33. A Mistake

263 18 1
                                    

Sekitar pukul 00.20 KST, Jimin benar-benar menepati perkataannya. Tepat tengah malam, pria itu nampak sudah rapih dengan setelan kemeja hitam dengan lengan yang digulung sampai sebatas siku, mengenakan celana dan sepatu boots dengan warna senada, rambutnya di sisir rapih hingga memamerkan jidat, tak lupa mengenakan arloji senilai ratusan juta yang setiap hari berganti-ganti merk dan model. Ketika melangkah, aroma parfum mewah dari brand terkenal dunia siap memanjakan indera penciuman setiap orang yang dilaluinya. Membuat semua orang merasa selalu ingin lebih dekat dengannya. Tampan, gagah, perkasa. Wangi, royal, dan bermartabat. Who's? Park Jimin!

Suara ketukan langkah sepatunya itu membangunkan Minji yang masih terlelap. Sebenarnya tidak sampai tertidur pulas, hanya memejamkan mata saja karena kebetulan tidak bisa tidur setelah Jimin membuatnya melayang-layang. Jimin yang sadar akan hal itu akhirnya menghampiri, duduk di sisi ranjang dan membelai rambut atas, kepala bagian samping dan berakhir pada pipi wanita itu.

"Tidak bisa tidur, ya? Haruskah aku menemanimu saja?", tanya Jimin

Minji menggeleng pelan sembari tersenyum, "Pergi saja. Aku akan segera tidur. Tak lama lagi"

Sementara, Jimin menatapnya dengan lembut sembari mengusap kepala wanita itu. "Kenapa rasanya begitu berat? Aku tidak ingin pergi. Haruskah aku membatalkannya? Taehyung bilang tak apa kalau tak bisa datang"

Minji mengangkat alisnya, "Taehyung juga?"

"Ya, honey. Dia kolegaku"

Minji mengangguk saja, "Pergilah. Sudah setampan ini, sayang sekali kalau tidak tebar pesona pada gadis-gadis, kan?"

Sejujurnya, wanita itu cemburu.

Jimin langsung terkekeh karena ia sadar kenapa Minji berkata seperti itu. "Tidak, Minji. Memang aku pernah tebar pesona? Itu bukan gayaku", katanya begitu percaya diri, namun sedikit di bumbui dengan rasa keangkuhan.

"Aku tidak akan menyentuh siapapun, honey. Bagaimana caranya agar kau percaya padaku? Rasanya aku hampir gila. Padahal aku sudah segila ini padamu. Ayolah sayang. Jangan biarkan aku membuatmu mengangkang lagi. Kau tahu aku sangat mencintaimu"

Minji terkekeh mendengarnya. Ia langsung memukul dada pria itu dan mencubitnya. "Hei. Tidak menyentuh siapapun tapi mengajak tidur Lee Sora, ya?"

"Minji, sayang. Hentikan", ucap Jimin

Sementara wanita itu masih terkekeh-kekeh gemas karena sehabis menggoda Jimin terus menerus. "Ya, sana. Pergilah"

Tetiba saja, handphone Jimin yang tergeletak di nakas dekat ranjang itu berdering. Tanda panggilan masuk. Namun rupanya hanya sekejap saja. Minji dan Jimin langsung meliriknya. Ketika Minji menggapainya, ia menemukan fakta bahwa 'Sekretaris Lee' baru saja me-miss call pria itu, dan langsung mengiriminya sebuah pesan singkat berupa alamat sebuah luxury bar yang akan menjadi tempat pertemuan kolega itu.

Minji langsung menarik sudut bibir dan memberikan handphone nya kepada pria yang sudah memasang wajah kecut dan panik secara bersamaan itu. "Lee Sora, lagi? Memang dia harus ikut juga? Diluar dari jam kerja? Atau..., jamuan makan malam nya berdua saja dengan Nona Lee?"

"Honey, tidak. Dia hanya mengirimiku informasi setelah berkoordinasi dengan sekretaris kolega lainnya", Jimin berusaha menyakinkan yang sebenarnya.

Melihat Minji yang hanya mengangguk-angguk asal tanpa mempedulikan penjelasan pria itu, Jimin sangat frustasi.

"Pergilah. Jangan sampai terlambat karena aku. Ah, ya, kita bahas soal Lee Sora dan mengenai rencana pemberhentiannya yang entah kapan akan terrealisasikan. Kau bisa memikirkan alasannya selagi berkumpul dengan teman-temanmu itu", ucap Minji terlihat santai. Namun tidak dengan Jimin yang sudah kalang kabut kebingungan.

Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang