Chapter Thirty Two

161 23 2
                                    

Saat malam mulai larut, Chaeyoung mendapati dirinya berkeliaran di koridor rumah sakit yang sepi. Langkahnya membawanya ke kamar Mina, dan ketika dia berhenti di luar pintu, mengintip melalui jendela kecil. Apa yang dilihatnya di dalam membuat dia takjub.

Jeongyeon sedang duduk di atas kasur Mina, punggungnya bersandar pada punggung Mina. Mereka berdua sedang berbual, tubuh mereka saling memberikan dukungan dan kenyamanan. Chaeyoung melihat Mina sedang menggendong bayi mereka yang baru lahir dalam pelukannya, ekspresi cinta murni dan kekaguman di wajahnya.

Hati Chaeyoung sakit saat dia menyaksikan adegan itu terjadi. Ia bisa melihat kasih sayang yang tulus antara Jeongyeon dan Mina, kehangatan yang terpancar dari mereka. Itu sangat kontras dengan pernyataan Jeongyeon sebelumnya yang dia tidak mencintai Mina.

Chaeyoung merasakan sentakan di hatinya. Dia tahu dia tidak bisa lagi ikut campur dalam hubungan mereka, dia merasakan sedikit kekecewaan pada kakaknya. Dia bisa melihat cinta yang Jeongyeon miliki untuk Mina, cinta yang dia pilih untuk ditolak demi kebahagiaan mereka.

Saat Chaeyoung mundur dari pintu, dia membuat janji diam-diam pada dirinya sendiri. Dia bersumpah untuk mendukung Jeongyeon dan Mina, berharap suatu hari nanti, mereka bisa mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka dan menemukan kebahagiaan yang pantas mereka dapatkan.

.
.
.
.

Beberapa hari kemudian..

Tiga hari telah berlalu sejak dia melahirkan bayinya, dan anehnya Jeongyeon menghilang lagi. Kegembiraan menjadi ibu diwarnai dengan kekhawatiran akan ketidakhadiran Jeongyeon yang tiba-tiba. Sambil menggendong bayinya, dia memandang ke luar jendela dengan ekspresi khawatir. 

Ketidakhadirannya terasa seperti kehampaan. Seiring berlalunya waktu, kepedulian Mina terhadap Jeongyeon semakin meningkat, mendorongnya untuk mencari jawaban.

Dengan hati yang penuh rasa ingin tahu, Mina mengambil ponselnya, jarinya dengan gugup menekan nomor Jihyo. Jihyo, seorang teman dan orang kepercayaan, adalah satu-satunya harapannya untuk menemukan Jeongyeon. 

"Yeoboseyo?"

"Yeoboseyo, Jihyo-ssi?"

"Oh, Mina-ssi.. Waeyo? Ada apa kau meneleponku?"

"A-aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Karena hanya kau sajalah satu-satunya yang bisa membantuku menghilangkan kekhawatiran di hatiku ini."

"Apa itu? Kau menginginkan sesuatu?"

"A-apakah kau melihat Jeongyeon? Dia tiba-tiba menghilang setelah sehari aku melahirkan Heejin."

"Suaramu bergetar, Mina-ssi. Apakah kau baik-baik saja disana, huh? Kau dan Heejin masih di rumah sakit itu, iyakan?"

"Aku baik-baik saja. Dan iya, aku bersama Heejin masih di rumah sakit ini. Baru sekarang aku berjalan di sekitar kamarku sambil menggendongnya."

"Kau tahu kau tidak boleh berjalan sesukamu, iyakan? Bagaimana jika jahitan lukamu terbuka?"

"Aku lelah berada di kamar ini terus. Aku juga tidak tahu harus berbuat apa."

When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang