"Jatuh cinta pada laki-laki ambisius itu tidak mudah. Ia akan lebih loyal pada ambisinya. Setengah tubuhnya adalah manusia dan setengah lagi adalah mesin pewujud mimpi."
~Senja Kala Maheswari
********
Matahari mulai beranjak menyingsing ke arah barat dan para peserta OSN mulai terlihat lelah menanti pengumuman. Atmosfer menegangkan di gedung penyelenggaraan OSN semakin terasa di detik-detik akhir pengumuman hasil perlombaan ini. Arkhi yang merasakan tubuhnya makin menggigil terlihat sibuk menggigit bibir bawahnya. Laki-laki itu menoleh ke kanan dan kiri melihat ratusan peserta lain yang mungkin juga merasakan ketegangan yang sama.
Dipojok ruangan, mata elang Arkhi mendapati sesosok yang tidak asing baginya. Laki-laki yang tampak menyilangkan kaki dengan tenang dan sebuah buku yang ada ditangan. Teman yang sempat tinggal sekamar dengannya itu sama sekali tidak bergeming bahkan ditengah keriuhan ratusan peserta OSN yang tegang.
"Apa saya harus membaca buku juga untuk mengurangi ketegangan disini? Yaa Allah, saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Bismillah." Gumam Arkhi seraya merogoh tasnya dalam.
"Ar, minum dulu." Titah Pak Cakra seraya menyodorkan sebotol air mineral. Entah darimana asalanya, Pak Cakra tiba-tiba sudah duduk disamping Arkhi.
Arkhi menoleh, "Terimakasih, Pak." Ucap Arkhi segera setelah menerima sebotol air mineral dari Pak Cakra. Ia gagal mengambil bukunya sebelum Pak Cakra datang.
"Nggak usah tegang. Saya sudah bangga melihat progress kamu sejauh ini. Keren!" Ujar Pak Cakra. Kedua sorot matanya mengisyaratkan kebanggaan luar biasa.
"Terimakasih, Pak." Balasnya. Dalam genggamannya, Arkhi tidak segera meminum air mineral pemberian Pak Cakra. Laki-laki itu justru memutar tutup botol itu terus-menerus.
"Makan dulu mau nggak? Biar saya telpon Lala sama Billy buat bawain kamu makan."
"Nggak perlu, Pak. Nanti saja. Saya tidak punya selera makan juga disaat-saat menegangkan seperti ini."
Pak Cakra menghela nafas berat. Tentu ia sangat menyadari posisi Arkhi saat ini. Pasti banyak harapan yang ia sematkan pada pertandingan kali ini. Tentu laki-laki itu tidak ingin mengecewakan harapan semua orang.Pak Cakra merangkul pundak Arkhi kemudian menepuknya beberapa kali, "Nggak usah terlalu tegang. Kamu sudah cukup mandi keringat di medan latihan, saya rasa tidak mungkin kamu mandi darah di medan pertempuran."
Kedua alis Arkhi menyatu, "Maksud bapak?"
"Kamu sudah belajar dan berlatih mati-matian untuk olimpiade ini, saya rasa kamu tidak perlu takut gagal. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil."
"ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BAROKATUH, SALAM SEJAHTERA, SHALOM, OM SWASTIASTU, NAMO BUDDHAYA, SALAM KEBAJIKAN."
Suara yang menggelegar dari sepasang pembawa acara itu berhasil menyedot seluruh atensi seluruh peserta dan pembimbing yang berada di ruangan. Termasuk Arkhi dan Pak Cakra, keduanya langsung memposisikan diri untuk duduk tegap menghadap arah suara.
"SEPERTINYA SUASANA DI RUANGAN INI CUKUP TEGANG YA?" ujar pembawa acara perempuan itu dengan tawa lembut khas pembawa acara.
"IYA NIH. TAPI MENGINGAT HARI YANG SEMAKIN GELAP, LANGSUNG SAJA KITA UMUMKAN..."
"PERAIH MEDALI OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN INI." Ucap kedua pembawa acara serempak.
"KATEGORI PERTAMA, DARI BIDANG UNGGULAN FISIKA. PERAIH MEDALI EMAS PERTAMA, KHALIL GIBRAN DARI SMA TARUNA NUSANTARA, MAGELANG."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZANINE
Teen FictionMas Ar, begitu panggilan kesayangan dari Kala. Namanya Arkhi Izzaddin Khaliq, laki-laki sederhana yang sedang berusaha menjaga hati dan memilih fokus pada pendidikan dan mimpinya. Tuntutan keluarga membuatnya menjadi laki-laki yang ambisius, cuek da...