Hai, Ochi disini 👋
Selamat menjelajah semesta Mezzanine, semoga kamu menyukainya.
********
Mata Kala tidak lepas dari kertas jadwal tes OSIS yang ia dapatkan tadi pagi. Bukan jadwalnya yang menjadi fokus Kala saat ini, melainkan tulisan yang begitu rapi dibelakangnya. Ya, surat kecil dari laki-laki itu.
Kala sekarang sudah berada dirumah, lebih tepatnya dalam kamar. Terduduk di tepi ranjang dengan tas ransel berada di pangkuan.
"Arkhi Izzaddin Khaliq. Menarik." Gumam Kala setelah membaca ulang tulisan yang ia dapat dari laki-laki itu.
"Tapi kalau dipikir-pikir, selama ini dia nggak pernah benar-benar natap gue kalo lagi ngobrol. Aneh." Kala bermonolog dengan dirinya sendiri.
Begitu banyak pertanyaan menghantui Kala hari itu. Selain tugas yang menumpuk, persiapan tes OSIS yang semakin dekat, dan dia -Arkhi-, laki-laki yang membuatnya diliputi rasa penasaran yang luar biasa.
Kala berdiri mengambil lembaran kaligrafi dan surat pertama yang ia letakkan di meja belajarnya, kemudian menjajarkannya diatas kasur. Matanya menyipit, fokus memperhatikan detail ketiga kertas itu.
"Tulisannya sama persis. Pasti dia. Ya... emang dia, sih. Tapi maksudnya apa coba?" Kala menggaruk tengkuk lehernya yang terbalut jilbab.
"Pondasi... Pasti dari departemen bangunan." Lanjutnya.
Beberapa detik gadis itu terdiam, hingga seutas senyuman begitu saja terbit di wajah cantiknya. Kala tidak pernah menyangka, ada laki-laki seperti ini di jaman yang sudah semakin modern. Disaat laki-laki lain mungkin akan lebih memilih meminta nomor ponsel, Arkhi justru membuatkannya surat dan sebuah karya kaligrafi.
"Udah ah, mending gue beresin. Kalau ketahuan ayah, bisa repot urusannya." Ucap Kala seraya membereskan kertas-kertas itu dan menyimpannya dalam laci meja belajarnya.
Ayah Kala, Madheva Jasver memang seorang yang sangat keras perihal mendidik anak-anaknya. Perihal pacaran, beliau adalah orang yang paling keras menentang. Dalam keluarga ini, Kala tidak sendirian, ia memiliki seorang adik, namanya Sagara Dewangga Jasver. Bocah laki-laki yang terlahir saat usia Kala enam tahun.
********
"Kakak! Makan malam dulu, Nak!" Teriak Rena dari dapur.
"Iya, Bunda." Sahut Kala segera keluar dari kamarnya. Jarak kamar Kala dengan dapur hanya terhalang satu ruang sholat saja.
"Panggil adek sama ayah dulu didepan!" Titah Rena saat Kala baru saja sampai di pintu dapur.
Kala tidak menjawab, gadis itu segera berbalik arah menuju ruang tamu, "Yah, Dek, dipanggil bunda. Makan malam udah siap."
"Yeayy makan!" Sorak cowok berusia sepuluh tahun itu girang. Dengan penuh semangat, bocah kecil kebanggaan Kala itu segera berlari meninggalkan ayah dan kakaknya.
Dimeja makan, tidak ada suara apapun selain dentingan sendok yang beradu dengan piring. Semua sibuk dengan makanan masing-masing hingga tandas. Tidak ada yang boleh bicara sebelum acara makan selesai, begitu aturannya.
"Kak, ayah mau bicara. Jangan pergi dulu setelah makan." Ucapa Dheva disela sendokan terakhirnya.
"Iya, Yah." Jawab Kala kemudian menenggak habis minumannya.
Gadis itu tetap duduk dengan perasaan tidak nyaman, ia sudah hafal dengan kehidupanndallam rumahnya. Jika sudah seperti ini, pasti akan ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Pasti.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZANINE
Teen FictionMas Ar, begitu panggilan kesayangan dari Kala. Namanya Arkhi Izzaddin Khaliq, laki-laki sederhana yang sedang berusaha menjaga hati dan memilih fokus pada pendidikan dan mimpinya. Tuntutan keluarga membuatnya menjadi laki-laki yang ambisius, cuek da...