ARKHIZZA KHALIQ

206 26 16
                                        

Halo sayang-sayangnya Mas Arkhi👋

Apa kabar nih?

Baca pelan-pelan dan jangan sampai tenggelam, ya? 🤩

********

Sepulang sekolah, Arkhi meletakkan motornya di garasi. Tempat itu masih kosong, pertanda Ayah Arkhi belum pulang.

Selesai perkara motor, laki-laki itu lantas duduk termenung di teras rumahnya. Rasa lelah itu harus ia tutupi sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Arkhi memejamkan matanya seraya menghembuskan nafasnya berat.

"Assalamu'alaikum..." Ucap laki-laki itu dari pintu depan.

Tidak ada jawaban. Arkhi begitu saja masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum... Umma?" Salamnya sekali lagi.

Hening, "Kemana Umma?" Batin Arkhi, bingung. Tidak biasanya rumahnya sepi seperti ini.

Arkhi segera melepas dan meletakkan sepatunya di rak yang ada didepan kamar. Dengan langkah yang sedikit gontai, ia mencari sang umma.

"Assalamu'alaikum, Umma." Ucap Arkhi saat menemukan umma nya tengah sibuk menyeduh kopi.

"Wa'alaikumussalaam. Baru pulang, Mas?" Tanya Umma Haneen pada putra sulungnya itu.

Arkhi segera menghampiri Umma dan mencium punggung tangan perempuan yang paling dihormatinya itu, "Iya, Umma. Maaf, tadi Ar harus menyelesaikan tugas juga. Maaf sekali, Umma." Jawab Arkhi menunduk.

"Ya sudah, makan dulu, mandi, setelah itu ke masjid. Malam ini jadwalnya apa?"

"Nderes, Umma." Jawab Arkhi tetap menunduk.

"Inggih, langsung mawon." Titah Umma Haneen.

"Inggih, Umma."

Arkhi makin menunduk, berjalan meninggalkan Umma Haneen untuk segera membersihkan diri dan bersiap.

********

"Umma, mas Ar mana?" Tanya Azalia pada Ummanya. Dia adalah adik perempuan Arkhi satu-satunya, Azalia Benadzir Khaliq.

"Salam dulu, dek..." Balas Umma Haneen penuh kesabaran.

Azalia cengengesan, "Oh iya... Assalaamu'alaikum, Umma. Mas Ar dimana Umma? Soalnya tadi adik lihat motornya di depan."

"Wa'alaikumussalam, masmu baru aja pulang, mungkin di kamar. Siap-siap mau ke masjid." Jawab Umma.

"Nanti adik ke masjidnya bareng Mas saja. Nggak mau sama Ayah. Habisnya, ayah ngeselin." Ucap gadis berumur tujuh tahun itu seraya bersedekap dada, menggemaskan.

Umma menoleh menatap gadis kecilnya heran, "Ayah kenapa lagi?" Tanya Umma.

"Masa cuma karena nilai adik delapan puluh, adik nggak boleh minta cokelat." Azalia mencebikkan bibirnya, sebal.

"Mungkin ayah pengen adek belajar lebih giat lagi."

"Tapi kan adik sudah berusaha, gurunya saja yang pelit nilai."

MEZZANINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang