18. Secretary Lee

546 31 2
                                    

Minji tak merasa sakit hati maupun tersinggung sedikitpun mendengar kalimat yang Jimin lontarkan saat itu. Justru yang ada ia malah merasa kaget melihat Jimin yang menunjukkan sisi brengseknya secara tidak langsung.

Kalau wanita lain mungkin akan merasa tersinggung dengan perkataan Jimin. Namun disini Minji memilih untuk tidak ambil pusing, tidak ingin memperburuk suasana.

Melihat perlakuan Jimin yang semakin tidak karuan saja Minji pusing rasanya—seakan ingin meledak. Sampai-sampai Taehyung harus mengambil langkah untuk membantu wanita itu menghadapi sikap brengsek Jimin.

"Aku akan pergi saja. Kalau kalian merasa tidak nyaman disini, lakukan saja di rumah. Jimin sedang mabuk, kau bisa menyetir, kan?", tanya Taehyung dengan melempar tatapan dinginnya pada Minji di akhir kalimat—sebelum akhirnya pria itu pergi dengan acuh tak acuh dan meninggalkan private room.

Otak seakan mengepul panas rasanya melihat kelakuan Taehyung yang sama brengseknya disini. Minji tidak habis pikir—seharusnya pria itu membantunya—setidaknya mengubah caranya berucap dan menatap agar nyaman didengar dan dilihat.

Dengan terpaksa, Minji berusaha menahan agar Jimin tidak melakukan 'itu' padanya saat itu juga. Pada akhirnya Minji membawa Jimin pulang ke rumah. Walau sedikit kesusahan karena Jimin berjalan sempoyongan seakan alam bawah sadar nya tak berfungsi sepenuhnya. Lebih parah daripada hanya sekedar mengucap kalimat yang tak bermoral.

Minji merangkul pundak pria itu dan menuntutnya berjalan sampai akhirnya tiba di kamar dan berbaring di ranjang empuknya. Samar-samar, Jimin menatap Minji dengan tatapan sayu. Kedua tangannya bergerak membuka kancing kemeja bagian atas. Sementara Minji masih mengatur deru nafasnya, berdiri dan berkacak pinggang menatap Jimin yang sudah membuka semua kancing kemeja hitam yang ia kenakan—sukses menampilkan pahatan indah dari otot dada dan perut.

Sialan, Jimin tahu kelemahan para wanita.

"Kau tidak seharusnya hanya berdiri dan diam saja disitu. Menatapku seakan ingin di tarik duluan", ucap Jimin terdengar melantur.

Minji berdecih dan membuang muka, menyaksikan Jimin yang sedang membuka kaitan celananya. "Aku tahu kau sama brengseknya dengan Taehyung", ucap Minji dengan menarik satu sudut bibirnya.

"Meskipun begitu, kau tahu aku akan selalu jatuh pada pelukanmu, Jim", ucap Minji dengan kedua tangan yang meraba sesuatu di bagian dalam dress hitam yang ia kenakan, menurunkan sesuatu—yang berwarna senada dengan dress—dan mencampakkannya begitu saja saat sudah jatuh diatas permukaan lantai.

Senyum kemenangan yang terukir di wajah Jimin saat itu tak berlangsung lama. Seketika langsung luruh memudar saat melihat Minji melangkahkan kaki dan menanggalkan dress yang sebelumnya ia kenakan juga—akhirnya jatuh ke lantai. Jimin kelimpungan merasakan nafsu birahi yang seakan bergejolak, siap untuk dipuaskan.

Manik mata mereka saling menyatu padu—seakan tak pernah lepas walau hanya satu detik. Minji akhirnya menarik senyum puas, menatap Jimin dengan intens yang berada di bawah kungkungannya.

"Kau—menginginkan ini, bukan?", ucap Minji dengan sesekali menatap bibir merah tebal yang basah itu—sangat menggoda.

"Ya, aku ingin begini. Minji yang liar dan nakal. Kenapa tidak begini saja sejak tadi? Biar Taehyung lihat dan tenggelam dalam fantasinya—mencoba untuk menggantikan posisiku—menyentuh tubuh indahmu"

Night Butterfly [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang