Chapter Twenty Six

172 22 37
                                    

Pernikahan di Jepang tergolong unik karena gayanya merupakan perpaduan Jepang dan Barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pernikahan di Jepang tergolong unik karena gayanya merupakan perpaduan Jepang dan Barat. Beberapa pengantin memilih berjalan menyusuri lorong di gereja dengan gaun putih panjang. Yang lain memilih menikah di kuil Shinto dengan mengenakan kimono putih yang indah.

Dari kejauhan Jeongyeon melihat Mina dan Chaeyoung sedang melakukan upacara yang disebut Shinzen Shiki (神前式) yang berarti "upacara di hadapan para dewa".

Keluarga Mina masih memilih shinzen-shiki karena kaitannya dengan budaya Jepang. Ini adalah pilihan yang semakin populer di kalangan anak muda yang ingin menemukan akar budaya mereka.

Pada upacara tersebut, Chaeyoung mengenakan kimono khusus yang disebut montsuki haori hakama (紋付羽織袴).

Sedangkan Mina mengenakan Kimono rumit yang disebut shiromuku (白無垢), terbuat dari beberapa lapis kain putih bersih. Rambutnya ditutupi dengan wig dan wataboshi (綿帽子) atau topi katun putih dipasang di kepalanya. Wataboshi awalnya digunakan sebagai topi hangat di musim dingin, namun seiring berjalannya waktu digunakan sebagai kerudung pernikahan.

Hal pertama yang mereka lakukan sebelumnya adalah sanshin-no-gi (参進の儀) atau Upacara Perarakan. Gadis kuil memimpin pesta pernikahan tersebut di jalan menuju pintu masuk. Selanjutnya pihak keluarga memasuki pura, disusul kedua mempelai.

Ketika semua orang sudah masuk dan duduk, pendeta Shinto melakukan upacara penyucian terhadap pasangan dan tamu. Ini disebut shūbatsu, atau Pemurnian.

Pendeta melanjutkan dengan membacakan doa ritual Shinto dalam upacara yang disebut norito-sōjō (祝詞奏上). Doa ini menghadapkan pasangan tersebut kepada para dewa dan meminta mereka untuk memberkati pengantin baru.

Selanjutnya, pasangan tersebut melakukan ritual simbolis yang disebut seihai-no-gi atau Pertukaran Piala Suci. Kedua Mina dan Chaeyoung meminum tiga teguk dari tiga cangkir berisi anggur suci.

Cawan pertama adalah untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada leluhur, kedua mendoakan kelanggengan pasangan suami istri, dan ketiga mendoakan generasi mendatang serta kesejahteraannya.

Ini diikuti dengan kagura-hōnō (神楽奉納), atau Persembahan Tarian Suci, yang dibawakan oleh gadis kuil sebagai persembahan kepada para dewa.

Setelah upacara adat tersebut, mereka mempunyai hidangan keluarga yang dipanggil yuino (結納) yang berkomunikasi dengan kedua-dua keluarga kerana pasangan itu dijanjikan untuk menikah.

Jeongyeon membantu menuangkan air untuk para tamu atau dikenal keluarga besar Mina dari pihak papa dan mamanya. Dia masih memperhatikan mereka dari kejauhan. Tidak sekali pun dia mendekat. Dia melihat Mina tersenyum saat disapa oleh keluarganya. Mereka semua berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa.

 Mereka semua berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang