25. One Of The Girls

440 19 0
                                    

Pijakan kaki melangkah mengenakan sepatu hak tinggi yang di bandrol ribuan dollar itu rupanya membuahkan suara ketukan langkah yang terdengar begitu anggun, meskipun dibalik itu keadaan seseorang sebenarnya tidak begitu baik. Begitu melangkah, semerbak parfum beraroma chypre menampilkan kesan yang elegant, soft, sensual, dan tentunya sexyyang biasanya membuat seorang Park Jimin terkulai lemas dimabuknya—itu masih melekat di tubuh Nona Choi Minji bahkan setelah beberapa jam berlalu.

Kali ini ia pulang larut malam—bahkan mencapai dini hari, sesuatu yang tidak biasa dari seorang Choi Minji setelah hidup bersama seorang pria tampan dan kaya raya itu. Melangkah sedikit gontai dengan menenteng tas Dior miliknya, masih dengan dress dan tatanan rambut yang sama seperti sejak enam jam lalu ketika ia mulai meninggalkan rumah itu. Sepertinya Taehyung membuat Minji cukup banyak minum-minum malam ini.

Suasana gelap yang sedikit temaram dengan lampu-lampu hias itu lah yang menyambut kepulangan Minji seorang diri di rumah Park Jimin yang begitu sepi dan sunyi—yang bahkan hanya terdengar suara ketukan langkahnya saja, dan mungkin gemercik air mancur kecil di kolam hias di halaman belakang yang tidak begitu dominan suaranya. Kalau orang normal mungkin sedikit parno untuk mengunjunginya seorang diri, namun Minji masa bodoh dengan semua itu. Ada dua hal yang mendasari keberaniannya. Pertama, karena sudah terbiasa. Kedua, karena saat ini ia begitu lelah dan pengar

"Dari mana saja, Nona Choi?"

Langkah Minji seketika terhenti begitu suara seorang pria terdengar begitu dingin menyapa keberadaanya. Minji menoleh dengan ekspresi kaget sekaligus tegang dan kaku. Ternyata Minji salah kira kalau Jimin tidak akan pulang malam ini. Pria itu duduk dengan santai di single sofa mengenakan kaos dan celana selutut, tak lupa dengan slip on berwarna hitam.

Menutup sebuah iPad yang dia pegang—yang mungkin sebelumnya menjadi titik fokusnya sebelum akhirnya Minji menarik penuh atensi tersebut. Sorot matanya tertuju langsung pada kedua manik mata Minji yang mulai terlihat begitu kaku bahkan untuk sekedar berkedip, tubuhnya pun tak berkutik selama kurang dari lima detik.

"Ehm! A-aku dari—temanku. Kami pergi bersama... untuk dinner, ya, dinner. Terlalu asik sampai lupa waktu, Jim", ucap Minji disertai kekehan yang terdengar sangat canggung.

Sedang, Jimin tak sama sekali melempar senyum manisnya pada Minji. Malah tatapannya kian menyipit seakan mengintimidasi seorang wanita yang berdiri tak jauh dari keberadaannya.

"Teman? Yang mana? Kenapa tidak menghubungiku—biasanya kau akan selalu memberitahuku kemanapun kau pergi", balas pria itu.

"Emh—Jimin, kukira kau akan bermalam di kantor", Minji seakan mati kutu, ia terpaksa harus mengubah topik pembicaraan karena ia sadar bahwa ia tidak bisa menjawab pertanyaan sialan itu.

"Jadi, menu dinner seperti apa yang Taehyung hidangkan di kamarnya, untukmu?"

Holy Shit! Minji mematung. Speechless.

"Kau menikmatinya?", timpal Jimin setelah meletakkan iPad tersebut di atas meja, kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah maju menghampiri Minji secara perlahan.

"Jawablah, Nona Choi. Nanti ku anggap itu sebagai jawaban 'iya', kau tidak terima, bagaimana? Aku sudah menunggumu selama hampir tiga jam disini. Jangan buat aku menyesalinya"

Minji meremas jari jemarinya, menatap dengan wajah cemas saat Jimin semakin mendekatinya. "Jim—maafkan aku"

"Kau lupa bahwa aku adalah tunanganmu, Minji-ya? Bagaimana bisa kau menghampiri Taehyung ke kediamannya malam-malam begini? Menyenangkan bisa bermain dengannya lagi? Hmm?"

Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang