34. Worst

143 18 0
                                    

Masih di malam yang sama, Jimin sampai di rumah sekitar pukul tiga dini hari. Pria itu sengaja pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk membersihkan dirinya. Jimin mengguyur tubuhnya dibawah shower dengan penuh penyesalan yang mendalam. Berharap Minji tak akan pernah tau tentang hal ini seumur hidupnya.

Sehabis mandi, Jimin melangkahkan kakinya menuju kamar Minji kemudian ikut membaringkan tubuh telanjang dada itu untuk beristirahat di samping Minji yang memunggunginya. Jimin pikir, sepertinya Minji tidak benar-benar tertidur lelap.

"Bagaimana jamuan nya? Semua berjalan dengan lancar?", tanya Minji pelan. Pria itu langsung mencium leher belakang Minji hingga permukaan itu terasa basah.

"Aku sangat bersyukur karena itu berjalan lancar berkat dirimu. Ingin jalan-jalan? Aku bisa meliburkan diri kapanpun itu, honey"

Minji cukup kaget. Tiba-tiba sekali Jimin menawarinya jalan-jalan. Apa maksudnya?

Gadis itu tertawa pelan, ia refleks membalikkan badan nya menghadap Jimin. "Kenapa? Tiba-tiba sekali. Bukannya mulai besok jadwalmu akan sangat padat? Rapat besar dengan perusahaan Ayahmu, rapat anggota dewan, belum lagi dengan jajaran direksi, kemudian acara peresmian, dan mungkin masih banyak jadwal yang tidak kuketahui"

Jimin hanya tersenyum dengan mata yang menyipit, tangan nya terangkat untuk mengusap-usap pucuk kepala gadis itu. "Darimana kau tahu?"

"Hanya menebak-nebak saja", ucap Minji asal

"Sebetulnya memang akan sangat sibuk, Minji-ya. Tapi kurasa kita sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama dalam kurun waktu yang lama. Aku sangat ingin membahagiakanmu. Kalau kau meminta untuk pergi ke suatu tempat, tentu aku akan menyanggupinya sekalipun kantor sedang dalam keadaan genting sekalipun"

Minji terkekeh manis, "Hei, apa-apaan ini? Pria yang dulunya bahkan tidak punya waktu untuk pulang ke rumah ataupun sekedar sarapan di pagi hari karena bisnisnya. Kenapa sekarang bisnis nya di nomor dua kan?"

Pria itu menarik senyum, matanya fokus pada tangan yang sedang menyelipkan helaian rambut Minji yang sedikit berantakan ke bagian belakang telinga. "Nomor satu nya, untuk Choi Minji. Untuk calon istriku"

Lagi-lagi, Minji merasa menjadi manusia paling bahagia. Ia tersenyum, "Aku ingin ke..., Paris? Bolehkah? Tapi setelah kita menikah saja, ya. Setelah proyek triliunan milikmu itu rampung"

Jimin tersenyum dan mengangguk, "Tentu saja, honey. Mintalah apapun padaku"

Setidaknya, Minji teramat bersyukur. Jimin mampu memenuhi perkataan nya kali ini. Meski sedikit terlambat, Minji sangat bersyukur karena pria itu tetap mengusahakan sesuatu untuknya, sekalipun perihal waktu.

"Kau..., mandi?", tanya Minji tiba-tiba saat Jimin tanpa sadar melelapkan matanya.

"Ya, honey. Setelah bertemu dengan banyak orang, akan sangat tidak nyaman bagiku", ucap Jimin. "Tidurlah. Besok kau ada kelas? Lee Sungwoo yang akan mengantarmu, ya. Aku ada rapat di jam 7, mungkin akan berangkat 30 menit sebelumnya"

Minji seketika terdiam sejenak, kemudian tak lama ia hanya menganggukinya. Sejujurnya mengurungkan rasa penasaran nya tentang apa saja, kegiatan yang seperti apa dan bagaimana yang Jimin lakukan selama di perjamuan itu. Hanya saja, ia juga tega kalau harus mengganggu waktu istirahat Jimin dengan jam tidur yang sangat sebentar itu.

-

Saat pagi, Minji disibukkan dengan aktivitasnya di kampus. Meski aktivitasnya hanya duduk, mendengarkan, memahami, dan mencatat beberapa point yang ia pelajari, selain itu, Minji juga aktif menjadi mahasiswa paling populer yang menyandang gelar sebagai 'Calon Istri Tuan Muda Park'.

Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang