Chapter Fifteen

103 17 9
                                    

Ketika Jeongyeon membuka matanya, dia melihat bahwa dia masih di ruang santai di rumahnya. Yang membangunkannya dari tidurnya adalah ketika dia mendapatkan sebuah tendangan keras di pipi kanannya.

Saat dia ingin mengusap pipinya, dia merasakan sesuatu yang hangat namun keras dan ketika dia melihat ke atas, dia melihat wajah yang tidak asing lagi baginya.

"Mina!" Jeongyeon sedikit berteriak dan duduk dari pembaringannya.

"Oh? Kau sudah bangun?"

"B-bagaimana aku bisa tertidur di pangkuanmu?"

"Mengapa kau tidur tanpa ada bantal yang menopang kepalamu, huh? Makanya aku meletakkan kepalamu di pangkuanku."

"Ahh.. Maaf. Mungkin aku tertidur karena terlalu mengantuk."

"Tidak apa-apa. Karena itulah aku tidak mahu kau sering datang ke rumah Nayeon eonni setelah kau pulang dari kantor hanya untuk menemuiku. Lihat sekarang, kau pasti tidak cukup istirahat, iyakan?"

"Yah.. Dia mulai lagi. Aku baik-baik saja. Apa kau mengkhawatirkan kesehatanku? Bukankah aku sudah tidak lagi tidur di kantor? Tadi mungkin karena aku membaca pesan dari Nahyo couple yang membuatku mengantuk."

"Aku tidak peduli, setelah ini aku harus membatasi waktumu untuk bertemu denganku. Mungkin hanya empat hari dalam seminggu."

"Itu tidak adil!"

"Baiklah, sepertinya kau memprotesnya. Jadi bagaimana kalau tiga hari dalam seminggu"

"Ish! Iya, iya. Pilihan yang pertama saja. Apakah tidur itu dosa?"

"Tidur itu bukanlah dosa, tapi tubuhmu butuh istirahat, ahjussi."

"Iya, iya.. Aku mengerti." Ucap Jeongyeon yang terlihat mengelus pipi kanannya.

"Ada apa dengan pipimu?" Tanya Mina.

"Entahlah, aku merasa seperti baru saja mendapat tendangan keras dari sesuatu ketika aku sedang tidur."

Mina memikirkan kata-kata Jeongyeon begitu lama sebelum dia tertawa sendiri.

"Hahaha.. Itu pasti dari chingu-yah."

"Dari chingu-yah? Apa maksudmu?"

"Kau tidak tahu?"

Jeongyeon hanya menatap Mina dengan wajah kebingungannya sambil menunggu Mina melanjutkan ucapannya.

"Kau tidak perlu membuat wajah seperti itu. Ohh.. Ya. Aku lupa. Kau masih belum menikah dan punya anak, bahkan kau juga masih perawan. Hahaha.."

"Ck! Lanjutkan saja apa yang ingin kamu katakan. Ada apa dengan chingu-yah? Dia baik-baik saja, kan?"

"Ya, dia baik-baik saja. Yang perlu kau ketahui adalah, setelah janin berusia empat bulan di dalam kandungan eommanya, dia sudah bisa bergerak."

"Ne?! Jinjja-yah? Jadi tendangan keras tadi itu dari chingu-yah? Wah.. Aku yakin Minari, dia pasti laki-laki karena tendangannya tadi benar-benar keras. Saat dia besar nanti, aku akan mengajarinya bermain basket."

"Eh? Kenapa basket? Kenapa bukan sepak bola? Bukankah kau mengatakan kalau dia menendangmu begitu keras? Dan bagaimana kau begitu yakin bahwa dia laki-laki dan bukannya perempuan?"

"Aku yakin sekali kalau anakku ini adalah laki-laki. Toh, setiap kali aku membuat prediksi, tidak pernah salah, ya. Kamu juga bisa merasakan gerakannya? Sejak kapan? Kenapa kamu tidak memberitahuku?"

When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang