Chapter Five

77 10 0
                                    

(Seoul, Korea Selatan)

Chaeyoung terlihat sedang menelepon seseorang sambil mondar-mandir di ruang tamu rumahnya. Tidak lama setelah itu, orang yang dihubunginya langsung mengangkat telepon tersebut.

"Yeoboseyo?"

"Sana nuna?"

"Oh, Chaeyoung-ah. Ini aku, Momo. Sana tidak mahu mengangkat teleponmu. Pasti kau ingin bertanya tentang Mina, iyakan?"

"Iya, aku sudah meneleponnya berkali-kali. Tapi dia sudah memblokirku, malah di semua jaringan media sosial juga."

"Sejujurnya aku dan Sana juga tidak bisa menghubunginya, Chaeng. Mungkin dia sudah mengganti nomor teleponnya tanpa sepengetahuan kita." Bohong Momo.

"Mina tidak memberitahu kalian? Bukankah kalian bertiga sangat dekat. Maaf tapi aku tidak percaya itu."

"Terserahlah kalau kau tidak mahu percaya dengan apa yang aku katakan. Menurutku itu wajar, dia harus fokus pada kehidupan barunya. Sudah waktunya kau move on, Chaeyoung-ah. Aku dan Sana masih kecewa dengan sikapmu. Kau tahu Mina adalah sahabat kami. Kami menyayanginya dan tidak ingin dia terluka lagi."

"Aku sangat ingin meminta maaf kepada Mina dan kalian juga. Karena itulah aku ingin mencarinya."

"Semuanya sudah terlambat. Seharusnya kau bertanggungjawab atas apa yang telah kau lakukan padanya sebelum dia pergi. Bukannya kau melarikan diri dan meninggalkannya sendirian."

"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk menemuinya dan mendapatkan kemaafannya? Aku benar-benar menyesal."

"Maafkan aku. Aku juga tidak tahu harus berbuat apa untuk membantumu. Mungkin kau harus mencoba meminta maaf padanya sendiri."

.
.
.
.

(Tokyo, Jepang)

Jeongyeon sedang berdiri di balkon melihat-lihat sekitar Myoui Mansion. Udaranya sangat segar dan menenangkan. Dia lega berada jauh dari keramaian dan hiruk pikuk Seoul. Tapi dia juga masih tidak bisa lari dari masalah bisnisnya. Siapa dalang di balik semua ini. Dia harus menyelamatkan perusahaannya kembali di Tokyo agar Jihyo tidak mengalami kesulitan nantinya.

Temannya itu baru saja meneleponnya kemarin untuk memberitahunya bahwa ada rapat dengan perusahaan Park Beom Seok untuk kerjasama mereka. Dan hari ini adalah keputusannya. Sambil menunggu Jihyo memberi kabar, Jeongyeon bermain game di ponselnya sebentar.

Tiba-tiba dia mendengar suara seperti seseorang sedang berbicara sendirian sambil menangis. Awalnya dia mengira itu mungkin hanya dari game yang dia mainkan. Tapi suara tersebut terdengar sangat nyata di kamar itu.

Jeongyeon melihat Mina sedang duduk di hujung kasur dengan kepala tertunduk. Sepertinya dia sedih. Mina tidak tahu kalau Jeongyeon ada di kamarnya. Mina langsung meninggalkan Jeongyeon setelah sarapan pagi ini untuk menenangkan pikirannya. Tapi sepertinya itu tidak mengurangi apapun. Dia semakin overthinking.

"Kenapa aku harus menanggung semua ini sendirian? Menjadi pria itu sangat mudah, bukan? Begitu dia mendapatkan apa yang diinginkannya, dia meninggalkanku. Hiks.. Hiks.. Lalu bagaimana aku harus membesarkan anak ini sendirian nanti?"

"Minari?" Ucap Jeongyeon lembut sambil duduk di sebelah Mina. Mina kaget bukan main karena tiba-tiba Jeongyeon muncul di sampingnya seperti hantu.

"Kamu baik-baik saja?" Lanjutnya lagi.

Mina tidak berkata apa-apa. Dia hanya berdiam diri.

When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang