SATU SAJA

74 8 2
                                    

Hai, Ochi disini 👋
Widdih, udah sebulan aja gak update 😅
Maafin ya, orangnya lagi unstable 🤪

********

Dua pekan berlalu, Arkhi telah menyelesaikan proyek desain sekaligus mempresentasikan dan mempertanggung jawabkan hasil desainnya. Sepulang dari kantor sejak lima belas menit yang lalu, Arkhi masih sibuk mengemasi barang-barangnya. Laki-laki itu memutuskan untuk langsung pulang saat tugasnya telah selesai.

"Yakin nggak mau istirahat dulu, Bro? Balik besok pagi ajalah." ujar Jeremy sembari membantu Arkhi memasukkan baju ke dalam koper.

"Terimakasih, tapi tugas saya sudah selesai. Saya harus pulang." jawab Arkhi dengan seulas senyum dibibirnya.

Jeremy mencebik, ia paham maksud dari senyuman Arkhi itu, "Iya deh yang nggak jomblo, aelah bucin banget manusia." ledeknya.

"Bukan bucin, tapi memang saya harus pulang karena besok harus ke sekolah. Ada urusan." kilah Arkhi. Sekuat mungkin laki-laki itu bersikap netral, tapi rona merah yang muncul di pipinya seolah menggambarkan semuanya.

Dahi Jeremy mengerut, "Dih, urusan apaan? Orang kita masih punya jatah libur dua hari."

Arkhi duduk diatas karpet ditengah ruangan, "Saya ikut olimpiade, besok saya harus menyelesaikan administrasi sekaligus technical meeting." jawabnya seraya menutup resleting koper miliknya.

"Ambis lo nggak ngotak, Njir. Capek gue kalau jadi lo." tukas Jeremy. Laki-laki beranjak dari duduknya, mengangkat sebuah kardus besar berisi buku-buku yang Arkhi punya.

"Berat, Jer. Biar nanti saya angkat sendiri."

"Body ceking nggak usah sok iye lo!" seloroh Jeremy tetap berjalan dengan kardus di pundaknya.

Arkhi tertawa pelan mendengar jawaban Jeremy. Ya, laki-laki sama sekali tidak tersinggung. Ucapan Jeremy ada benarnya. Tubuh Arkhi memang tinggi kurus, ditambah lagi kesehatan yang kurang stabil membuatnya tampak sedikit pucat.

"Kalau lo udah di rumah, jangan sering-sering begadang. Ya, gue tau lo minta yang terbaik ke Tuhan lo. Lo mendekatkan diri biar lebih dikenal sama Tuhan lo, tapi porsinya bro. Selama disini lo kayak hampir nggak pernah tidur kalau gue lihat-lihat." Gerutu Jeremy sembari memindahkan beberapa barang Arkhi ke dalam mobil.

"Insyaallah,"

"Udah siap semua."

"Terimakasih." ucap Arkhi seraya menepuk pundak Jeremy. Kedua laki-laki yang dekat sejak prakerin itu keluar dari kamar kos. Dengan langkah lebar, Arkhi segera menuju ke mobilnya dan meninggalkan tempat tinggalnya selama tiga bulan terakhir itu.

********

Dingin dan gelapnya malam tidak membuat Arkhi mengurungkan niatnya untuk pulang kampung. Perasaan lega begitu menyeruak dalam benaknya setelah satu tanggung jawabnya akhirnya selesai. Kini, tinggal satu lagi tanggung jawab yang harus ia selesaikan. Ia benar-benar kesulitan menyisihkan sedikit waktunya untuk Kala.

"Setelah ini, saya sisihkan waktu untuk kamu, La." gumamnya.

Cukup lama Arkhi mengemudi, namun lokasi menunjukkan perjalanan masih jauh. Malam ini, cuaca cukup dingin, diiringi beberapa kendaraan yang melaju cukup kencang, Arkhi menembus mulusnya jalan tol.

"Astaghfirullahal 'adziim!" teriak Arkhi saat kemudinya tiba-tiba berbelok. Hampir saja ia menabrak pembatas jalan. Jantungnya berdegup kencang, sepersekian detik ia tertidur di depan kemudi dan hampir membahayakan dirinya sendiri.

MEZZANINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang