Tiga minggu setelah Jeongyeon memutuskan pertunangannya dengan Irene, mereka memutuskan untuk tidak bertemu lagi. Bahkan keluarga Yoo dan Chou juga begitu. Sebenarnya Jeongyeon yang mahu melakukan itu. Jeongyeon dimarahi habis-habisan oleh appa dan eommanya malam itu setelah mereka tiba di Mansion megah keluarga Yoo.
Atas kemahuannya sendiri, setelah dia kembali ke apartemennya, dia juga memutuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah keluarganya karena berpikir kalau appa dan eommanya pasti masih marah padanya. Melihat sikapnya yang tsundere, ia merasa bersalah karena telah berbohong kepada keluarganya.
Sementara hubungan Jeongyeon dan Mina masih lancar, atau lebih bersifat tarik ulur. Kali ini Jeongyeon benar-benar mengubah cara dia memperlakukan Mina. Dia berusaha bersikap seperti biasa, terkadang cukup hanya telepon dan mengirim pesan jika diperlukan.
Suasana hening dan hanya suara keyboard yang diketik dengan cepat kedengaran memenuhi ruangan kebesaran Jeongyeon. Ia begitu fokus memperbarui setiap laporan yang dikirimkan para karyawannya untuk ditinjau sebelum disetujui oleh dirinya sendiri.
Kring! Kring! Kring!
Begitu teleponnya berbunyi, dia hanya membiarkannya berdering. Namun jika sudah berkali-kali, ia harus menjawabnya mahu tidak mahu karena itu sangat mengganggu pekerjaannya.
"Appa?"
Tidak mahu appanya menunggu lama, Jeongyeon langsung menjawabnya.
"Yeoboseyo, appa?"
"Hmm.. Bagaimana kabarmu? Kenapa kamu sudah lama tidak pulang menemui appa dan eomma?"
"Aku baik-baik saja, appa. Maafkan aku karena sudah lama tidak pulang ke rumah. Aku pikir appa dan eomma masih marah padaku. Makanya aku diam saja."
"Dasar anak tsundere! Apa kamu benar-benar berpikir begitu? Mana ada orangtua di dunia ini yang tidak marah pada anaknya yang membuat kekacauan di menit-menit terakhir saat mereka hendak menikah. Dia sudah selingkuh di belakang tunangannya sendiri dan menghamili gadis lain. Tidak ada orangtua yang mahu menerima semua itu begitu saja, Jeongyeon. Kami juga masih manusia biasa."
"Sekali lagi maafkan aku, appa. Aku tahu kalau aku bersalah dalam hal ini tapi aku juga tidak ingin membohongi siapapun lagi. Aku sangat mencintai gadis itu dan bukanlah Irene."
"Iya, appa tahu. Appa dan eomma juga sudah membahasnya seminggu ini. Jadi kapan tanggalnya?"
"Kapan tanggalnya apa? Aku tidak mengerti maksud appa."
"Ya ampun, ini anak.. Bukankah kamu sudah bilang kalau kamu ke Jepang sebelum ini karena kamu pergi menemui keluarganya untuk membicarakan soal pernikahan kalian? Jadi kapan kalian berdua akan menikah? Kamu tidak mengenalkan gadis itu pada appa dan eomma. Bukankah dia akan menjadi menantu kami?"
"Oh! Appa serius mengatakan ini? Appa dan eomma benar-benar merestui hubungan kami?"
Perasaan Jeongyeon terharu mendengar kata-kata appanya yang bagaikan sebuah keajaiban.
"Iya.. Semua ini demi kepentingan masa depan anakmu, calon cucu appa. Masa appa ingin membiarkannya tumbuh tanpa keluarga yang utuh. Kalian sudah melakukannya, jadi kalian harus bertanggungjawab. Tapi sebelum itu, kamu harus membawa gadis itu untuk menemui kami dan setelah itu kita akan pergi ke Jepang untuk mendiskusikannya lagi bersama kedua orangtuanya dengan baik."
"Appa dan eomma benar-benar merestui hubungan kami setelah apa yang terjadi? Aku sudah mempermalukan keluarga kita di depan keluarga Chou."
"Semuanya sudah terjadi, Jeongyeon-ah. Apa menurutmu jika kami terus memarahimu, semuanya akan kembali seperti semula? Tidak, kan? Lagipula, kamu adalah anak kami. Seberapapun marahnya kami kepadamu, itu mungkin berasal dari kami yang terlalu berharap agar kamu segera menikah dan memberi kami banyak cucu."
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Rain Falls
Fanfiction"Sejujurnya kau bukan yang pertama bagiku. Orang asing yang tiba-tiba datang menyelamatkan hidupku. Aku merasa berhutang budi atas semua kebaikanmu padaku dan tanpa kusadari aku telah jatuh cinta padamu. Pergilah.." - Mina Sharon Myoui. "Kamu juga b...