28. Jealous

451 27 0
                                        

Perkara Minji mengatakan kepada Jimin bahwa dirinya perlu ke toilet itu sebenarnya tidak betul-betul ingin ia lakukan. Itu hanya sebuah alasan belaka. Sebenarnya Minji hanya ingin pergi dan meninggalkan situasi riuh yang bukan dunia nya untuk sementara waktu saja. Dan, kebetulan dengan melihat kejadian yang cukup membuat keadaan hatinya porak-poranda, Minji jadi semakin yakin untuk meluangkan waktunya sendiri untuk saat ini.

Minji pergi ke rooftop hotel. Disana suasananya tidak begitu ramai, ada sebuah bar, meja dan kursi, dengan beberapa lampu temaram di setiap sudut. Hanya ada beberapa orang saja yang sedang menikmati waktunya disana dengan bersantai, makan malam, mengobrol, sembari menikmati citylight yang disuguhkan kota Seoul. Dan yang terpenting, orang-orang itu pun bukan bagian dari tamu acara penghargaan.

Minji hanya berdiri di sudut sana, menjauh dari jangkauan orang-orang dengan suasana yang remang-remang dan menikmati pemandangan suasana malam Seoul. Dengan satu lengan yang dilipat di dada, dan satunya terangkat memegang sebatang rokok di tangannya.

"Sepertinya kau tidak begitu menikmati pestanya?"

Suara bariton itu, Minji merasa sangat familiar. Ia menolehkan kepalanya tepat ketika Taehyung memposisikan dirinya di sebelah Minji.

"Kau sendiri?", tanya Minji setelah menghisap rokoknya.

Tidak langsung menjawab, Taehyung terlihat merogoh sesuatu dibalik jas formal nya itu, kemudian mengeluarkannya. Taehyung mengambil sebatang rokoknya, dan meletakkannya di bibir. "Kukira aku bosan. Tapi sepertinya, aku hanya ingin menemuimu. Aku tidak melihatmu di pesta", katanya kemudian memercikkan api ke arah rokok miliknya.

Minji hanya terdiam, kemudian mengembalikan pandangannya ke depan. Begitupun Taehyung. Mereka terlihat sangat menikmati suasana itu dengan tidak saling berkomunikasi untuk sejenak.

"Baguslah. Sepertinya kau dan Jimin berhubungan dengan baik. Jangan terlalu banyak bertengkar hanya karena aku", ujar Minji memulai pembicaraan

"Seharusnya kau katakan itu pada Jimin. Aku berani bertaruh dia masih menaruh dendam padaku. Sepertinya dia sadar kalau aku selalu berusaha mengambilmu darinya"

Minji terkekeh mendengarnya, "Lalu? Kenapa kau melakukannya? Tidakkah kau mengakui, persahabatan kalian melebihi segalanya?"

Pria itu menoleh, "Sebenarnya tidak ada yang perlu di khawatirkan. Kami adalah partner, dan akan selalu bersaing dalam segala hal. Bisnis dan wanita itu sesuatu yang tidak jauh berbeda persoalannya", katanya, lalu membuang pandangannya ke bawah.

"Sampai saat ini, kami berhubungan baik dalam dunia bisnis. Karena bagaimanapun, aku adalah investor tetapnya", sambungnya.

Sementara, wanita itu hanya diam menatapnya sampai akhirnya ia hanya mengangguk-anggukan kepala, "Syukurlah", katanya.

Setelah itu, Taehyung tiba-tiba membuang sebatang rokok yang masih cukup panjang di tangannya, kemudian berucap, "Asam. Entah kenapa malam ini rasanya jadi beda. Biasanya tidak"

Pria itu mencoba menolehkan kepalanya saat Minji hanya memandangnya saja tanpa merespon ucapannya."Boleh aku mencobanya?", matanya tertuju pada sebatang rokok yang tersemat di jari wanita itu.

Tanpa memberikan balasan, Minji langsung memberikan rokoknya tanpa rasa keberatan sama sekali. Setelah Taehyung menerimanya, ia menghisap pelan rokok yang ada di tangannya itu seakan berusaha mendapatkan rasa autentik yang sudah tergambar di kepalanya. Beberapa saat terdiam dan hanya mencerna sari-sari kenikmatan nikotin itu, akhirnya Taehyung pun menundukkan kepalanya dan tersenyum manis.

Sangat manis.
Mampu membuat Minji menarik senyum tipis.

Namun, seketika Taehyung menetralkan kembali ekspresinya saat menoleh pada Minji sembari mengembalikan rokok itu. Minji refleks menerimanya, "Suka?"

Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang