23. Cemburu

1.4K 64 11
                                    

Siang ini setelah Glamora sudah selesai dengan penampilannya yang clasic, ia berkeliling dirumah ini, lalu saat sedang berjalan dilorong yang cukup sepi, ia melihat ada Sena disalah satu ruangan, entah itu ruangan apa, melihat itu Glamora masuk diam-diam, lalu bersembunyi dibalik bilik-bilik yang cukup besar, disana Glamora melihat Sena sedang terburu-buru mencari sesuatu.

Sena membuka laci satu persatu dari beberapa lemari yang hanya setinggi pinggang orang pada umumnya, setelah beberapa lama, akhirnya Sena terlihat senang saat melihat laci terakhir yang ia buka, ia mengambil secarik kertas disana yang sudah sedikit berdebu, Sena membersihkan kertas itu, lalu berbicara sedikit. "Akhirnya ketemu juga, pasti tuan besar akan sangat berterimakasih padaku". Sena cekikikan sendiri, lalu membawa kertas itu pergi.

Tak lama, merasa Sena sudah cukup jauh dari ruangan ini, Glamora pun keluar dari bilik-bilik yang tadi sudah menolongnya untuk bersembunyi, raut wajah Glamora tampak bingung. "Apa isi kertas tadi?". Tanya Glamora pada dirinya sendiri.

Dengan penasaran, Glamora berjalan ke arah laci tadi, yang belum sempat Sena tutup, ia melihat disana ada beberapa foto-foto yang sudah sangat berdebu, foto pertama yang Glamora ambil ialah foto dimana Arsyad dan David sedang merangkul satu sama lain, difoto ini mereka terlihat seperti sahabat yang sangat akrab, namun kenapa mereka tiba-tiba jadi bermusuhan seperti ini?

INFO:

Untuk yang lupa DAVID itu siapa, beliau selaku ayah Liam. read part 17-18. Untuk flashback

.
.

Lalu, Glamora mengambil foto ke-dua yang dimana difoto itu berisi saat pertama kalinya distric 1 dibangun, dan difoto ke-tiga sama seperti foto ke-dua, disana berisi pembangunan distric 2, selanjutnya sama juga difoto yang ke-empat itu pembangunan distric 3.

Pada foto kelima yang Glamora ambil, disana Arsyad dan beberapa polisi sedang berfoto bersama. "Bagaimana bisa Agler menjadi buronan padahal paman Arsyad sangat dekat dengan polisi". Foto itu membuat Glamora kebingungan.

Lalu difoto terakhir yang Glamora lihat, disana foto dimana mereka semua sedang berduka cita atas kematian Benetta selaku ibu kandung Agler, disana ramai sekali orang-orang, termasuk ada Reqsa dan David yang sedang bersedih juga atas kematian Benetta, namun raut wajah mereka berdua seperti berpura-pura, karena yang Glamora lihat terukir semirik dari wajah David yang terkena kamera.

"Apa ini sebenarnya?"

"Apa yang terjadi dulu?"

"Kenapa mereka bermusuhan sekarang?"

Beberapa pertanyaan mulai memenuhi kepala Glamora, ia akan mencari tahu apa yang terjadi selama bertahun-tahun lamanya dengan keluarga Kyller dan Regen.

"Glamora? Kau sedang apa?".

Suara seseorang yang berhasil membuat Glamora terkejut, sontak Glamora berbalik ke asal suara. "Ah.. paman, apa disini ada berkas penting?". Tanya Glamora pada Arsyad yang tadi mengejutkannya.

"Berkas?, Seingat ku tidak.., bagaiman kau bisa masuk kesini?, Ruangan ini sudah lama aku kunci". Tanya Arsyad beruntun, namun Glamora bisa menjawabnya dengan tenang.

"Tiba-tiba saja tadi terbuka dan aku penasaran, maaf paman jika aku lancang". Glamora menundukkan kepalanya.

"Tidak apa, hanya sedikit aneh, baik paman tinggal ya". Pamit Arsyad pada Glamora yang dibalas anggukan oleh nya.

"Huft.. jangan sampai aku yang dituduh..". Batin Glamora legah.

Tanpa berlama-lama, Glamora pergi dari sana dan menemui Agler untuk menanyakan sesuatu, namun yang membuat Glamora kesal saat ia bertemu Agler sudah ada Sena yang sedang menempel terus pada Agler.

Cih

Tidak, Glamora tidak cemburu, hanya kesal sedikit, entah kenapa perasaan itu muncul, lagipula dia dan Agler kan tidak ada hubungan apa-apa.

Dengan perasaan yang masih kesal Glamora pergi ke dapur untuk memasak. "Nona, sedang apa?". Tanya Aletta yang beberapa hari lalu melayani nya untuk kencan bersama Agler.

"Tidak, aku sangat kesal sekarang". Glamora mengambil pisau dengan cepat tanpa sadar hampir mengenai Aletta, namun dengan cepat Aletta menjauh.

"Nona kesal kenap-"

CETAKK

Suara keras yang dihasilkan Glamora saat memotong wortel dengan api yang menggebu-gebu. Aletta menelan ludahnya. "Nona cantik benar-benar sedang marah ya". Ucap Aletta didalam hati.

CETTAK

CETTAK

CETTAK

Sambil memotong bahan-bahan dengan kasar, Glamora terus-terusan mengoceh. "Apa kau tahu? Agler sedang bermesraan dengan Sena tadi". Glamora menengok ke arah Aletta sebentar, lalu melihat lagi ke arah talenan itu.

"Nona cemburu?". Tanya Aletta yang sudah tahu pasti Glamora sedang cemburu.

"APA?? TIDAKK!". Raut wajah Glamora semakin kesal saat mengingat kejadian tadi saat Sena sedang memeluk lengan Agler.

"AKU AKAN MEMBUNUHNYA AWAS SAJA". Teriak Glamora membuat Aletta kaget. "Nona? Sudah.. sabar saja, ayo pergi keluar bersamaku". Ajak Aletta menawarkannya pada Glamora, mungkin dengan mencari udara segar, amarah Glamora akan menurun.

.
.
.

Kini Glamora dan Aletta sudah siap untuk pergi, mereka lewat pintu depan, sengaja untuk menarik perhatian Agler, dan benar saja.

"Gla?". Beo Agler memanggil Glamora sambil menjauhkan dirinya dari Sena. Glamora tidak merespon.

"Tetap lihat kedepan nona, jangan menggubris iblis itu..". Lirih Aletta berbisik ditelinga Glamora.

"Gla? Heii? Glamora, kau mau kemana?". Lagi-lagi Agler tidak direspon.

"Kau tidak menjawabku?". Tanya Agler yang menggenggam tangan Glamora, menahannya untuk tidak terus berjalan.

Glamora menatap Agler. "Lepas". Ujarnya.

Agler mengernyitkan dahinya. "Kau kenapa?". Tanya nya, perasaan Glamora menjadi aneh hari ini, pikiranya.

"Lepaskan tanganmu, tangan mu sangat kotor dan juga dirimu, menjijikan". Ucapan Glamora yang ini berhasil membuat Agler melepaskan genggamannya dan tidak menahan Glamora yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Kenapa dia menjadi seperti itu? Apa karena kejadian semalam?, Tidak mungkin, kita kan sama-sama menikmatinya". Agler berpikir keras apa yang membuat Glamora menjadi seperti itu.

"Tuan Agler, ayo temani aku keluar". Sena menggoyang-goyangkan lengan Agler.

"BERISIK" Ujar Agler dengan nada tinggi.

"Dari tadi kau terus mengikutiku, murahan". Tambah Agler, lalu pergi dari hadapan Sena.

"Sialan, bisa-bisanya dia menghina ku seperti itu, lihat saja pembalasan ku, Agler." Ucap Sena dalam hatinya.

I Fellin Love With a Criminal [END √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang