusan menyeret pria paruh baya itu.

"Kau, kau siap--

Ucapan pria bertopeng itu terhenti saat berbalik badan dan menatap wajah Glamora dalam balik topeng.

"Pak.. kau cepatlah pergi". Glamora membantu pria yang terluka itu bangun, pria itu langsung berjalan cepat walau tergopoh-gopoh.

Entah kenapa Glamora sama sekali tidak takut saat mendapatkan kejadian seperti ini, apa karena sudah terbiasa bergaul dengan keluarga Agler.

"Kenapa kau diam?". Tanya Glamora menatap tajam mata pria yang dihadapannya sekarang. Tidak tahu apa yang merasukinya, Glamora langsung melepaskan topeng itu dari wajah pria tadi.

"LIAM?!". Glamora melonjak kaget setelah melihat siapa seseorang dibalik topeng ini.

"Kau selalu mengangguku". Ucap Liam, dirinya sangat beda sekarang, tidak seperti dirinya yang dulu.

"Kenapa kau jadi seperti ini, Liam". Ujar Glamora menggoyangkan bahu Liam. Liam tak bergeming, ia memelihara diam dan berjalan pergi, namun ditahan oleh Glamora.

Glamora menghadapkan tubuh Liam ke hadapannya. "Lihat mataku ABIZAR". Ujar Glamora sedikit tinggi saat mengucapkan nama panjang Liam, itu panggilan favorit Liam jika Glamora yang memanggilnya.

Liam pelan-pelan menatap mata Glamora, namun tetap tidak mengeluarkan suara, Glamora yang menatap mata Liam melihat bahwa sepertinya Liam sangat sedih.

"Ini bukan Liam"

"Bukan Abi yang aku kenal"

"Kau bukan LIAM ABIZAR"

"Kenapa kau bisa seperti ini Liam?"

"Jawab pertanyaan ku"

"Kau kenapa?, Kau kan sahabatku Liam, bicaralah padaku"

Brukk

Liam menjatuhkan dirinya memeluk Glamora, tanpa penolakan, Glamora membalas pelukan itu, mengusap lembut punggung Liam, bagaimanapun sebagai seorang sahabat sudah seharusnya melakukan ini, lagipula mereka sama-sama sedang sedih.

Liam melepaskan pelukan itu. "Terimakasih.." Ucapannya, Glamora menyingkirkan air mata yang sudah turun dipipi Liam. Seorang pria pun juga bisa menangis kau tahu mereka juga manusia.

Saat Glamora ingin mengusap Rambut Liam yang berantakan, otomatis mengenai kening Liam. "Kau panas.., sekarang kau tinggal dimana?". Tanya Glamora khawatir.

"Diujung jalan sana, aku sendirian sekarang, Reqsa pergi jauh entah kemana, sedangkan David ku bunuh..". Ujar Liam menjelaskan intinya.

"Kau?, Membunuh ayahmu sendi--

"Bukan ayahku!, Dia buka ayahku Gla, entah siapa ayahku"

Glamora tentunya sangat terkejut saat mendengar hal itu dari mulut Liam. "Bagaimana kau tahu bahwa dia bukan ayahmu, Liam?". Tanya Glamora penasaran.

"Aku sudah tahu dari dulu saat umurku masih 7th, Reqsa membawaku ke suatu tempat, disana ia bertemu seseorang Pria bernama David, aku tidak tahu menahu tentang ayah kandungku, karena ia tidak pernah ada didekat ku atau didekat Reqsa, 2th kemudian pun Reqsa dan David menikah, aku pun tidak diajak saat itu, aku seperti disembunyikan". Ceritanya panjang lebar, wajahnya sangat frustasi sekarang, kepalanya pusing, bagaimana caranya agar dia bisa menemukan ayah kandungnya.

"Liam.. maafkan aku, aku tidak tahu soal itu.. kau tidak pernah cerita itu kepada ku". Ucap Glamora merasa bersalah. "Tapi Liam, yang terpenting sekarang tubuhmu, ayo ke rumah mu, kau sepertinya demam". Ujar Glamora kembali mengecek kening Liam dengan punggung tangannya.

Lalu Liam menuntun Glamora untuk pergi ke rumahnya. Mereka sampai dirumah yang cukup sederhana, karena hanya rumah itu berada diujung gang, dan ditengah-tengah, rumah itu hanya berisi ruang tamu, dapur, dan satu kamar, memang cukup untuk satu orang tinggal dirumah itu.

Mereka kemudian masuk ke dalam, Glamora langsing mencari kain dan merebus air, untuk mengompres badan Liam agar mendingan.

Liam memasuki kamarnya dan langsung rebahan disana, kepalanya diatas 2 bantal agar enakan. Glamora masuk ke dalam kamarnya, lalu duduk ditepi ranjang, ia mulai meremas kain itu lalu meletakkannya dikening Liam.

"Kau pasti haus ya?, Tunggu sebentar aku ambilkan minum". Ketika Glamora ingin beranjak bangun dari sana, Liam menahan tangan Glamora, menatap wanita itu sayup, sepertinya demam Liam sudah meinggi.

"Jangan pergi, tetap disini saja..". Ucap Liam serak, ia menarik tangan Glamora hingga badan Glamora tersungkur ke badan Liam.

"Sebentar L-liaam.., lepaskan dahulu, aku susah bernafas". Ucap Glamora karena badannya dipeluk erat oleh Liam, apalagi dengan posisi Glamora berada diatas tubuh Liam.

Mata Liam mulai terpejam dan pelukan itu sedikit renggang, akhirnya Glamora bisa bebas dari sana, ia berdiri pelan-pelan takut membangunkan Liam yang sudah tertidur.

Sedikit-sedikit, Glamora mengganti kain yang sudah dingin dan dicelupkannya kembali ke air hangat tadi, lalu diletakkannya kembali dikening Liam.

I Fellin Love With a Criminal [END √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang