17. The Billiard

490 24 5
                                    

Bicara soal hari kemarin tentunya adalah hari yang sangat menguncang bagi Minji. Pasalnya, dia sendiri tidak akan menduga kalau ia akan bertemu dengan kedua orang tua beserta kakak tertua Jimin disana, tepatnya di Club Golf.

Padahal Minji sudah sangat siap menjalani akhir pekan nya dengan hati yang damai—maksudnya tidak ada sesuatu yang mengejutkan—hanya ditemani seorang pria tampan bernama Park Jimin. Namun, semua ekspektasi dan rencana yang telah ia susun rapih dalam benaknya untuk menikmati akhir pekan dengan sempurna—mendadak harus batal karena keadaan yang tak terduga datang begitu saja tanpa terencana.

Sebenarnya semua kejadian kemarin itu benar-benar sebuah ketidaksengajaan. Kedua orang tua Jimin pun berusaha menikmati akhir pekan sebagaimana yang dilakukan Jimin bersama wanitanya. Kebetulan juga karena Namjoon sudah kembali dari Amerika—sejak kemarin—jadi Nyonya dan Tuan Park sengaja mengajaknya pergi bersama.

Sedangkan dalam pandangan Minji. Dia sendiri tidak menduga semua itu akan terjadi begitu saja. Dimana keluarga Park tiba-tiba membicarakan Solmi dan mereka mendesak Jimin untuk segera mengakhiri hubungannya. Sampai ke arah yang lebih mengejutkan yaitu dimana Nyonya Park memerintahkan Minji untuk menikah dengan putra bungsu nya.

Kalau menempatkan diri dalam posisi Minji, tidak heran kalau dia jadi sangat kaget sampai tidak bisa merespon apapun setelah mendengar pernyataan itu. Sampai akhirnya tatapan semua orang yang terkesan mengintimidasi membuat ia harus menelan keras-keras rasa gugup dan keterkejutannya.

"A-aku—", Minji tergagap—tidak tahu harus merespon apa.

Melihat Minji yang seakan kebingungan membuat Namjoon berdehem kemudian meminum segelas sampanye yang ada di meja. Pria itu menoleh pada Jimin dan menatapnya begitu intens. "Bagaimana menurutmu? Kuharap kau tidak menutup telinga rapat-rapat saat Ibu berbicara"

Mendengar celetuk singkat sang kakak, Jimin menghela nafas panjang. "Aku tidak keberatan", balasnya terdengar begitu santai, kemudian mengambil sebotol wine dan menuangkannya pada gelas kosong. Lalu, dia meminumnya. 

Respon Jimin seketika membuat Minji tercengang. Bagaimana tidak? Jimin saja tidak melayangkan protes atau bantahan sama sekali. Bahkan Jimin tidak sedikitpun mengeluarkan ekspresi kagetnya saat Nyonya Park mengatakan hal itu. Menurut Minji itu sangat aneh! Seharusnya Jimin terkejut, tidak terima, melayangkan protes, atau penolakan. Bagaimanapun dia memiliki seorang kekasih saat ini.

Melihat Minji yang sama sekali tidak memberikan respon apapun. Akhirnya Jimin angkat bicara. "Ibu, Minji butuh waktu. Biarkan dia berpikir sejenak dan menentukan pilihannya"

Nyonya Park menghela nafas kemudian menarik seutas senyum. "Ini adalah keputusanku sendiri karena aku menginginkanmu untuk anakku. Karena kebetulan Jimin juga tidak keberatan dan—mungkin dia mau-mau saja. Itu membuatku semakin yakin untuk menjadikanmu menantu di keluarga kami. Jangan sungkan untuk mengatakan pilihanmu padaku, Nona Choi. Hubungi aku saat kau siap"

Sore hari ini, Jimin sengaja pulang lebih awal dari jam kerja kantornya. Namun tak sampai pulang ke rumah. Lebih memilih menemui Taehyung dan bergabung dengannya, bermain billiard. Dan, Minji yang tidak tahu bahwa Taehyung juga ada disana, dimintai datang oleh Jimin kesana saat itu juga.

Entah apa yang Jimin pikirkan saat itu. Sengaja mempertemukan Minji dan Taehyung dalam satu tempat. Mengingat kejadian hari itu—sangat kacau. Nyaris menghancurkan pertemanan, kalau orang-orang normal pada umumnya. Namun bagi Jimin tidak semudah itu. Ia masih ingin berteman baik dengan Taehyung. Persahabatan yang mereka bangun sejak remaja itu tidaklah mudah. Maka sehubungan dengan itu, perkara wanita tidak akan membuat Jimin memutus rantai persahabatannya dengan Taehyung.

Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang