Chapter Twenty Three

115 20 76
                                    

(Yoo's Mansion)

Mina sedang menunggu Nayeon menjemputnya di rumah Jeongyeon untuk pergi ke butik ketika Chaeyoung baru saja selesai lari paginya. Dia hanya berkeliling di sekitar rumah karena appanya tidak mengizinkannya keluar dari area rumah mereka.

"Hai, Mina? Kamu sudah mahu pergi? Kenapa kamu tidak duduk lebih lama lagi disini? Siapa yang akan menjemputmu?"

Mina tidak menjawab pertanyaan Chaeyoung. Dia hanya menggenggam ponselnya erat-erat. Karena tiada jawaban dari Mina, Chaeyoung dengan santainya duduk di salah satu kursi yang ada disitu.

"Bagaimana dia? Kamu sudah tahu jenis kelaminnya?" Tanya Chaeyoung lagi. Berharap Mina ingin berbicara dengannya jika dia mulai peduli pada anaknya.

Namun Mina masih tidak mahu membuka mulutnya. Dia mencoba yang terbaik untuk menganggap seolah Chaeyoung tidak ada di situ bersamanya.

"Terima kasih sudah melindungiku dari kakakku kemarin. Aku tahu kamu masih mencintaiku.." Chaeyoung belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Mina sudah memotongnya.

"Aku tidak melakukan itu karena aku masih mencintaimu, Chaeng. Ketahuilah bahwa apa yang aku lakukan kemarin adalah untuk melindungi kakakmu agar dia tidak menjadi seorang pembunuh. Bayangkan saja jika kau mati di tangannya kemarin hanya karena aku. Apa yang akan terjadi pada nasib anakku nanti?" Ucap Mina datar dengan tatapan tidak mesra ke arah Chaeyoung.

Mina melihat wajah pria itu dipenuhi plester dan ada bekas obat kuning yang dioleskan pada lukanya yang tidak serius. Bibirnya memar akibat pukulan keras oleh Jeongyeon.

"Jadi kamu menerima perintah dari appa itu untuk menerimaku sebagai suamimu? Mina, maafkan aku. Aku tahu selama ini aku mengabaikan kalian berdua. Makanya aku ingin menikahimu dan berusaha memperbaiki segalanya menjadi lebih baik."

"Tolong katakan padaku, mengapa aku harus menikah dengan orang yang telah menghancurkan hidupku? Apakah dia peduli padaku ketika aku merayu padanya saat itu? Apakah dia ada untukku ketika aku melewati masa-masa sulitku ketika aku membutuhkan seseorang di sisiku? Tolong jelaskan padaku."

"Tidak semua orang begitu beruntung mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya, Mina. Aku sangat ingin berubah untukmu dan anak kita. Aku akan berusaha menjadi suami dan appa yang terbaik untuk keluarga kecil kita kelak. Dan jika nanti kita menikah, maka anak kita tidak akan mengetahui bahwa dirinya adalah anak luar nikah. Dia akan terlahir dalam keluarga yang lengkap, punya eomma dan appa."

"Maafkan aku, Chaeng. Aku rasa aku tidak bisa memberimu kesempatan kedua itu lagi. Aku masih berusaha memaafkanmu. Untuk menerimamu kembali, aku tidak bisa. Dan jika anakku menanyakan kemana appanya, maka aku akan menjawabnya saja kalau appanya sudah meninggal saat dia masih dalam perutku."

"Mina! Teganya kamu mengatakan kalau aku sudah meninggal padahal aku masih di depan matamu. Kamu tidak bisa memisahkan aku dari anakku. Walaubagaimanapun, dia tetaplah darah dagingku. Dia datang dariku."

"Setahuku kau sudah membuangnya sejak kau mengetahui keberadaannya dan sekarang kau mahu mengakui bahwa dia adalah anakmu? Bagaimana jika ini adalah anak dari orang lain? Apakah kau tidak malu mengakui dia sebagai anakmu?"

"Jika dia bukan anakku, lalu anak siapa dia? Anak Jeongyeon hyung?"

"Kalau aku bilang iya, apa yang mahu kau lakukan?"

"Aku tidak percaya dia adalah anaknya Jeongyeon hyung jika dilihat dari ukuran perutmu itu. Lagipula, kapan kalian berdua melakukan itu?"

Yoo Chang Joon dan istrinya sedang berada di lobi Mansion mereka untuk mengantar Yoo Chang Joon berangkat kerja ketika mereka berdua melihat Michaeng di taman tidak jauh dari mereka sedang bertengkar.

When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang