Beberapa hari sudah berlalu semenjak hari dimana Minji dan Namjoon bertemu di sebuah restoran Italia. Minji meneguhkan tekad dan keinginannya untuk memegang kendalinya sendiri dalam menentukan pilihannya.
Mengingat keluarga Park yang sudah begitu banyak memberi Minji kebaikan dan menempatkannya di posisi paling layak—yang bahkan tidak sembarangan orang bisa mendapatkannya. Jadi, Minji rasa, sudah seharusnya ia memberikan timbal balik yang lebih pantas sebagaimana mereka memberinya kepercayaan yang begitu besar untuk melakukan apa yang telah di sepakati.
Dengan keberaniannya, kali ini Minji akan benar-benar mengambil Jimin sepenuhnya dan melengserkan Solmi dari posisinya. Selain karena tugas dan misi untuk keluarga Park, Minji benar-benar menginginkan Jimin untuk dirinya. Lagi pula, siapa yang tidak mau hidup bahagia dengan pria tampan kaya raya? Terlebih pria itu bernama Park Jimin.
Minji tidak akan munafik kali ini. Dia sangat menginginkannya.
"Akh!", pekik seorang wanita berambut pendek itu setelah sebuah troli dibelakangnya tak sengaja terdorong dan menabrak pinggang bagian belakagnya.
Menolehkan kepala dengan tatapan bengis—dan lebih bengis lagi ketika mengenali seseorang yang berdiri mengantri dibelakangnya, pemegang troli tersebut yang mendorong tubuhnya.
"Astaga, maafkan aku. Anda tidak apa-apa? Aku terdorong juga dari arah belakang", ucap Minji, berambut hitam lurus dengan poni anti badai nya. Memasang raut wajah bersalah sekaligus khawatir karena wanita di hadapannya ini sampai menoleh dengan tatapan tajam.
"Sialan!", balas wanita itu kemudian membuka masker yang ia kenakan.
Minji tak kalah kagetnya dengan Solmi ketika di awal. Kebetulan macam apa yang mempertemukan mereka berdua di supermarket sebesar ini.
Suasana di pasar swalayan itu terlihat cukup ramai saat akhir pekan, terlebih karena ini sudah mendekati akhir bulan—dimana orang-orang akan berbelanja untuk mencukupi kebutuhannya selama satu bulan kedepan. Kedua hal itu menjadi alasan yang masuk akal dan sangat lumrah ketika sebuah supermarket terlihat ramai.
Jadi, tak heran kalau Minji dan Solmi sempat mengalami hal yang sama, terdorong karena kepadatan pelanggan dan antrian yang semakin membludak.
"Kau sengaja? Membuntutiku? Untuk apa?", tanya Solmi dengan nada ketus
"Kau gila?!", Minji membuang muka sejenak kemudian menarik satu sudut bibirnya, "Apa gunanya? Aku masih punya hal penting lain yang harus ku lakukan", balasnya dengan santai.
"Ah, menyebalkan", Solmi memutar bola matanya kemudian membalikkan tubuhnya kembali menghadap kedepan.
Minji terkekeh setelah beberapa saat terdiam dan hanya menatap punggung wanita di hadapannya. "Kau—mengganti gaya rambutmu, Solmi-ya. Terlihat cantik, apa Jimin menyukainya?"
Solmi berdecih membuang muka sebelum akhirnya menoleh ke belakang. "Kenapa kau harus repot-repot mengomentarinya? Tentu saja Jimin menyukainya. Kau—juga pasti meniruku, kan? Dulu warna rambutmu coklat, lalu kau mengubahnya menjadi hitam. Nona Minji, kau tidak akan pernah bisa menjadi diriku...", Solmi menarik satu sudut bibirnya kemudian kembali meluruskan pandangannya ke depan.
Minji tak langsung menjawab selama beberapa saat. "Tapi, bukannya Jimin menyukai wanita berambut panjang ketika melakukannya?", ucap Minji sedikit berbisik dengan seutas senyum di akhir kalimat.
Sementara Solmi dibuat geram sendiri, menggertak gigi dan menggenggam gagang troli dengan kuat sampai akhirnya melangkah maju untuk mengambil bagiannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Night Butterfly [M]
Fanfiction[MATURE 21+] [TAMAT] Choi Minji tak main-main membandrol dirinya dengan harga fantastis hingga orang-orang kerap memberinya julukan 'Kupu-Kupu Malam' yang tak banyak orang bisa taklukkan. Namun, suatu ketika tawaran menggiurkan datang dari seorang...