Tidak ada yang lebih baik selain dari diam dan mencerna kembali kalimat yang baru saja keluar dari mulut pria itu. Sesungguhnya Minji benar-benar mencoba untuk bersikap tenang. Meski tidak bisa di pungkiri hatinya tersayat mendengar penuturan Jimin yang benar-benar diluar dugaan.
Wanita itu mengubah posisinya, sedikit duduk dan bersandar di kepala ranjang. Menatap Jimin dengan memicingkan mata dan menelan ludah dengan kasar. "A-apa maksudmu? Kau bercanda?", tanya Minji benar-benar tak percaya.
Jimin mengulum bibirnya sampai basah, sedikit menunduk dan menyamakan posisinya dengan Minji, "Aku minta maaf. Tapi aku serius dengan perkataanku. Aku punya pacar saat ini", Jimin menegaskan.
Minji hanya diam, manik matanya benar-benar menantap tak percaya. Ia tahu kapan harus marah. Meski ini benar-benar mengejutkan, namun Minji tetap memegang kontrol dirinya.
"Aku sama sekali tak mengerti. Lalu—kenapa aku disini? Denganmu?", tanya Minji dengan ekspresi bingung dan tertanya-tanya. Ia merasa Jimin tidak sebodoh itu untuk mengatakan hal ini secara gamblang—langsung kepada Minji. Maksudnya, tidak mungkin Jimin dengan sengaja mengatakan hal ini tanpa ada alasan atau penyebabnya.
Secaranya kalau Jimin memang memiliki kekasih dan dia sengaja tidur dengan wanita lain, bukankah itu pilihannya? Lalu, untuk apa Jimin mengatakannya? Kalau dia saja bisa menyembunyikan fakta ini dari kedua wanitanya—kekasihnya dan Minji yang merupakan simpanannya. Dan membiarkan Minji tetap dalam kendalinya. Intinya, untuk apa Jimin mengatakan hal ini kepada Minji? Tentu semua itu ada alasannya.
"Karena itu harus. Kita harus melakukannya. Dan, aku rasa perlu mengatakannya padamu"
Minji langsung menghembuskan nafas jengah dan membuang muka, berusaha menahan amarahnya. Kali ini ia benar-benar ingin marah. Jimin sama sekali tidak memberinya jawaban atas beribu pertanyaan yang muncul di kepalanya.
"Bisa kau jelaskan kenapa? Aku sungguh tidak ingin marah, Jim. Aku yakin kau melakukan ini karena sebuah alasan"
Tiba-tiba Jimin mengangguk, ia merengkuh Minji kedalam tubuhnya. Mendekapnya begitu hangat dan tenang, menyalurkan rasa yang sedemikian nyaman untuk Minji.
"Aku dan Namjoon adalah saudara tiri. Namjoon adalah anak tunggal dari Ibu dengan mendiang suaminya, Kim Tae Oh sebelum akhirnya Ibuku menikah dengan ayahku, Park Jin Young", Jimin sedikit menundukan wajahnya, helaan nafasnya bahkan sampai di telinga Minji.
"Namun, sebelum ayah tiriku meninggal dunia. Beliau berselingkuh dengan seorang wanita asisten pribadi Ibuku. Ayah tiriku menghamili wanita itu"
Minji terkejut, namun masih berusaha menyimak untuk mencapai inti dari permasalahnnya. Ia masih merasa Jimin belum menyelesaikan kelanjutannya.
"Ibuku sangat marah dan kecewa setelah mengetahui semua itu. Akhirnya, Ibu menceraikan ayah tiriku dan mencabut semua harta dan aset kekayaan yang ia punya karena sejatinya kekayaan yang Ibu punya adalah warisan dari keluarga Ibuku. Beberapa hari setelah mereka bercerai, ayah tiriku meninggal dunia karena sebuah kecelakaan, itu terjadi disaat kakakku, Namjoon, baru berusia tiga tahun"
Minji melongo sesaat. Diam membisu, sampai kehabisan kata-kata. Diluar dugaannya, Jimin akan menceritakan hal ini secara gamblang kepadanya. Yang bahkan ini adalah privasi keluarga nya.
Alih-alih berbicara atau melayangkan protes dan pertanyaan. Minji lebih ingin mendengarkan akar permasalahannya setelah melihat Jimin sedikit menarik nafas berat.
"Tak berselang lama, Ibu bertemu ayahku dan melangsungkan pernikahan. Lalu, lahirlah aku, putra tunggal dari Park Hye In dan Park Jin Young. Saat SMA, aku mengencani seorang gadis yang nyaris bunuh diri. Aku menyelamatkan hidupnya. Hingga saat inilah gadis itu adalah kekasihku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Butterfly [M]
Fiksi Penggemar[TAMAT] Choi Minji tak main-main membandrol dirinya dengan harga fantastis hingga orang-orang kerap memberinya julukan 'Kupu-Kupu Malam' yang tak banyak orang bisa taklukkan. Namun, suatu ketika tawaran menggiurkan datang dari seorang yang ternama...