UKS (Untuk Kamu Saja)

41 5 0
                                    

Dua puluh panggilan tak terjawab yang menghiasi ponsel Kala berhasil membuat gadis itu terbelalak dan membeku sejenak. Ia yang tengah mencatat dan memotret bagian-bagian penting film pendek itu tidak menyadari bahwa sejak tadi Ayah sudah menelponnya. Ceroboh! Kala lupa mematikan mode jangan ganggu di ponselnya.

Kala berdecak sebal, "Mati gue!"

"Kenapa, Kal?" Tanya sahabat-sahabatnya itu serentak.

"Ayah. Ayah udah nelpon gue lebih dari dua puluh kali." Jawab Kala dengan gelisah.

"Yah... Strict parents ya? Aa kasian aa..."

"Astro!" Ayana sedikit meninggikan suaranya. Gadis itu mendekat mendekap pundak Kala yang mulai gemetar. "Seriusan? Kalau menurut durasi, filmnya bentar lagi kelar. Entar kita bantu jelasin ke ayah lo, ya?"

"Posesif banget," gerutu Nala seraya menyilangkan tangannya didada.

"Shhh! Nala nggak boleh gitu." Jawab Astro dengan gemulainya.

"Lagian, kita ini nugas loh bukan ngelayap. Lagian apa sih? Belum juga jam sembilan malam. Dasar bapak-bapak!"

"Eh... Gue bilangin bapaknya Kala kalau lo julid ya." Seloroh Astro.

"Ngadu lo, cowok cepu lo!"

Astro melengos seolah enggan menanggapi Nala yang mulai emosional.

"Eh, udah selesai tuh. Foto cepet! Kita harus dapat nama all crewnya." Sahut Gita ditengah kehebohan sahabat-sahabatnya itu. Ya, rasanya malam itu hanya Gita yang benar-benar mendapatkan ending film pendek karya kakak kelas mereka dengan baik. Sedangkan yang lain, mereka sibuk mencari solusi untuk Kala bisa pulang dengan tenang tanpa takut ayahnya marah lagi.

"Udah gini, sekarang kita atur strategi," ucap Ayana seusai film pendek itu turun layar. "Nanti sampai rumah Kala, kita mampir bentar buat kerjain tugas ini. Nyicil aja nggak apa-apa, nggak harus selesai malam ini. Nala, lo bawa laptop?"

"Bawa."

"Entar lo keluarin aja laptop lo, bebas buat apa aja. Yang penting kelihatan ngerjain sesuatu. Bisa dipahami?"

"Siap paham!" Geng itu kompak berdiri degan sikap hormat, membuat manusia di sekeliling mereka pun menyoroti tingkah kelima remaja itu dengan tatapan heran.

********

Canda tawa menghiasi sepanjang perjalanan pulang kelima remaja yang tengah dimabuk tugas itu. Selain karena perizinan untuk Kala yang sulit, tentu mereka juga dipusingkan dengan banyaknya tugas produktif dan normatif yang terus menghujam. Maklum saja, ujian semester sudah semakin dekat, jadi bisa dipastikan semua guru mata pelajaran akan memberikan tugasnya masing-masing, tanpa jeda.

Beberapa saat kemudian, Kala dan teman-temannya sudah sampai di halaman rumah Kala yang sunyi. Entahlah, bahkan warung kopi di seberang rumah Kala pun tidak menunjukkan tanda-tanda adanya kegiatan, padahal biasanya tempat itu tidak pernah sepi pengunjung. Suasana yang berhasil membuat nyali kelima remaja itu ciut.

Setelah memarkirkan motor mereka di halaman rumah, buru-buru Kala berlari menuju pintu utama. Punggung tangan Kala mengetuk pintu rumahnya namun tak ada jawaban.

"Kal, itu motor siapa?" Tanya Nala menyusul di belakang Kala.

Gadis itu menoleh. Benar saja, sebuah motor terparkir di samping teras rumahnya. Ah, Kala terlambat menyadari itu.

"Nggak tau," Jawab Kala sekenanya. Gadis itu keburu panik karena pulang terlambat. Sekarang sudah jam sembilan lewat lima belas menit. Yang artinya, lima belas menit juga ia terlambat pulang.

MEZZANINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang