27. Night Party

386 17 2
                                    

Kali ini, Minji berada pada titik rasa bersalahnya. Ia sadar bahwa yang ia lakukan bersama Taehyung sore tadi adalah sebagai anggapan bahwa ia tidak bisa menghargai Jimin sebagai pasangannya. Bukan hanya perkara Minji tidak bilang untuk bertemu Taehyung. Justru dengan mereka bertemu saja, Jimin sudah menganggap bahwa dirinya tidak dihargai. Jelas Minji tahu apa yang terjadi pada hubungannya dengan Jimin di hari kemarin, lantas secara sadar, Minji kembali melangkah pada arah yang salah. Sungguh, Jimin kecewa sekali.

Namun, Minji juga tidak membenarkan perbuatannya. Ditambah dengan masalah yang baru saja Jimin alami, masih hangat sekali. Tentunya Minji tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

Setelah mengetuk pintu dengan pelan, Minji melangkahkan kakinya memasuki kamar Jimin hanya dengan mengenakan sebuah bathrobe. Tapi, begitu masuk, ia tidak bisa menemukan Jimin di kasurnya, di sofa, ataupun di balkon. Namun, gemercik suara air membuat Minji mendekati bathroom.

Tepat ketika Minji memasukinya, ia bisa langsung menemukan Jimin sedang berdiri memunggunginya dalam keadaan telanjang dan basah dibawah guyuran shower. Selang beberapa detik, Jimin sadar akan adanya kehadiran seseorang yang membuatnya menoleh kemudian.

Mereka saling terdiam hanya saling memandang satu sama lain. Tiba-tiba Minji menggerakan tangannya untuk melepas bathrobe yang menjadi penutup tubuh naked nya. Membiarkan lepas begitu saja, jatuh ke atas lantai. Minji mulai melangkah, memasuki shower room dan memeluk tubuh Jimin dari arah belakang, membiarkan seluruh tubuhnya ikut basah bersama Jimin di bawah gemercik nya air.

"Maaf. Aku sangat mencintaimu. Maafkan aku", lirihnya bersamaan dengan hati yang lapang. Minji benar-benar merasa bersalah.

Tak langsung menjawab, Jimin sempat terdiam dan hanya membiarkan Minji memeluknya. Jimin merasa kehabisan energi untuk saat ini. Seakan di tikam dari berbagai arah. Ia bahkan tak mampu untuk sekedar merespon maksud dan perkataan Minji, hanya bisa terdiam dan tertunduk lemas. Setelah beberapa saat berlalu, barulah Jimin membalikkan tubuhnya dan membalas pelukan Minji dengan begitu erat. "Maaf. Semua ini salahku", balasnya dengan mata terpejam sembari menciumi pucuk kepala Minji.

Sementara wanita itu menggelengkan kepalanya, memeluk Jimin begitu erat dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Kemudian setelah hiruk pikuk kesedihan dan kalimat penyesalan, mereka saling memandang dan tenggelam pada netra yang menghipnotis suasana.

"Kau akan kembali padanya?", ucap Minji saat jari jemari Jimin membelai wajahnya secara halus dan pelan.

Jimin merasa tak acuh. Tatapannya bahkan sibuk tertuju pada elok wajah Minji yang sedang ia kagumi melalui sentuhannya—terutama pada pahatan rahangnya yang tegas dan seksi. "Tidak tahu. Menurutmu?"

Minji memajukan tubuhnya, menghapus jarak diantara mereka. Satu tangannya memegang dada Jimin, sedangkan satunya menangkup pipinya. "Bukankah aku yang lebih baik? Aku yang selalu membuatmu jatuh dengan semua sentuhan itu"

Pria itu menarik seutas senyum di wajahnya, hampir tidak kentara sama sekali. "Semuanya itu adalah kemungkinan kecil saja, honey. Lagipula, hanya denganmu saja, aku selalu membuangnya didalam"

Minji terkekeh, ia langsung mencium Jimin, dan rangsang pria itu bekerja sangat baik dengan langsung menerima bibir Minji dan melahapnya. Wanita itu langsung mengalungkan tangannya di leher Jimin, sementara Jimin membuat tubuh Minji terkunci pada dinding kaca shower room. Minji memejamkan mata dan membuka mulutnya saat Jimin menciumi lehernya dan menghadiahkannya gigitan-gigitan kecil disana.

"Nghh—Jim", desahnya tak terkontrol. Jimin kemudian menatapnya dengan mata sayu itu. Mata yang menggambarkan bahwa nafsu telah mengendalikannya.

Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang