Chapter Thirty Seven

137 16 6
                                    

Mina ada di dapur, sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Aroma kopi yang baru diseduh, bersama nasi goreng memenuhi udara, menciptakan suasana hangat dan mengundang. Tidak lupa tiga gelas susu hangat untuk ketiga anak tercintanya.

Sementara yang lain sedang sibuk bersiap-siap untuk berangkat kerja dan sekolah. Mina meletakkan piring di atas meja.

"Ayo, kalian semua turun ke bawah. Sarapan sudah hampir siap, sayang-sayangku! Jeongyeon-ah, Heejin-ah, Ryujin-ah, Yujin-ah.."

"Hore, sarapan! Aku lapar, eomma!" Ucap Yujin bersemangat.

"Yoo Yujin.. Sudah berapa kali eomma melarangmu untuk tidak berlari saat menuruni tangga, huh? Bagaimana kalau kamu jatuh dan terluka? Kamu ingin dimarahi oleh appamu lagi?"

"Jangan khawatir, eomma. Aku sudah berhati-hati."

Mina hanya bisa menggelengkan kepalanya saja ketika mendengarkan jawaban dari sang putri bungsunya.

Heejin dan Ryujin menyusul dari belakang untuk bergabung dengan adik mereka, Yujin, di meja. Mata mereka berbinar saat melihat hidangan lezat di hadapan mereka.

"Selamat pagi, eomma." Ucap kedua anak tertua dari pasangan Jeongmi itu kepada eomma mereka, Mina.

"Selamat pagi, anakku yang cantik dan tampan. Duduklah di tempat duduk kalian. Eomma membuatkan kalian sundubu jjigae, salad buah, dan nasi goreng favorit kalian pagi ini."

"Oh! Apakah hanya Heejin eonni dan Ryujin oppa saja yang cantik dan tampan? Bagaimana denganku? Apakah aku tidak secantik Heejin eonni?" Tanya Yujin yang berpura-pura merajuk karena eommanya tidak memujinya.

Dan tentu saja itu membuat Mina tertawa setelah mendengarkan pertanyaan putrinya itu.

"Hahaha.. Tentu saja kamu juga cantik, anakku. Siapa bilang kamu tidak cantik, hmm? Anak-anak eomma tentu saja secantik eomma dan setampan appa kalian. Ingat itu, oke?" Ucap Mina, tersenyum manis sambil mengusap kepala anaknya.

"Oke, eomma.. Hehehe.."

"Eh? Di mana appa kalian? Dia masih belum turun? Apakah dia masih di kamarnya?"

"Ne.. Mungkin saja, eomma."

.
.
.
.

Saat Jeongyeon bersiap-siap mengenakan pakaian kantornya untuk hari itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia penasaran akan siapa yang meneleponnya pagi-pagi sekali.

Saking penasarannya dengan panggilan yang tidak kunjung berhenti dan tak terduga itu, dia mencapai ponselnya. Dia melihat bahwa sahabatnya Jihyo menelepon. Jeongyeon menjawab dan disambut oleh suara Jihyo yang bersemangat di ujung telepon.

"Oh, yeoboseyo. Ada apa?"

"Wah, uri Jeongyeon-ah. Sudah lama sekali aku tidak mendengarkan suaramu. Kau baik-baik saja? Bagaimana dengan keluargamu? Apakah mereka semua baik-baik saja?"

"Ne.. Aku juga sudah lama tidak mendengar suaramu. Aku dan keluargaku baik-baik saja. Bagaimana dengan kalian semua? Maaf karena aku sudah lama tidak meneleponmu."

"Ah, gwenchanayo. Aku mengerti bahwa kita semua sibuk dengan pekerjaan kita masing-masing."

"Hmm.. Jadi bagaimana dengan perusahaan kita di sana?"

"Semuanya berjalan sesuai dengan keinginanku. Yah, meski begitu, masih ada masalah kecil juga, tapi kau tidak perlu khawatir tentang itu. Semuanya telah diselesaikan dengan baik."

When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang