"Arus yang kuat kadang tidak menimbulkan ombak."
~Bagas
********
Jerit suara peluit kondektur yang terdengar melengking, disambut hangat dengan bel kereta yang tak kalah nyaring. Tanda kereta siap berangkat menuju stasiun tujuan. Didalam gerbong ketiga, tepat disamping jendela, Arkhi duduk tegap dengan headphone yang bertengger di kepala. Matanya tak lepas dari buku fisika yang menjadi kecintaannya itu.
Sengaja ia membujuk Pak Cakra agar dibolehkan pulang malam ini. Ia ingin perjalanan yang tenang dan segera kembali ke sekolah esok hari. Meski ia diberi waktu libur, tapi ia enggan terbuai. Arkhi tidak mau semakin jauh ketinggalan materi pelajaran. Dan pastinya, ia ingin segera bertemu Kala. Siapa lagi?
Sesekali Arkhi tersenyum. Rasa bahagia yang membuncah membuat ia tidak mampu menahan bibirnya untuk tetap tenang. Beberapa kali ia menutupi wajahnya dengan buku yang ia pegang hanya karena ia tidak mau terlihat begitu.. bahagia?
Arkhi sudah membayangkan, betapa cantik senyuman Kala yang akan menyambutnya dengan penuh rasa bangga. Meski di posisi kedua, ia yakin Kala akan sangat bangga. Ia tahu gadis itu akan selalu menghargai usahanya. Sekecil apapun."Ojo ngguyu dewe, cek ndak dikiro gendeng koen!" Celetuk Billy dengan logat Surabayanya yang khas.
Arkhi menoleh kaget. Seorang laki-laki berkulit putih dan mata sipit khas China itu tiba-tiba duduk disebelahnya. "Loh, Bil? Pulang juga?" Tanya Arkhi seraya melepaskan headphone-nya.
"Menurut lo? Pak Cakra nggak mungkin setega itu ngebiarin anak kesayangannya pulang sendirian. Gue sama Lala juga disuruh pulang. Tuh, mereka berdua duduk di belakang kita." Tukasnya.
Arkhi sontak menoleh kebelakang, "Loh pak? Kenapa nggak jadi satu disini?" Tanyanya keheranan.
"Udah istirahat aja kalian, yang penting bisa pulang dengan selamat dan nggak terpisah satu sama lain." Jawab Pak Cakra singkat.
Arkhi mengangguk kemudian menatap cowok disebelahnya, "Kenapa, Bil?"
"Ya lagian lu minta balik mendadak. Nyati tiket juga sedapetnya lah, Gila!"
"Maaf." Ucap Arkhi seraya menunduk.
"Bil, ojo tuman!" Celetuk Lala dari tempat duduknya.
"Iyo, sorry sorry.. Guyon, Ar. Kita semua emang pengen pulang, capek. Biar besok gue bisa tidur seharian."
"Turu teross!" Sahut Lala dan Pak Cakra dengan kompaknya.
Keempat penumpang kereta itu lantas tertawa, memicu atensi penumpang lain yang mungkin tengah lelah juga. Segera mereka berpura-pura tidur hingga benar-benar terlelap oleh rasa lelah yang mereka tanggung beberapa bulan terakhir.
********
Matahari beranjak naik seiring riuh raung suara kendaraan berlalu lalang. Manusia yang mulai sibuk dengan dunianya, aroma parfum yang saling beradu dengan asap kendaraan, juga hawa dingin yang diam-diam menyeruak masuk menggetarkan panca indera.
Pagi itu, Arkhi sudah bersiap dengan seragam krem miliknya. Tas ransel yang tampak berat dan penuh pun sudah berada dalam gendongan punggungnya.
"Nggak istirahat aja dulu, Mas? Mas kan baru sampai tadi pagi." Ucap Umma Haneen tergopoh-gopoh mengantarkan susu untuk anak lelakinya itu.
Senyum Arkhi mengembang hangat, "Ar nggak mau ketinggalan jauh, Umma. Kan Ar juga baru selesai prakerin langsung fokus ke olimpiade, sayang kalau sampai turun nilainya nanti." Jelas Arkhi sembari menerima segelas susu buatan Ummanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZANINE
Fiksi RemajaMas Ar, begitu panggilan kesayangan dari Kala. Namanya Arkhi Izzaddin Khaliq, laki-laki sederhana yang sedang berusaha menjaga hati dan memilih fokus pada pendidikan dan mimpinya. Tuntutan keluarga membuatnya menjadi laki-laki yang ambisius, cuek da...