"pa.. ada yang Agler ingin bicarakan".
Semua yang ada di ruangan itu sontak langsung menatap Agler serentak. "Bagaimana papa bisa bertemu dengan mama Reqsa?".
Reqsa angkat bicara. "Kita bertemu di-"
"Aku bertanya pada papah ku, bukan kau". Tatapan sinis tersirat dimata Agler.
"ah.. waktu itu Reqsa tiba-tiba saja datang ke rumah setelah mendiang ibu dimakamkan, Reqsa bilang dia teman ibu mu, dan memberikan pesan dari ibumu sebelum meninggal untuk ayah, isi surat itu.."
Tentunya Agler tidak percaya, dia yang memendam semua fakta tentang bagaimana mendiang ibunya bisa meninggal dunia, terus ia mendapat bahwa ayah nya telah dibohongi, ditipu, bukan hanya ayah nya tetapi termasuk dia sendiri.
"Bohong". Ujar Agler serius. "Benar kok nak..". Reqsa mencoba meyakinkan Agler bahwa yang ayah nya bilang itu benar.
"Pa.. sebenarnya ibu meninggal karena dibunuh oleh ayah nya Liam!". Agler menunjuk Liam yang sedang diam tanpa sepatah kata pun.
"Nak? Kau bercanda". Arsyad tidak percaya pada anaknya, buka tidak percaya ia tidak bisa mencerna apa yang dimaksud dengan anaknya ini.
"Dan parahnya, keluarga Regen, memperkosa ibuku bergilir!". Tambah Agler, suaranya meninggi sakit rasanya jika mengingat hal itu.
Dada Arsyad tercekat, hati nya sakit ketika mendengar apa yang diucapkan anaknya, ia bingung sekarang, percaya dan tak percaya, namun pastinya ia lebih mempercayai anak kandungnya yang dilahirkan oleh Benetta istri pertamanya yang sudah meninggal dunia.
"APA BENAR REQSA?!". Bentak Arsyad, ia geram karena telah dibohongi selama ini. Tubuh Reqsa sedikit tergoyah saat dibentak oleh Arsyad. "Tidak mas.. itu tidak benar..". Ia mencoba meyakinkan Arsyad dan seluruh manusia yang ada diruangan itu. Lalu ia menatap Liam mencoba meminta bantuan pada anaknya.
Liam tak bergeming melihat ibu nya yang sedang mengemis kepercayaan itu. Ia tidak mau menuruti semua perintah ibu dan ayah nya lagi, sudah cukup ia menjadi orang jahat dan menutupi semua ini karena perintah ayah dan ibu nya, jika ia berani membocorkan informasi ini, ia pasti akan dibunuh oleh ayah nya sendiri.
"LIAM! KAU TIDAK MENOLONG IBUMU SENDIRI HUH?!". Teriak Reqsa yang sedang berpura-pura menangis.
"Tidak, papa Arsyad.. semua yang dikatakan Agler itu benar.."
DORR!! DORR!!
BRUKK!!
"NEKKK!"
"IBUUU!!"
Lenara terkena tembakan didada kirinya, ia terjatuh lemas dilantai, darah bercucuran disana, Arsyad dan Agler terlihat sangat kuatir. Mereka tidak tahu tembakan itu berasal dari mana, hingga ada seorang laki-laki yang berjalan menghampiri mereka semua.
"Pah?". Beo Liam sedikit memastikan bahwa itu ayah kandungnya, karena tak terlihat jelas oleh sinar matahari dari belakang tubuh nya.
"Liam, bawa nenek Lenara ke rumah sakit". Suruh Glamora kepada Liam, dengam cepat Liam menggendong Lenara, dan membawanya lewat pintu belakang, jaga-jaga jika ayah kandungnya membawa suruhannya untuk mengawas.
Disana tersisah Arsyad, Agler, Glamora, Reqsa, dan.. David, selaku ayah kandung Liam dan suami Reqsa. "Apa kabar sayang?". Tanya David kepada Reqsa dengan seimirknya. Reqsa berlari kecil ke belakang David.
"Jadi kalian sengaja merencanakan ini ya?". Tanya Agler tertawa kecil. "Ada nyali juga ternyata kau.. si kakek tua". Agler mengatai David dengan senyuman membunuh.
"Kurang ajar kau". Beo David dengan rahang yang sudah mengtat, tangan kiri yang mengepal dan tangan kanan yang sedang menggenggam pistol.
"Kau! David, sudah lama kita tidak berjumpa teman.." Arsyad mendekatkan David sembari merentangkan tangan ala-ala ingin memeluk, namun ditepis oleh David.
"Teman? Itu sudah berakhir dari 15 tahun yang lalu" David tersenyum. Lalu menyodorkan pistol ke kepala Arsyad.
"Hei! Mau kau apakan ayahku!" Seru Agler, memengang tangan David yang akan menembak ayahnya, mencoba meleraikan. Jika saja aku bawa pistol, akan ku bunuh kau, kakek tua sialan!. Batin Agler.
Klek..
"Paman, kalau paman berani menembaknya, paman akan ku tembak juga". Memberanikan dirinya Glamora berucap seperti itu sambil menodongkan pistol juga. Agler menatap kagum pada Glamora. Seksi..
"Coba saja" David menantang Glamora. Ia tidak yakin bahwa anak teman nya ini yang sudah menjadi seperti anaknya sendiri bisa menembak dirinya.
"Paman menantangku ya?". Tanya Glamora menaikkan satu alisnya dan tersenyum licik. "Maaf paman". DORRR!!
Peluru itu terkena ditangan kiri David sehingga ia merasa kesakitan, ia tidak percaya bahwa gadis itu akan menembaknya, namun ia salah sangka.
Arsyad, Agler dan Glamora langsung berlari keluar dan naik ke dalam mobil, lalu menancapkan gas untuk pergi dari situ.
"CEPAT KEJAR MEREKA!!!". Suruh David pada anak buah nya, mereka mengejar mobil Agler.
"Nak! Kau belajar dimana cara menembak". Tanya Arsyad yang masih sempat-sempatnya saat sedang dikejar-kejar oleh musuh.
"Refleks om hehe". Glamora menyengir dan menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Tapi tadi keren". Ucap Arsyad antusias. "Gimana pah?". Tanya Agler senyum-senyum lewat kaca pengemudi. "Cocok". Arsyad mengacungkan jempol nya.
Glamora yang bingung acuh tak acuh, lagian sedang kondisi seperti ini masih sempat-sempatnya mengobrol.
"Mereka masih mengejar pah?". Tanya Agler. Lalu Asryad mencoba mengecek ke belakang. "Masih".
Agler menancapkan gas nya lagi, hingga mentok, entah kebetulan atau tidak sedang ada mobil dari sebelah kiri Agler, dengan cepat ia melaju dan..
PRANKKK!!
Mobil anak buah David bertabrakan dengan mobil tadi. Mereka bertiga tersenyum sumringah melihat kejadian itu, seengaknya ada waktu untuk menahan mereka.
Dan akhirnya mereka sampai di distric 1 dimana disana terdapat seluruh keluarga Kyller.
.
.
.
.Lanjut?
Penasaran?
Terus nantikan kisah mereka.
Janlup vote dan komen
Dan follow author ya!
Bisr authornya semangat uptade!
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fellin Love With a Criminal [END √]
Fanfiction"AH KAU! Kau yang menciumku saat aku bekerja lusa kemarin" Mengernyitkan dahi nya, buronan itu mengingat-ingat, meski tertutup topeng, namun kerutan nya terlihat tipis. "kau.. Aku tidak ingat" "Ughh.. Dasar bajingan". Glamora menginjak kaki buron...