Suasana alun-alun begitu ramai. Kilau lampu jalan hingga lampu pedagang kaki lima turut melengkapi keramaian alun-alun malam itu. Kala yang selama ini tidak pernah keluar malam itu tersenyum lebar. Sungguh, ternyata malam tidak semenakutkan yang ayahnya ceritakan.
Selesai memarkirkan motornya, keempat gadis dan seorang laki-laki gemulai itu berjalan menyusuri trotoar untuk memasuki area dalam. Semua tampak biasa saja, kecuali Kala. Gadis itu tampak keheranan dengan keramaian malam itu. Maklum saja, baru kali ini ia bisa menikmati suasana kota di malam hari.
"Lo nggak ngajak cowok lu, La?" Tanya Ayana saat baru saja kelima remaja itu mendapatkan tempat duduk. Mereka bukan duduk di kursi, melainkan duduk berjajar di trotoar dekat ringin kembar. Kala duduk ditengah, diapit Nala dan Ayana disusul Gita dan Astro.
Kening Kala mengernyit, "Hah? Ngapain?"
Ayana melongo. Dalam diam ia terus memandangi wajah teduh sahabatnya itu. Sungguh, jawaban Kala berada diluar ekspektasinya. Ia tidak menyangka Kala tidak pandai memanfaatkan kesempatan.
"Ay?" Panggil Kala.
Ayana mengerjap, "Ha? Enggak. Nggak apa-apa, udah bener lo jadi anak baik-baik kayak gini. Jangan berubah." Ucapnya.
Mendengar itu, Kala menundukkan kepalanya dalam seolah malu dengan ucapan sahabatnya itu. Ya, Kala merasa dirinya tidak sebaik itu. Ada sisi dalam dirinya yang merasa bersalah atas beberapa hal, terutama soal Arkhi.
"La, itu temennya Arkhi bukan sih?" Tanya Nala seraya menyolek pelan lengan Kala.
Kala mendongak mengikuti arah tunjuk sahabatnya itu. Benar saja, bayangan seorang laki-laki tampak menatapnya dari kejauhan. Mata gadis itu menyipit, ia tidak dapat menangkap jelas siluet wajah laki-laki itu, tapi dilihat dari fisiknya, laki-laki memang tampak seperti Zahdan.
"Mirip doang kali," jawab Kala.
"Kalau kata gue sih enggak, La. Itu emang Kak Zahdan. Liat aja gelagatnya, jelas-jelas merhatiin kita dari tadi." Sahut Gita yang malam ini lebih banyak diam.
"Yakin lo?" Tanya Kala.
"Iyalah, gini-gini mata gue masih jelas kalau lihat cogan." Seloroh Gita dengan kepedean yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Bjirr kalau kata gue teh. Btw, dari tadi lo banyak diem. Kenapa lo?" Tanya Nala, penasaran.
Gita menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, "Gue takut sama bapaknya Kala."
"Yeeeuuuuhhhh." Sorak Nala, Ayana dan Astro diiringi tawa yang menyenangkan. Kala tersenyum lebar melihat pemandangan itu. Deretan gigi putihnya yang rapi sempat terlihat beberapa detik sebelum gadis itu menutupnya dengan tangan kirinya.
********
Kala berjalan sendirian mengelilingi alun-alun. Langkahnya semakin cepat saat ia menyadari ada seseorang yang mengikutinya sejak tadi. Dengan alasan mencari toilet, Kala berhasil menjauh dari gerombolan teman-temannya. Sungguh, ia penasaran dengan siluet laki-laki yang mengintainya sejak tadi itu.
1... 2... 3...
Kala memutar badannya cepat. Mata gadis itu tajam menatap laki-laki yang berada tepat dibawah sorot lampu jalan, satu meter dibelakangnya itu. Dugaan Gita benar, ada Zahdan disana. Sendirian.
Kala berjalan mendekat. Langkahnya yang mantap terdengar beriringan dengan deru nafasnya begitu berat. Tatapan mata gadis itu sama sekali tidak beralih dari objek tujuannya, Zahdan; yang justru tengah diam mematung.
"Ngapain?" tanya Kala dengan tatapan nanar. Ia yakin betul, seseorang pasti meminta Zahdan mengintainya.
Zahdan memalingkan wajahnya dengan wajah yang mulai berkeringat dan jemari yang terasa sedingin es batu, "Anak muda ya mainlah, Kal. Ngapain lagi?" jawabnya terbata-bata.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZANINE
TienerfictieMas Ar, begitu panggilan kesayangan dari Kala. Namanya Arkhi Izzaddin Khaliq, laki-laki sederhana yang sedang berusaha menjaga hati dan memilih fokus pada pendidikan dan mimpinya. Tuntutan keluarga membuatnya menjadi laki-laki yang ambisius, cuek da...