ANTARA ADA DAN TIADA

77 6 0
                                    

"Orang sholeh nggak pacaran!"

Senja Kala Maheswari

********

"Sayang, dua minggu lagi mas pulang. Mas akan coba bicara ke ayah tentang kita. Mungkin terlalu cepat, tapi mas tidak ingin backstreet lebih lama. Maaf untuk terlalu sibuk akhir-akhir ini. Love you."

Kala membeku memandang pesan baru di ponselnya. Nama Arkhi tertampang jelas sebagai pengirimnya. Kabar yang cukup manis setelah hampir tiga bulan penantian. Tapi panggilan 'sayang' itu sangat aneh dipandangan Kala. Arkhi tidak pernah memanggilnya begitu.

"Kenapa lagi?" Tanya Ayana yang duduk di sebelah Kala. Jam istirahat ini, mereka berdua enggan kemana-mana. Hanya Nala dan Gita yang pamit ke kantin. Huh, mereka pasti lagi hunting kakak kelas tampan.

Kebiasaan!

"Gue ngerasa bersalah sama Mas Ar." Kedua pundak Kala merosot, hembusan nafasnya terdengar begitu berat.

"Lo mau cerita sama gue?" Tanya Ayana seraya mengubah posisi duduknya menghadap Kala.

Kala mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit kelas yang sedikit berdebu. "Gue rasa, hubungan gue sama Mas Ar tuh salah deh, Ay." gumamnya.

Ayana mengernyit, "Salah gimana?"

"Ya ... seperti yang lo lihat. Sebelum kenal gue, Mas Ar tuh kayaknya sholeh banget. Nggak banyak berbaur sama cewek, bahkan cenderung nunduk kalau ketemu cewek. Tapi gue? Kehadiran gue justru bikin dia berani pacaran, Ay. Gue salah." Ungkap Kala mengeluarkan keresahannya.

"Kalian nggak aneh-aneh, kan?" Tanya Ayana dengan raut serius.

Kala berdecak sebal, "Ya nggaklah, nyentuh ujung jarinya aja nggak pernah."

"Demi apa?" Ayana terbelalak mendengar jawaban Kala itu. Baginya, mustahil tidak terjadi kontak fisik pada dua orang yang sedang "pacaran".

"Demikian." Balas Kala cuek.

Kala membungkuk lesu, menyadarkan kepalanya di meja sekolah. Dengan tatapan kosong, ia menatap Ayana yang masih keheranan dengan hubungan mereka. Seolah sahabatnya itu masih tidak percaya dengan ceritanya.

"Itu chatnya nggak dibales dulu?" Ayana menaik-turunkan kedua alisnya.

Sial. Kala lupa mematikan layar ponselnya.

Pesan dari Arkhi tampak jelas diponselnya. Dengan gerakan cepat, Kala menarik tangannya dan memasukkan ponsel itu kedalam laci mejanya. Untunglah laci itu dibuat tanpa tutup sehingga dengan mudah Kala bisa menyimpan ponselnya disana.

"Baleslah, Kal. Kasihan itu udah terlanjur centang dua biru, masa iya nggak dibales?" Ucap Ayana dengan nada meledek.

"Nanti, Ay ... Udah ah, ngantuk gue." Kala melipat kedua tangannya di meja, lalu menyembunyikan wajahnya diantara kedua siku. Sungguh, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Pikirannya terlalu riuh saat ini.

"Tapi Kal, menurut gue si Arkhi masih sholeh kok. Buktinya, dia nggak mau nyentuh lo." Celetuk Ayana tiba-tiba.

"Orang sholeh nggak pacaran." ketus Kala tanpa ingin mengangkat pandangannya.

Ayana tercengang mendengar jawaban Kala. Matanya bergerak liar, berusaha mencari balasan untuk pernyataan Kala yang mematikannya, telak. "Ngomong-ngomong, lo udah sayang sama dia?" Tanya Ayana mengalihkan pembicaraan.

Kala membisu. Perasaannya kali ini benar-benar tidak karuan. Mungkin karena kesalahannya sendiri yang memilih menjalin hubungan seperti ini. Seandainya waktu itu ia tidak menerima Arkhi, mungkin laki-laki itu masih menjadi versi terbaiknya. Menjadi berprestasi tanpa melibatkan perempuan diperjalanannya.

MEZZANINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang