29. Overthinking

345 22 0
                                    

Hari itu, pagi-pagi sekali Sekretaris Lee dan seorang supir pribadi Jimin sudah tiba di kediaman Park Jimin untuk menjemputnya menuju bandara.

Sementara itu, saat koper miliknya sedang dimasukkan kedalam bagasi oleh supir pribadinya, Jimin tak sengaja mendapati Minji yang sedang termenung dan melamun entah mengapa. Pria itu dengan segera meraih pinggang Minji kemudian mengusap-usap punggungnya.

"Aku tidak akan lama, honey. Ingin dibawakan apa sepulang dari Busan? Hmm?"

Wanita itu menggelengkan kepala sembari tersenyum dengan sesekali memejamkan mata dan tangan yang bersedekap di dada. Sungguh dari lubuk hati yang paling dalam, ia tidak inginkan apa-apa sebagai buah tangan dari perjalanan bisnis yang akan Jimin lakukan. Hanya berharap, pria itu akan benar-benar menyanggupi dan memenuhi ucapannya saja. Karena jika itu sampai terjadi lagi, kali ini Minji tidak akan berpura-pura dungu hanya untuk mewajarkan sesuatu yang salah.

Minji menghela nafas, ia langsung memposisikan tubuhnya menghadap Jimin, tangannya pun meraih dasi yang bertengger di leher pria itu-untuk membenarkan posisi yang kurang pas.

"Aku tidak ingin apa-apa, Jimin. Ingat saja perkataan manis itu, ya?", ucapnya, dengan tangan yang mengusap-usap pelan di sekitar dada pria itu. Aroma parfumnya yang maskulin, fresh dan sangat sensual rasanya benar-benar mampu menghipnotis siapapun yang berada dekat dengannya.

Jimin terkekeh saat itu. Rupanya ia paham. Tentu saja, kan?

Jimin langsung menghadiahkan sebuah ciuman singkat di kening, kedua pipi dan yang terakhir bibir wanita itu. Senang sekali rasanya. Minji merasa haru karena Jimin melakukannya dihadapan Sora yang jelas-jelas berada dihadapan mereka.

Baiklah, sejauh ini Minji cukup tenang. Namun, ia tidak bisa bersantai-santai saja tentunya. Minji harus selalu merasa waspada kepada gadis sok naif itu.

Jimin mulai memasuki mobil dan duduk di kursi belakang. Supir telah siap dan menyalakan mobil. Namun, saat itu Minji menahan Sora untuk tidak langsung memasuki mobil.

"Lee Sora? Bisa bicara sebentar?", katanya

Wanita itu mengangguk untuk menyanggupinya. Mereka berdua melangkah sedikit menjauh dari mobil.

"Ada apa, Nona Choi? Anda membutuhkan sesuatu?"

Minji menggelengkan kepala dan menarik seutas senyum, "Tidak. Hanya...", ia menjeda kalimatnya dan terdiam sejenak.

"Bisa kutitipkan Jimin padamu? Aku mengkhawatirkannya. Akhir-akhir ini dia sedang flu. Aku khawatir kalau dia sampai lupa meminum obat dan suplemen yang biasa aku berikan padanya", sambungnya

Sekretaris Lee seketika mengerjap cukup kaget setelah beberapa saat terdiam karena ucapan Minji yang mungkin membuatnya terkesan-atau entah bagaimana.

"Ah, tentu, Nona Choi. Tentu aku akan melakukannya. A-apa Tuan Park membawa obat dan suplemennya?"

Minji mengangguk, "Ada. Aku sudah menyiapkannya dan menaruhnya di tas"

Sora tersenyum penuh dan mengangguk, "Ada lagi, Nona?"

Minji menggeleng menanggapinya.

"Baiklah. Kalau begitu, permisi. Kami harus segera ke bandara, Nona Choi"

Pemilik marga Choi itu mengangguk lagi dan berucap, "Baiklah. Hati-hati, ya", yang akhirnya diangguki oleh Sora sebelum gadis itu membungkuk dan memasuki mobil-duduk di samping supir. Mobil segera melaju, dan Jimin membuka jendela kaca mobilnya untuk melambaikan tangan. Begitu pula Minji yang tersenyum manis dan membalas lambaian tangan Jimin hingga mobil benar-benar sudah melesat jauh meninggalkan halaman rumah.

Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang