27. 3 orang tewas

1.2K 50 4
                                    

Glamora berjalan pelan-pelan sambil berpegangan dengan dinding-dinding rumah, pinggang nya sangat sakit sekarang, tidak mudah jika berjalan seperti biasa, Glamora terus saja memegangi pinggangnya itu. "Ahh.. bagaimana bisa sesakit ini". Ujar nya pada diri sendiri.

"Nona.. kenapa berjalan seperti ini, apa nona sakit?". Ujar gadis muda yang berlari kecil untuk menghampirinya, lalu ia menyentuh tangan Glamora.

Glamora menengok singkat. "Tidak.. hanya pegal-pegal". Bohongnya, ya masa iya Glamora harus memberitahu akibat ia bisa seperti ini.

"Ah, yasudah mari Aletta bantu nona". Ucap Aletta dengan senang hati.

"Tunggu, biar aku saja". Ujar Agler menahan mereka yang baru beberapa langkah. Mereka menengok kebelakang melihat Agler menghampiri mereka.

"Baik Tuan..". Lirih Aletta sopan, lalu berjalan menjauh dari sana.

"T-ttungguu Aletta...". Glamora mengulurkan tangannya seperti ingin meraih sesuatu. "Sial". Umpatnya saat ia melihat Aletta sudah tidak ada lagi dalam pandangannya.

"Mulutmu harus diberi pelajaran sedikit sepertinya, mana ada wanita yang berbicara kasar sepertimu". Ujar Agler sambil menggendong Glamora ala bridal style.

Cupp

Agler mengecup bibir Glamora, entahlah bukanya marah seperti dahulu saat baru bertemu, sekarang Glamora merasa senang telah dicium oleh Agler. Tampaknya aku sudah gila. Batin Glamora.

Agler membawa Glamora ke ruang tengah, pelan-pelan Agler mendudukkan tubuh Glamora yang barusan sedang ia gendong, kemudian Agler ikut duduk bersama.

"Apakah benar-benar sakit?". Pertanyaan yang dilontarkan Agler sedikit membuat Glamora kesal.

"Kau sedang bertanya? Tidakkah ada pertanyaan yang lain? Coba kau pikir saja". Ketus Glamora.

BRAKK!!

"TUAN, ADA 3 ORANG YANG TEWAS, 2 ORANG PENJAGA GERBANG, DAN 1 WANITA". Teriak pria yang baru saja mendobrak pintu utama. Memang sedikit tidak sopan namun ini darurat.

Sontak Agler dan Glamora beranjak dari duduknya, lalu pergi ke lokasi dimana 3 orang itu tewas, mereka kesana menggunakan mobil Agler, dan disusul oleh Arsyad yang sudah mendengar percakapan mereka tadi, karena cukup kencang apalagi pria tadi berteriak dan mendobrak pintu.

Akhirnya mereka sampai ditempat itu, sangat tepat dipintu gerbang untuk masuk. "Apakah ada saksi mata?". Tanya Glamora saat melihat 3 mayat itu. Pria itu menggeleng pelan. "Tidak ada nona..". Lirihnya.

"AKUU!!". Ujar gadis kecil yang masih berumur 10 tahun yang sedang mengacungkan tangannya ke atas.

Glamora menghampirinya, lalu berjongkok agar setara dengan tinggi badan anak itu. "Bisa kau jelaskan tidak ya nak, bagaimana kejadiannya, pelan-pelan saja, setelah kau bercerita aku akan memberimu eskrim dan permen, bagaimana?". Tanya Glamora sembari mengusap-usap lembut rambut anak kecil itu, lalu anak kecil itu mengangguk senang.

"Aku juga mauu". Ujar Agler yang tiba-tiba saja sudah berada disamping anak kecil itu dengan menekuk lutut nya hingga tinggi mereka terlihat sama. "Aku juga mau dielus seperti itu". Tambahnya sambil menyengir.

"Kau.. awass". Glamora mendorong tubuh Agler kesamping. Lalu kembali menatap anak kecil itu.

Gadis kecil itu menatap Glamora lembut, lalu mulai menceritakan semuanya yang terjadi. "Jadi tadi saat aku bermain petak umpat dengan teman-teman nona, kebetulan aku sedang mengumpat dibelakang tong sampah disamping toko baju yang berada dekat sekali dengan pintu gerbang itu". Anak kecil itu berhenti berbicara, ia mengambil nafas sebentar, lalu melanjutkannya lagi.

"Saat sedang mengumpat, tiba-tiba saja aku melihat seorang paman seram sedang berada diatas tembok besar itu, lalu menembak kedua paman penjaga sekaligus, entahlah semua orang yang sedang berlalu-lalang seperti tidak mendengar suara tembakan itu, tetapi ada satu Nona yang melihat itu lalu mendekati kedua paman penjaga itu, ia ketakutan dan hampir berteriak namun, dengan waktu singkat paman seram yang berada diatas tembok itu melompat turun, lalu menusuk perut Nona itu, kemudian paman seram itu kabur langsung melalui gerbang". Ujar anak kecil itu pada Glamora yang sedang mendengarkan cerita itu dengan serius.

Gadis kecil itu menadahkan tangannya. "Mana eskrim dan permen ku Nona?". Tagihnya, Glamora tertawa gemas, lalu terdiam saat mengingat bahwa ia tidak mempunyai uang.

"Ini, belilah eskrim sebanyak mungkin". Ujar Agler sambil menyodorkan 7 lembar uang kepada gadis kecil itu, dengan semangat gadis itu menerimanya lalu berlari pergi dari sana.

Glamora tersenyum, dan berterimakasih pada Agler karena telah menolongnya.

"Kira-kira siapa ya yang membunuh mereka?". Tanya Glamora berpikir keras.

"Mungkinkah David?". Tanya Agler pada dirinya sendiri. "Bisa jadi". Beo Arsyad yang langsung menyambar pembicaraan itu.

"Benar, mungkin mereka ingin membalas dendam pada kita". Ucap Glamora menyimpulkan.

"Ini tidak bisa dibiarkan pah.., bisa-bisa satu persatu penduduk yang ada di distric ini akan dicelakai oleh mereka juga". Ujar Agler yang sudah sangat kesal.

"Tidakkah seharusnya kita keluar dari sini?, Karena mungkin yang mereka cari itu kita, mereka sengaja memancing kita agar keluar dari sini, jadi mereka mencari perhatian untuk bisa menarik perhatian kita paman". Ucap Glamora panjang lebar.

"Benar, kalian berdua ikut aku ke kota lagi, kita akan urus masalah ini sampai selesai". Arsyad mengepalkan kedua tangannya, menatap lurus pada gerbang yang ada dihadapannya sekarang. Agler dan Glamora mengangguk, lalu mereka bertiga kembali ke rumah.

Sampai dirumah mereka bertiga langsung berpencar untuk menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa, hingga mobil terisi dengan 3 koper dan 1 tas besar dibagasi mobil. Asryad mengampiri Agler dan Glamora yang sudah menunggunya disamping mobil.

Arsyad membawa kotak sedang yang terlihat sangat berat, ia tersenyum sumringah. "Kenapa papah tersenyum begitu". Tanya Agler heran.

Lalu Asryad membuka kotak itu, disana terisi beberapa senjata, seperti pistol, panah, bom, shotgun, dan banyak peluru serta anak panah didalam kotak itu. Glamora tersenyum lebar. "INI SANGATT KEREN, AKU AKAN MEMAKAI INI". Glamora menunjuk pada panah didalam kotak itu.

Arsyad dan Agler tertawa melihat Glamora berlagak seperti itu, apakah ia bisa memakainya?

"Hei! Kalian mengapa menertawakan ku?, Kalian meremehkan ku ya?, Dasar anak dan ayah memang sama sifatnya, hmph!". Glamora menyilangkan tangannya diperut, lalu masuk ke dalam mobil.

Arsyad dan Agler masih saja cekikikan, namun mereka memberhentikan reaksi itu, lalu masuk ke mobil, kemudian Arsyad menancapkan gas nya.

I Fellin Love With a Criminal [END √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang