21. Gadis baru

1K 74 7
                                    

Agler membaringkan tubuh Glamora diatas ranjang, ia mengambil selimut dan membungkus tubuh Glamora, sebelum ia selesai dengan ini, tak lupa Agler megusap rambut panjang Glamora.

Lelapnya Glamora tertidur, hingga ia terbangun pada jam 5.34. Glamora yang masih sayup-sayup beranjak dari tidur nya, turun tangga dengan berpegangan tangan, ia masuk ke dapur lalu minum, tetapi Glamora masih merasa kantuk dan matanya masih terpejam, ia hanya meliha jalan dengan samar.

Merada kebelet, akhirnya ia tergesa-gesa masuk ke dalam pintu. "WAAA!!". Glamora berteriak kaget saat ia membuka matanya mendapat Agler yang hanya memakai handuk berwarna biru, tubuh Agler saat itu sangat terlihat, bahu yang lebar, 8 abs yang terbentuk, tangan yang kekar, sangat idaman bagi para perempuan.

Dengan cepat Glamora menutup mata nya dengan satu tangan, namun ia sedikit nakal, Glamora mengintip disela-sela jemri yang sedang meutup matanya itu.

"Sembarangan saja membuka pintu". Ujar Agler yang kini berjalan ke arah Glamora.

"Mana ku tahu, aku tak sengaja". Sahut Glamora dengan tangan nya yang sudah turun, namun matanya masih terpejam kuat.

"Tak mau dengar alasan, kau memang mesum". Ucap Agler, yang sekarang sudah tepat berada dihadapan Glamora, ia menunduk sedikit, agar jarak wajah nya tak terlau jauh dengan waja Glamora.

"Aku masih mengantuk tadi, terserah jika kau tidak percaya". Jawab Glamora, ia membuka satu matanya, namun saat ia tahu Agler sudah tepat sejajar dengan wajahnya, ia menutup matanya kembali.

"Ahahah, kau lucu". Agler tertawa kecil, gemas melihat Glamora bertingkah seperti itu.

"Apa yang lucu?". Tanya Glamora heran, ia memberanikan membuka matanya, tapi dia tidak melihat ke depan, ia melihat ke asal arah, agar tidak melihat tubuh Agler itu.

"Kenapa melihat kesana?". Tanya Agler, Glamora hanya menggeleng cepat. "Tidak apa-apa".

"Benar?, Kau tidak mau melihat tubuhku?". Tanya Agler menggoda wanita didepannya ini, ia semakin mendekat ke Glamora.

"Waaa, jangan dekat-dekat". Glamora berlari terburu-buru, ke kamar nya, dan mengunci kamar itu. "Agler sialan".

.
.
.
.
.

Tok tok tok

"Masuk". Ucap Glamora yang sedang fokus pada bukunya yang kini ia baca.

"Nona, tuan Arsyad dan tuan Agler sudah menunggu anda dimeja makan". Ujar pelayan sembari menundukkan sedikit kepalanya.

"Ah iya, terimakasih ya". Glamora langsung membereskan buku yag berserakan diatas ranjang lalu turun ke bawah, menemui Asryad dan Agler yang telah menunggu nya.

Glamora menyipitkan matanya saat melihat ada seorang wanita yang lebih muda darinya sedang duduk bersama Arsyad dan Agler, Glamora mendekati mereka. "Om.. maaf lama menunggu". Ucap Glamora tak enak.

"Tidak apa-apa, mari duduk". Glamora duduk disamping Arsyad selaku ayah Agler, kursi mereka berhadapan dengan Agler dan gadis yang tak ia kenali itu.

Mereka saling pandang memandang bergantian, Arsyad yang melihat raut wajah Glamora yang bingung sadar bahwa ia lupa memberitahu gadis yang ada bersama mereka sekarang.

"Glamora, kenalkan ini Sena, dan Sena kenalkan ini Glamora". Ucap Arsyad memperkenalkan mereka berdua.

Glamora tersenyum kecil, dan mengulurkan tangannya, niatnya untuk berjabat tangan dengan Sena, tetapi Sena jutek dan tidak membalas uluran tangan itu.

Tidak sopan sekali sama yang lebih tua. Batin Glamora ia sedikit kesal dengan gadis yang barusan tadi menolak berjabat tangan denganya. Wajah Glamora yang tadinya masih bersemangat, sekarang suram.

Agler yang merasa canggung dan tidak enak dengan suasana nya langsung membuka suara. "Sudah, mari makan". Mendengar hal ini mereka berempat akhirnya mulai memakan hidangan yang ada disana.

"Ini untukmu". Ucap Sena sambil memberikan ayam yang potongannya cukup besar untuk Agler.

"Untukmu". Agler megoper ayam itu ke dalam piring milik Glamora lalu tersenyum, Sena yang melihat itu tidak suka, sambil melihat ke Glamora. Glamora membalas tatapan itu dengan sinis.

"Pemberian orang tidak boleh ditolak, tidak baik". Ujar Glamora yang membalikkan ayam itu ke dalam piring milik Agler. Ck Agler merdecak kecewa.

Arsyad yang sedari tadi melihat pertengkaran mereka hanya menggeleng heran. Dasar anak muda. Batin nya.

"Ini untuk om". Glamora memberikan potongan ayam yang baru untuk Arsyad, Arsyad hanya tersenyum lalu mulai makan.

UHUKK UHUKKK

Sena tersedak makanannya, Agler dengan cepat menuangkan air putih. "Terimakas-" Ucapan Sena terpotong saat tahu bahwa air putih itu bukan untuknya, tapi untuk Glamora. Arsyad yang melihat itu hampir tertawa namun ditahannya.

Glamora meraih air putih itu, lalu menyodorkannya ke Sena. "Minumlah..". Lirihnya memberikan air itu. Lalu lanjut menyantap makanannya.

Akhirnya setelah beberapa menit, mereka telah selesai dengan maknanya, Glamora berinsiatif untuk membersihkan bekas piring diatas meja ini. "Tidak perlu nona.. biar kami yang membersihkannya". Ucap pelayan mengambil halus piring yang sudah Glamora pegang.

"Tidak apa, biar aku bantu ya..". Jawab Glamora lembut, dan akhirnya mereka membersihkan meja makan itu bersama-sama.

Arsyad, Agler, dan Sena yang melihat itu sedikit kagum, namun Sena memudarkan pikirannya. Cih, cari perhatian. Batin nya.

"Kalian udah makan belum?". Tanya Glamora kepada semua pelayan yang ada didapur, beberapa pelayan menggeleng pelan.

"Masih ada bahan?". Tanya Glamora, pelayan hanya mengangguk ragu, pelayan-pelayan itu agak tidak enak, karena takut tidak sopan terhadap Glamora.

"Biasa saja terhadapku, anggap aku teman kalian ya, kita masak, untuk makan malam kalian". Glamora tersenyum manis, dan meraih beberapa alat dan bahan untuk dimasak.

Beberapa pelayan membantu Glamora memasak, dan setelah beberapa menit makanan itu siap dan disajikan diatas meja sedang, yang memang disiapkan untuk pelayan disini, dan mereka pun menyantap makanan itu, dan Glamora pamit untuk naik ke kamar nya.

"Silahkan dimakan, jangan ada yang tersisah oke?". Glamora mengedipkan satu matanya.

"Terimakasih nona..". Lirih pelayan-pelayan itu.

.
.
.
.





I Fellin Love With a Criminal [END √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang