Tokk, Tokk, Tokk
"Nek.. ini harcie". Agler mengetuk salah satu pintu rumah yang sudah terlihat sedikit tua, namun besar dan indah, sembari mengucapkan bahwa ini dirinya.
Ceklek
Perempuan paruh baya itu membuka pintunya, menatap seorang pria yang ada didepannya sekarang, matanya melebar. "Harcie.. apa kabar, setelah ayahmu menikah lagi, kau tidak pernah datang kesini". Perempuan itu memeluk Agler, lalu melepaskannya kembali.
Agler menyimpulkan senyumnya. "Baik nek, Ada yang Agler ingin tanyakan". Ucap nya pada perempuan itu. Nenek itu langsung membawa Agler agar duduk dan mengobrol dengan nyaman.
"Rumah ini tidak pernah berubah ya nek..". Lirih Agler yang teringat kembali akan kenangan bersama ibunya.
"Dulu disini, kau, Benetta, dan Arsyad, sering berkumpul dan bercanda bersama, nenek rindu sekali dengan ibumu..". Perempuan paruh baya itu mengusap kedua matanya karena ulah air mata yang turun, ia mengusap punggung Agler dengan kasih sayang. "Oh iya, tadi kau bilang ada yang ingin ditanyakan". Tanya nenek.
"Iya.. dimana alamat Liam nek?".
Nenek menatap Agler paham, lalu membawa nya ke rumah yang ada disebrang sana, mengetuk pintu dan senang saat melihat siapa yang membukakan pintu.
"Oh.. dayita.. akhirnya aku menemukanmu". Agler memeluk tubuh ramping Glamora, lalu melepaskannya kembali.
Dayita = kekasih
"Kau? Tahu darimana? Kenapa bisa". Tanya Glamora beruntun, bagaimana Agler bisa cepat sekali menemukan dia.
"Kau meragukan ku ya?". Agler menyipitkan matanya, mencari sela untuk bisa menerima jawaban.
"Darimana kau tahu rumahku!". Seru Liam yang tiba-tiba saja datang.
Agler memunculkan senyum nya narsis, merasa keren karena belum 1 hari saja dia sudah menemukan Glamora. "Nenek yang kasih tahu..". Cetus Lenara.
"Nek?". Liam merasa tak percaya. "Kalian sudah besar, harusnya jangan kekanakan seperti ini". Lenara menatap kedua cucu nya itu bergantian.
"Jadi? Kalian terlibat cinta segitiga ya, haha". Lenara tertawa sambil memegangi perutnya. "Nenek sudah tidak kuat, huh..". Ia duduk dikursi yang memang sudah ada diteras rumah Liam.
"Nek, aku ingin membicarakan sesuatu". Ucap Agler, Lenara langsung menatap nya serius, tawanya terhenti seketika. "Kenapa?" Tanya nya.
"Nek.. yang membunuh ibu itu..".
Deg..
Deg..
Liam gugup seketika, raut wajah nya terlihat panik, jantung berdegup kencang. "Siapa? Kalau bicara jangan setengah-setengah Harcie.". Tubuh Lenara mulai menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fellin Love With a Criminal [END √]
Fanfiction"AH KAU! Kau yang menciumku saat aku bekerja lusa kemarin" Mengernyitkan dahi nya, buronan itu mengingat-ingat, meski tertutup topeng, namun kerutan nya terlihat tipis. "kau.. Aku tidak ingat" "Ughh.. Dasar bajingan". Glamora menginjak kaki buron...