SALAH POSISI

76 9 4
                                        


"Saat saya belum bisa pulang, bukan berarti kamu bisa bebas mengambil rumah saya kan?"

~Arkhi Izzaddin Khaliq

********

Arkhi segera bangkit dari duduknya. Dengan langkah pelan dan menunduk, laki-laki itu hendak bersalaman dengan Ayah Kala. Tatapan tajam dari Ayah Kala pun ia abaikan.

"Assalamu'alaikum, Om." Ucap Arkhi seraya menyodorkan tangannya.

Melihat itu, Dheva mundur satu langkah dengan wajah merah padam penuh amarah, "Pulang!" Titah Dheva tanpa menjabat tangan Arkhi.

"Om? Saya-"

"PULANG!"

Mata Arkhi membulat saat bentakan itu terucap tegas di depan matanya. Suara bentakan yang persis dengan nada tinggi yang ia dapatkan dari ayahnya di rumahnya.

Dengan tatapan nanar, Kala tidak mampu membela siapapun. Gadis itu terdiam dengan mulut terkunci. Sekuat tenaga ia menjaga agar air matanya tidak terhempas jatuh. Ia tidak boleh menangis agar ayahnya tidak semakin menjadi-jadi.

Arkhi menoleh menatap kembali gadisnya yang semakin erat mengatupkan bibir. Ia tahu gadis itu tengah ketakutan, tangan gadis yang tampak tergenggam erat itu bahkan tidak mampu menutupi gemetar tangannya sendiri.

"Maaf om saya lancang, Saya hanya ingin silaturahmi kemari. Kata teman saya, Kala sering masuk UKS akhir-akhir ini." Ucap Arkhi mencoba menjelaskan.

"Kamu itu siapa? Suaminya anak saya? Bukan toh? Lantas apa urusan kamu?" Ucap Dheva penuh penekanan.

"Om tapi saya..."

"KALAU SAYA BILANG PULANG YA PULANG!" Nada bicara Dheva kembali meninggi.

"Ayah, jangan teriak-teriak. Nggak enak sama tetangga." sahut Rena, bunda Kala.

"Bawa anakmu ini masuk!" Titah Dheva.

Rena hanya bisa pasrah, ia tahu betul betapa keras watak suaminya itu. "Nak Arkhi, kamu pulang dulu ya. Biar Kala istirahat. Kamu juga pulang, istirahatlah." ucap Rena seraya menggandeng putrinya.

"Iya, Bunda." Jawab Arkhi lesu. Tangan yang tampak sedikit lebih kurus itu meraih tas ranselnya, kemudian menggendongnya di punggung.

"Saya pamit dulu,"

"Assalamu'alaikum..." ucap Arkhi bersamaan dengan seseorang yang baru saja datang.

"Wa'alaikumussalam..." Semua mata tertuju pada tamu baru itu. Dengan antusias Dheva menyambutnya. Laki-laki 40 tahunan itu segera menghampiri dan mempersilahkan tamunya itu duduk.

Arkhi membulatkan matanya terkejut saat mengetahui siapa yang datang. Matanya tak berkedip menatap setiap langkah tamu itu. Tidak salah lagi, Arkhi mengenali laki-laki itu, sangat kenal. Tidak salah lagi, dia Zahdan. Bagaimana mungkin sahabatnya itu ada disini? Bagaimana bisa ia berada ditempat Kala dan disambut sehangat ini oleh ayah Kala?

"Saya ijin pulang, Om, Bunda. Assalamu'alaikum." Ucap Arkhi seraya pergi meninggalkan rumah Kala. Dengan kepala yang menunduk, Arkhi berjalan tergesa-gesa, entah apa yang ada dipikirannya saat ini.

"Ar!" Panggil Zahdan sedikit berteriak.

"Kamu kenal?" Tanya Dheva penasaran.

Belum sempat Zahdan menjawab, Kala terlebih dulu berlari masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu tidak ingin menjelaskan apapun. Hanya diam dan menyimpan semuanya sendirian.

Tak berselang lama, suara deru mesin motor terdengar semakin jauh. Dari suaranya, motor yang tadinya terdengar pelan itu melaju semakin cepat. Bisa dipastikan kendaraan itu sudah berada di kecepatan hampir 100km/jam. Itu pasti Arkhi yang memilih kebut-kebutan di jalan.

MEZZANINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang