Cuaca pagi ini terasa begitu dingin dan menusuk meskipun sang mentari telah menampakkan diri sepenuhnya. Hal itu justru tak membuat Minji gubris sedikitpun akan hawa dingin yang menyapu permukaan kulitnya meski hanya mengenakan sebuah gaun tidur berbahan satin yang sangat minim dengan hanya berdiri di balkon kamar. Rambut panjang hitamnya masih sedikit berantakan, namun tidak membuatnya kusut dan kusam sedikitpun. Uang perawatan dari Park Jimin dan Tuan Kim adalah kemungkinan besar yang menjadi solusinya. Matanya menyipit bersamaan dengan bibir yang terkatup untuk menghisap sebatang rokok yang dihimpit kedua jarinya itu, tak lupa dengan handphone yang sedang digenggam tangan lainnya, menempel di telinga. Ketika panggilan itu tersambung, Choi Minji langsung menghembuskan asap rokoknya dan menundukkan kepala begitu mendengar suara bariton seorang pria yang sangat tidak asing itu.
"Mmh-Minji? Sayang? Ada apa, hmm? Pagi-pagi begini", ucapnya dari sebrang sana
"Taehyung-ah, kau dalam masalah", katanya, tanpa basa-basi.
"Mmm? Bicara apa, Minji-ya? Bukankan ini masih sangat pagi. Baru-pukul tujuh?", balas pria Kim itu dengan suara berat nya, terdengar sangat ingin bermanja.
Namun, Minji benar-benar memasang hati dan wajah yang serius. "Bagaimana Jimin bisa tahu kalau semalam aku bersamamu dan melakukan seks? Kau-aku yakin kau juga tidak ingin Jimin tahu soal hubungan kita semalam, kan?"
"Ha?", satu kata yang keluar dari mulut Taehyung. "Tunggu-apa? Lalu, bagaimana keadaanmu sekarang? Kau tidak apa-apa? Jimin tidak memarahimu, kan?"
Minji sedikit terkekeh tepat setelah ia menghisap rokoknya kembali, "Dia tidak memarahiku tapi menghukumku, dia menghajarku habis-habisan di ruangan seks pribadinya. Bisa bayangkan itu? Pengalaman yang gila, Kim. Sepertinya aku harus berterimakasih kepadamu nanti"
Pria itu terdiam sejenak, responnya sungguh tidak sesuai harapan Minji. Detik berikutnya, baru terdengar sedikit kekehan kecil dari Taehyung yang kedengarannya mampu menyejukkan suasana hati Minji.
"Kau senang?", katanya
Minji menarik satu sudut bibirnya, "Ehm, ya, senang-senang susah. Susah melupakannya"
"I'll do it for you. Next time", ucap Taehyung.
Yang sialnya, langsung mendapat penolakan dari Minji secara mentah-mentah. "Tidak! Kau gila? Ini saja, kau beruntung! Jimin tidak akan membunuhmu karena dia terlalu sibuk daripada harus mengurusimu. Pagi ini saja dia berangkat ke kantor satu jam sebelum waktunya. Aku meneleponmu karena ingin memberitahu bahwa-kita harus menghentikan ini, Kim Taehyung"
"Ah, begitu, ya? Kalau kau hamil anakku, bagaimana? Memang Jimin mau bertanggung jawab atas yang bukan ia perbuat?"
"Taehyung-ah, berhentilah bicara yang tidak-tidak. Sekarang, berhenti menghubungiku atau menemuiku, berhenti untuk membuatku merasa membutuhkanmu saat Jimin tidak memperlakukanku dengan baik. Yang kemarin, kita anggap saja sebagai last game. Aku sangat berterimakasih sekali karena itu-denganmu-luar biasa sekali, sungguh"
Taehyung langsung terkekeh kedengarannya, "Nona, buru-buru sekali. Ayo ngobrol diluar. Temui aku di cafe biasa, bagaimana? Jimin tidak akan marah. Hanya ngobrol biasa, tidak menyatukan alat kelamin kok"
Sementara wanita itu refleks memutar bola mata kemudian menarik nafas jengah sebelum akhirnya berucap, "Taehyung, aku adalah tunangannya. Perihal kemarin saja Jimin sudah sangat marah. Kurasa akan lebih bodoh lagi kalau aku tidak menghiraukan kemarahan Jimin kemarin dan memilih untuk bertemu denganmu lagi. Dan-sungguh aku serius kali ini. Jangan bercanda apalagi dengan perkataan kotor itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Butterfly [M]
Fanfiction[TAMAT] Choi Minji tak main-main membandrol dirinya dengan harga fantastis hingga orang-orang kerap memberinya julukan 'Kupu-Kupu Malam' yang tak banyak orang bisa taklukkan. Namun, suatu ketika tawaran menggiurkan datang dari seorang yang ternama...