Chapter Twenty Nine

138 12 4
                                    

Jihyo sedang makan malam bersama Nayeon di kondominium Nayeon sambil keduanya ngobrol dan bercanda. Sesekali Jihyo pasti akan menggoda calon istrinya itu.

Ketika mereka sedang menikmati makan malam tersebut, tiba-tiba telepon berdering. Namun Jihyo tidak mengangkatnya sama sekali sehingga mengganggu konsentrasi Nayeon untuk mengobrol.

"Sayang.. Ponselmu berdering dari tadi. Kenapa kamu tidak mengangkatnya? Sejak kapan kamu menyukai Samsung?"

"Itu bukan ponselku, sayang. Makanya aku tidak mengangkatnya."

"Terus jika itu bukan ponselmu, lalu ponsel siapa itu?"

"Itu ponselnya Jeongyeon."

"Eh? Bagaimana ponselnya bisa bersamamu? Lalu ponsel apa yang dia gunakan di sana?"

"Dia masih menggunakan ponselnya yang lama, dan ponsel ini yang dia gunakan untuk berhubung dengan Mina. Aku yakin yang menelepon sekarang adalah Mina sendiri."

"Tapi kenapa Jeongyeon memberimu ponsel ini? Berikan ponselnya padaku, biar aku yang menjawabnya."

"Jangan, Nayeon! Ini adalah amanah dari Jeongyeon. Dia tidak mengizinkan kita menjawabnya saat dia tidak ada disini. Jika Mina tahu Jeongyeon pergi ke London tanpa memberitahunya, Mina pasti akan membatalkan pernikahannya dengan Chaeyoung. Jeongyeon tidak ingin semua itu terjadi."

"Tapi bagaimana kalau Mina yang menelepon kita? Apa kita juga tidak boleh menjawabnya? Sayang.. Mina itu sudah seperti adikku sendiri."

"Jadi, apakah Mina pernah meneleponmu sebelumnya setelah Jeongyeon pergi ke London? Jawab aku dengan jujur, sayang."

"Kamu ini kenapa terus menerus memaksaku untuk menjawabnya sih?"

"Yah.. Bukan itu maksudku. Bukannya aku ingin memaksamu untuk menjawabnya. Tapi bukankah keadaan kita semua akan semakin bertambah buruk jika Mina melakukan hal yang tidak bisa kita duga, iyakan?" Bujuk Jihyo.

"Hmm.. Sebenarnya, Mina ada meneleponku dua hari setelah Jeongyeon berangkat ke London."

Jihyo sudah bisa membaca reaksi wajah Nayeon jika wanita itu merasa bersalah atau berbohong padanya. Nayeon tidak bisa menyimpan rahasianya sendiri. Cepat atau lambat Jihyo pasti akan mengetahuinya juga.

Jihyo dengan sengaja ingin menguji tunangannya itu. Dia hampir saja ingin menepuk dahinya sendiri setelah mendengarkan kata-kata jujur ​​Nayeon.

"Lalu kamu menjawabnya?"

"Tidak.. Aku tidak sempat menjawabnya karena belakangan ini aku sibuk dengan pekerjaanku setelah kepergian Mina. Sebelumnya, Minalah yang banyak membantuku. Dan ketika aku ingin meneleponnya, saat itu sudah larut malam dan aku takut mengganggu tidurnya. Setelah itu aku langsung lupa meneleponnya kembali."

"Huh, syukurlah.." Ucap Jihyo sambil menghela nafas lega.

"Apa yang syukurlah? Kamu dan Jeongyeon pasti ingin melakukan sesuatu di belakangku, iyakan? Kalian berdua itu semakin lama semakin banyak menyembunyikan rahasia dariku, sayang."

"Aku hanya tidak ingin memperumit keadaan. Kamu tahu sendiri seperti apa sikapnya Jeongyeon. Yang diperlihatkan ke orang-orang adalah sosok wajahnya yang tenang. Tapi kita tidak tahu, entah apa yang ada di pikirannya dia saat ini."

"Apakah dia sengaja melakukan itu karena dia tidak ingin menghadiri pesta pernikahan Michaeng nanti karena patah hati?"

"Kamu berpikir terlalu jauh, sayang. Tidak mungkin Jeongyeon mahu melakukan itu. Lagipula yang akan menikah itu adalah adiknya sendiri. Jeongyeon dan Chaeyoung juga sudah saling akur satu sama lain."

When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang