Hai, Ochi disini 👋
Malam Jum'at waktunya apa?
Waktunya Al-Kahfi ✨
Al-Kahfi dulu, baru Mas Arkhi 😍
********
Pagi yang cerah untuk Arkhi yang bahagia. Laki-laki dengan tinggi badan 175 cm itu sudah bersiap ke sekolah dengan seragam pramuka yang terbalut jaket varsity warna hitam miliknya. Hari Sabtu di bulan September yang dingin, Arkhi menembus jalanan yang sibuk dengan motor CBR250RR kesayangannya.
"Kenapa saya bahagia sekali hari ini?" Ucap Arkhi dari balik helmnya.
Untung saja laki-laki menggunakan helm full face. Kalau tidak, pasti semua orang akan melihat senyum manisnya yang mengembang sempurna.
Jatuh cinta itu... seperti ini, ya?
********
Sampai di sekolah, Arkhi segera memarkirkan motornya di pojok paling belakang tempat parkir. Entah kenapa hari ini laki-laki itu ingin sekali bersembunyi dari Kala sampai waktunya tiba. Ia yang biasanya duduk di serambi musholla, hari itu memutuskan untuk langsung menuju kelas.
"Adan..." Sapa Arkhi setibanya di pintu ruang kelasnya. Hari ini memasuki waktu normatif yang artinya ruang kelas Arkhi berada di gedung normatif pula. Ya, bagi pelajar SMK sepertinya pasti sudah terbiasa dengan pola belajar blogging, yang mana satu semester akan dibagi menjadi dua blok, normatif dan produktif.
"Tumben kamu datang lebih pagi dari saya? Ada tugas yang belum selesai?" Tanya Arkhi sembari meletakkan ranselnya.
"Nggak, kan udah semalem. Oh iya, sorry gue balik nggak bilang lo dulu. Nggak tega gue mau bangunin. Lo kelihatan pules banget." Jawab Zahdan yang berusaha terlihat baik-baik saja.
"Nggak apa-apa, tapi gara-gara kamu nggak bangunin saya, semalaman saya tidur sambil duduk." Gerutu Arkhi pada sahabatnya itu.
"Jangan bilang leher lo patah?"
"Nggak, alhamdulilah. Kenapa?"
"Harusnya patah, sih."
"Kenapa?"
"Minimal sengklek."
Arkhi mendadak diam, kedua alisnya menyatu. Laki-laki itu tidak paham dengan candaan yang Zahdan lontarkan. Dasar makhluk logis! Susah diroasting.
"Tadi lo dicariin pak Cakra, disuruh ke kantor studio." Ucap Zahdan mengalihkan pembicaraan.
"Ada perlu apa?"
"Nggak tau. Paling mau bahas prakerin." Jawab Zahdan.
"Ya sudah, nanti saja saya kesana." Jawab Arkhi singkat.
"Oke."
Setelah percakapan itu, Zahdan menelungkupkan wajahnya diatas lengan kanannya. Tanpa Arkhi sadari, Zahdan tampak pucat pagi itu. Matanya tampak sedikit bengkak dan menghitam, entah berapa hari Zahdan tidak tidur. Ada kenyataan-kenyataan yang harus ia simpan sendirian.
"Adan, pulang sekolah sibuk, nggak? Temani saya ke toko buku, ya? Saya mau cari referensi untuk olimpiade fisika."
Mendengar itu, Zahdan sontak mendongak, "OLIMPIADE? KAPAN? UDAH GILA LO YA?" Balas Zahdan dengan penuh penekanan.
"Masih lama, selesai prakerin. Sekitar tiga setengah bulan dari sekarang. Do'akan saya lolos mewakili sekolah. Ini mimpi saya sejak kelas 10." Jawab Arkhi dengan wajah sumringah. Sorot matanya tampak berbinar. Terselip harapan besar dalam setiap kalimat yang terucap dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZANINE
Fiksi RemajaMas Ar, begitu panggilan kesayangan dari Kala. Namanya Arkhi Izzaddin Khaliq, laki-laki sederhana yang sedang berusaha menjaga hati dan memilih fokus pada pendidikan dan mimpinya. Tuntutan keluarga membuatnya menjadi laki-laki yang ambisius, cuek da...