"Bagaimana jika akhirnya, bahagiamu adalah dengan tidak bersamaku?"
~Arkhi Izzaddin Khaliq
********
"Tak ada yang peduli rasa sakitmu, maka sembuhlah sendirian."~Senja Kala Maheswari
********
Semilir nyanyian angin berderu merdu saat Arkhi duduk termenung di pojok lapangan basket yang sepi. Senyumnya masih mengembang saat ia kembali mengingat kejadian di kantin tadi pagi. Keberaniannya mengakui hubungan beradu dengan tingkah Kala yang menggemaskan, seolah berhasil menarik habis seluruh rasa lelahnya yang menumpuk berbulan-bulan ini.
Hari ini, ia tidak mengikuti pelajaran apapun. Seharusnya ia harus beristirahat seperti rekan olimpiadenya yang lain. Tapi demi bertemu Kala, ia sengaja pergi ke sekolah hari ini.
BUGH!
"Astaghfirullah!" Lirih Arkhi saat sebuah bola basket mengenai tepat di pelipis kanannya. Sontak ia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Kedua alisnya mengerut, beberapa saat pandangannya sedikit kabur.
"Sorry sorry nggak liat!" Teriak seseorang dari tengah lapangan. Laki-laki itu segera berlari menuju pojokan, berniat mengambil bola dan meminta maaf.
Mata laki-laki itu memicing saat retinanya berhasil menangkap jelas wajah Arkhi yang duduk tak jauh dihadapannya, "Loh, Ar? Udah balik?" Tanya laki-laki itu sembari memperlambat langkahnya.
"Sudah." Jawab Arkhi singkat. Laki-laki itu masih sibuk memegangi kepalanya yang terasa berat pasca terlempar bola basket.
"Aduh, sorry, gue beneran nggak tau lo disini."
"It's ok, Adan. Just relax." Balasnya.
"Asek Bahasa Enggres!"
Zahdan berjalan mendekat. Laki-laki itu segera memposisikan diri untuk duduk di dekat sahabatnya itu. Hari ini, mata Zahdan terlihat sedikit lebih sembab dari biasanya. Tak ada bekas airmata, tapi kekosongan mata Zahdan seolah menceritakan semuanya.
"Bolos lagi?" Tanya Arkhi.
Zahdan tersenyum hambar, "Hari ini doang."
"Ada apa?"
"Biasalah."
Hening. Suasana canggung menyelimuti dua laki-laki yang tengah berkelana di ruang berisiknya masing-masing. Keduanya menatap kosong hamparan hijau tak berumput dengan aksen garis putih sebagai acuan permainan itu. Arkhi masih ingat betul bagaimana Zahdan pernah hampir mengkhianatinya. Berbeda dengan Arkhi yang penyendiri, Zahdan justru memiliki sifat yang lebih mudah bergaul. Wajar jika beberapa teman perempuannya terlihat nyaman saat berada didekat laki-laki itu. Hal itu juga yang seringkali membuat Arkhi merasa takut jika Zahdan berniat mengambil Kala darinya. Ia takut jika Kala akan lebih nyaman bersama Zahdan, sahabatnya.
"Gue mau ngomong." Ucap Arkhi dan Zahdan bersamaan.
"Lo duluan,"
"Oke." Jawab Zahdan segera mengiyakan. "Ini soal Kala." Sambungnya.
Arkhi beringsut membenarkan posisi duduknya. "Kenapa?"
Zahdan terdiam beberapa saat. Di detik ketiga belas, deru nafasnya terdengar begitu berat. "Gue yakin, selama lo prakerin sampai olimpiade kemarin, lo pasti ngelewatin banyak hal tentang cewek itu. Dan gue juga yakin kalau Bagas pasti udah mengusik lo dengan kabar yang nggak-nggak soal gue ataupun Kala. Apa yang udah lo tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZANINE
Ficção AdolescenteMas Ar, begitu panggilan kesayangan dari Kala. Namanya Arkhi Izzaddin Khaliq, laki-laki sederhana yang sedang berusaha menjaga hati dan memilih fokus pada pendidikan dan mimpinya. Tuntutan keluarga membuatnya menjadi laki-laki yang ambisius, cuek da...