21. Having Sex

559 31 0
                                    

Bohong rasanya kalau Minji tidak merasa sakit hati setelah melihat kejadian itu. Niat awalnya yang ingin melihat keadaan Jimin setelah menyelesaikan satu ronde permainannya dengan Jungkook, malah menemukan rasa sakit yang teramat menyiksa di relung hatinya. Melihat perempuan lain jatuh kedalam pelukan Jimin, baginya itu sangat menyiksa. Sejauh ini Minji cukup normal untuk mengakui perasaannya pada Jimin adalah benar.

Katakanlah apapun itu, wanita gila, murahan, bahkan tidak tahu diri. Persetan dengan semuanya. Minji akan lebih mengedepankan perasaannya saat ini. Lagi pula wanita mana yang mau seperti ini? Menjadi second choise? Yang Minji pikir awalnya tidak seburuk itu dengan sangat meyakinkan diri, nyatanya sangat brengsek untuk sekedar di coba.

Ini mungkin salah, karena Minji tidak seharusnya menggunakan perasaannya ketika bermain ranjang dengan Park Jimin, lawan mainnya itu. Tapi setidaknya katakanlah bagaimana caranya? Toh, Minji seperti itu pun karena Tuan Kim berlaku santai dan tidak melarang hal itu padanya.

Tapi dengan tegas, kali ini Minji akan meminta penjelasan dari Jimin. Supaya tidak banyak hati yang tersakiti, tidak banyak upaya yang sia-sia, tidak banyak waktu yang terbuang, alangkah baiknya Minji mendesak Jimin untuk menentukan pilihannya dari sekarang.

Minji merasa bersyukur karena logikanya masih bisa berfungsi selama menghadapi semua ini. Jadi, Jimin tidak akan bisa berlaku semena-mena padanya. Dengan mengiyakan tawaran dari kedua orang taunya untuk menikah, bukankah itu memberi sedikit harapan dan peluang untuk Minji melangkah? Tapi apa? Jimin saja seakan memilih untuk menyiram bunga lama nya yang telah layu.

Hati Minji sudah cukup dongkol dengan perasaan tadi. Di tambah dengan teringat ucapan dan janji manis Jimin beberapa jam lalu. Katanya akan pulang setelah mengantar kekasihnya. Nyatanya semua itu hanyalah omong kosong. Bahkan setelah dua jam berlalu, mulai dari memasak sampai menyelesaikan aktivitas makan malam di temani Jungkook, pria itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Noona?"

Tiba-tiba, lamunan Minji terbuyar saat Jungkook memanggil lembut namanya. Pria bermarga Jeon menyibakkan rambut basahnya setelah menenggelamkan diri ke dalam kolam selama lebih dari tiga puluh detik.

"Hebat. Target selanjutnya satu menit, ya"

Jungkook menghembuskan nafas, "Kau melamun, Noona. Bagaimana bisa kau membuktikan kalau barusan aku menyelam selama kurang dari satu menit untuk mendapatkan satu menit di target berikutnya?"

"Mmm, entahlah, Jungkook-ah", ucap Minji nampak berpikir, kemudian meringis juga pada akhirnya. Mengalihkan tatapannya pada permukaan air yang nampak sedikit bergelombang.

Awalnya Minji khawatir karena Jungkook bilang dia ingin berenang malam-malam begini. Namun kekhawatiran itu seketika sirna setelah mengingat bahwa kolam renang outdoor ini sudah dilengkapi sistem penghangat yang canggih. Minji bahkan dengan sengaja duduk di tepi kolam dam menggelamkan kaki supaya hangat.

"Noona, ayo berenanglah. Ini tidak dingin sama sekali", ucap Jungkook

Wanita itu menggeleng dan melempar senyumnya, "Aku tahu. Kau saja. Ini sudah cukup bagiku"

 Ini sudah cukup bagiku"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang