POSITIF

96 10 13
                                    

Mohon maaf lahir dan batin semuanya 🙏

Karena udah lama nggak update, jadi anggap ini pemanasan aja dulu, OKAY? ☺️

********

"Mas, tahu nggak buah ini darimana?"
Umma Haneen menaikkan pandangannya menatap wajah Arkhi. Kedua tangannya sibuk mengupas jeruk untuk anak lelaki semata wayangnya itu. Hari ini, Arkhi dijadwalkan akan melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan jumlah sel darah putih dalam tubuhnya.

"Tidak tahu, Um. Tapi Ar yakin kalau Umma tidak mencuri." Arkhi tertawa seraya menggigit sepotong jeruk di tangannya.

Mendengar itu, Umma Haneen reflek menepuk lengan Arkhi, "Umma tidak mungkin memberi anak kesayangan Umma dari sesuatu yang haram."

"Iya, Umma. Arkhi bercanda." Balasnya.

Dengan tangan yang masih memegang jeruk, Umma Haneen berhenti mengupas. Ia membayangkan peristiwa yang ia alami tadi sebelum bertemu Arkhi, dimana ia tidak bisa menemukan satu pun toko buah di dekat rumah sakit tempat Arkhi dirawat.

"Tadi Umma nggak sengaja tabrakan sama perempuan di lobby. Anaknya cantik, sopan, dan matanya itu loh, masyaallah cantiknya. Buah ini dari dia."

"Cocok nggak kalau sama Ar, Um?"
Satu tatapan tajam Umma Haneen menjawab pertanyaan Arkhi. Di dalam keluarganya, tidak ada yang menyukai kata pacaran. "Nggak ada cocok cocok. Kamu fokus memantaskan diri. Kalau sudah saatnya nanti, langsung menikah. Pacarannya setelah menikah saja." Ucap Umma Haneen penuh ketegasan.

"Arkhi bercanda Umma, peace..." Kata Arkhi seraya mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.

"Mas, perempuan itu makhluk yang sensitif dan peka dengan magnet rasa lain disekitarnya. Hatinya seringkali tertarik dengan apa yang orang terdekatnya rasakan. Jadi... Mas jangan sampai memberi harapan lebih pada perempuan atau dia akan memberimu seluruh hidup dan jiwanya." Pesan Umma Haneen begitu serius.

Arkhi tersenyum tipis mendengar pesan Ummanya itu. Ia tahu, begitu besar cinta Ummanya untuk Ayahnya sehingga banyak pengorbanan yang beliau berikan tanpa mengharapkan imbalan atas itu. Sekalipun banyak luka yang menghujam batinnya, tapi Umma tetaplah Umma dengan kelembutan sikap dan kelapangan hati yang luar biasa. Sikap ini yang menjadikan Arkhi sosok seperti sekarang, lembut dan penyayang.

"Ayah nggak salah pilih pawang." Celetuk Arkhi seraya menyuapkan sepotong jeruk pada Umma Haneen.

Suara tawa terdengar renyah memantul diantara dinding-dinding kamar rawat Arkhi. Hubungan ibu dan anak yang tampak harmonis. Berbeda saat Arkhi bersama ayahnya yang lebih tampak seperti sedang latihan militer.

"Umma tau nama perempuan tadi nggak?" Tanya Arkhi penasaran.

"Kalau Umma tidak salah dengar, namanya Kala." Jawab Umma Haneen tenang. Kedua ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah garis senyum yang begitu tipis. Tatapan lembut dari Umma Haneen seolah menyapu bersih wajah Arkhi yang mendadak salah tingkah. "Mas kenal?" Tanyanya.

"Uhuk!!" Arkhi sontak tersedak mendengar pernyataan sekaligus pertanyaan dari Ummanya. Sungguh, laki-laki itu berharap bahwa ia tidak salah dengar.

"Mas kenal sama gadis itu?" Umma mengulang pertanyaannya.

Arkhi celingukan, matanya liar bergerak mencari jawaban yang tepat. Arkhi bukan tipe laki-laki yang pandai berbohong.

"Hmm... mungkin... adik kelas saya... Umma." Jawab Arkhi gugup. Wajah tirus laki-laki itu tampak merona dibalik kulit pucatnya.

"Anak Umma sudah dewasa, ya?"

Sebuah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban itu membuat Arkhi terjungkal dan segera bersembunyi dibalik selimutnya.

MEZZANINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang