RELATIONSHIP

127 18 20
                                    

*Baca part sebelumnya dulu.

*OPENING DULU BIAR AFDHOL*

Hai, Ochi disini👋
Terimakasih sudah bertahan sampai bab ini. Semoga bahagia.
Happy reading ✨

********

"Syukurlah dia belum datang."

Arkhi melihat lagi jam tangannya, memastikan bahwa ia tidak terlambat. Hari Sabtu, jam 1 siang, laki-laki itu duduk sendirian di sebuah kursi yang berada di koridor depan perpustakaan. Cukup lama ia menunggu, tapi gadis itu tidak juga menampakkan batang hidungnya.

Arkhi tertunduk lesu. Cowok itu mulai pasrah saat gadis favoritnya itu tidak juga terlihat. Ada raut keputusasaan diwajahnya.

Apa mungkin Kala enggan menemuinya? Tapi bukankah gadis itu sudah setuju untuk bertemu?

"Assalaamu'alaikum.."

Suara lembut yang sedikit bergetar itu mendayu merdu di telinga Arkhi. Laki-laki itu mendongak, sejenak terdiam tanpa tau apa yang harus ia lakukan. Bahkan satu suara saja sudah membuat hatinya bergetar hebat.

"Wa'alaikumussalam. Duduk disini." Pinta Arkhi kepada Kala seraya menggeser duduknya demi memberi ruang untuk Kala duduk disampingnya.

Kala menunduk, ia tak berani duduk di sebelah seniornya itu. Kala memilih tetap berdiri menyandarkan bahunya pada tiang koridor. Jantungnya berdetak kencang sekali, persis seperti detak jantung laki-laki yang kini berada dihadapannya.

"Maaf kak, saya hanya punya waktu 10 menit dari sekarang. Langsung to the point aja." Ucap Kala tanpa basa-basi.

"Iya, saya langsung ke intinya saja." Arkhi berdehem sejenak kemudian menarik nafasnya dalam-dalam. Sial, Arkhi begitu gugup saat ini. Ia hampir kehilangan kontrol akan tubuhnya sendiri. Kala pasti menyadari kalau tangan Arkhi gemetaran.

"Sebelumnya, saya ingin meminta maaf, karena mungkin menurut kamu... ini akan terdengar sedikit aneh atau bahkan sangat konyol. Tapi saya tidak jago berbohong, Kal. Sejak hari dimana saya menyerahkan formulir itu, hati saya sudah terpikat pada kamu. Ya, sesuka itu saya ke kamu."

Arkhi menjeda kalimatnya, satu hembusan nafas terdengar begitu jelas. Tidak mudah bagi Arkhi mengutarakan ini.

"KALA... IZINKAN SAYA MEMBAWA NAMAMU DALAM DO'A-DOA SAYA."

Satu kalimat sakral itu akhirnya terlontar cepat dari bibir Arkhi. Dengan raut wajah yang penuh pengharapan, Arkhi menatap Kala yang tertunduk membisu.

"Ijinkan saya menjadi laki-laki beruntung yang akan melangitkan namamu disepertiga malam saya. Mungkin ini terdengar aneh, tapi bagi saya, kamu adalah pemenangnya."

Kala semakin tertunduk. Gadis itu sama sekali tidak berani menatap laki-laki yang tengah mencoba jujur atas perasaannya itu.

"Saya tidak memaksa kamu untuk menjawabnya sekarang. Karena apapun jawabannya, hati saya tetap menjadi milikmu."

Beberapa menit berlalu, Kala masih memilih bungkam. Gadis itu benar-benar tidak tau harus berbuat apa. Suara di kepalanya terlalu riuh, sedangkan lidahnya mendadak kelu. Tak ada satu kata pun yang bisa ia lontarkan.

"Jangan terlalu dipikirkan, kita ke basecamp, ya? Ada beberapa hal yang harus dibahas sebelum diklat dan pelantikan OSIS baru." Ajak Arkhi dengan senyum ramahnya.

"Iya." Jawab Kala singkat.

Kedua insan berbeda gender itu akhirnya melangkah pergi. Seperti anak kecil yang takut ketinggalan langkah ayahnya, Kala berjalan mengekor persis di belakang Arkhi. Dengan wajah yang terus tertunduk, Kala berharap tidak ada seorang pun yang melihatnya siang itu. Ah, tapi sahabat-sahabatnya masih setia mengawasinya dari jendela, kan? Konyol!

MEZZANINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang