Hai, Ochi disini 👋
Telat dikit tapi nggak ngaruh, ya kan?
Happy reading 🥰********
Bel berbunyi, seisi kelas mendadak riuh dengan sorak kebahagiaan yang terpancar dari wajah siswa-siswi yang kelelahan. Beberapa dari mereka sibuk berkemas, sebagian lagi sudah duduk tenang dan tas rapi tergantung di pundak. Termasuk Nala, si gadis yang rajin ingin pulang cepat.
"Udah mau balik, jangan bengong mulu." Seloroh Nala dengan wajah santainya. Gadis itu sudah sibuk berkemas bahkan sejak 10 menit sebelum bel pulang berbunyi.
Kala tersenyum hambar, wajahnya yang pucat tidak seceria biasanya. Gadis itu tampak murung sejak pagi. Andai saja ia mampu menceritakan semuanya, mungkin beban pikirannya tidak akan seberat ini.
"Lo kenapa sih? Dari pagi gue perhatiin diem mulu. Lo sakit? Atau ada masalah apa? Cerita sama gue, Kal." Ayana menatap lembut ke arah Kala, mencoba meyakinkan gadis itu untuk percaya padanya.
"Gue nggak papa." Jawab Kala singkat. Isi kepalanya terlalu rumit untuk dijelaskan. Kala memang terkenal sangat pendiam dan cuek diantara teman-temannya. Bahkan kemampuannya di bidang akting dan penyiaran sempat diragukan oleh gurunya sendiri.
"Jam pelajaran boleh kosong, tapi pikiran lo jangan." tegur Ayana.
"Habis ini kita latihan teater, kan?" Kala mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin membawa masalah pribadinya disini. Bahkan saat hatimu terpuruk, kamu harus tetap profesional, begitu kata Bu Vida.
Gita menepuk dahinya pelan, "Eh iya lagi. Btw, kita sekelompok sama Astro. Sumpah, gue yakin bakal berisik banget tuh bocah. Cowok kok julid."
"APA LO BILANG? GUE JULID?" teriakan membahana itu berasal dari Astro yang baru saja keluar kelas.
Kala menepuk lengan Gita, "Dia denger, Ta."
"Biarin! Emang dia julid." seloroh Gita dengan nada tingginya.
"Diem atau gue coret lo dari anggota kelompok gue!"
"Wahai mulut Mak Astro yang luwesnya kaya kumpulan emak-emak arisan, nggak usah sok iye lo. Nama doang maskulin, cowok kayak cewek lo!!"
"Cewek kayak preman lo!"
"Jamet lo!"
"Eh, gue nggak jamet ya!"
Mendengar itu, Kala, Ayana dan Nala terdiam. Tidak ada satu pun yang bisa menyenggol perdebatan sengit dua manusia itu. Lebih baik diam atau mereka akan ikut diterkam.
Astro memang terlihat maskulin dengan tubuh yang proporsional. Kedua lengan yang berotot, dada yang cukup bidang dan perut sixpack yang akan terlihat setiap tubuhnya basah seusai olahraga. Tapi dibalik kesempurnaan fisiknya, Astro memiliki kepribadian yang cukup kemayu dan sensitif dibanding laki-laki lainnya. Itulah alasan dia dipanggil "Mak Astro" oleh teman-temannya.
"Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyuum..." ucap Nala ditengah perdebatan itu membuat Kala dan Ayana sontak menoleh bersamaan.
"Ngapain?" tanya Ayana.
"Baca ayat kursi, siapa tau manjur." seloroh Nala dengan wajah tanpa rasa bersalahnya.
Kala dan Ayana kompak menggeleng heran melihat tingkah kedua sahabatnya.
Suara adzan terdengar nyaring dari musholla sekolah. Gita dan Astro mendadak diam, menghormati panggilan Tuhan.
"Alhamdulillah adzan, setannya langsung diam." seloroh Nala seraya menenteng tasnya.
Dengan gerakan cepat Gita menoyor Nala, "Pale lo setan!" umpatnya.
"Udah ah, gue ke musholla dulu." Ayana segera mengemasi buku-bukunya. Keempat sahabat itu berpencar saat di pintu kelas, Kala menuju musholla sedangkan sahabatnya yang lain pergi ke kantin untuk makan siang sebelum latihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZANINE
Roman pour AdolescentsMas Ar, begitu panggilan kesayangan dari Kala. Namanya Arkhi Izzaddin Khaliq, laki-laki sederhana yang sedang berusaha menjaga hati dan memilih fokus pada pendidikan dan mimpinya. Tuntutan keluarga membuatnya menjadi laki-laki yang ambisius, cuek da...