Chapter Seventeen

96 19 14
                                    

"TIDAK!" Teriak Irene dengan nafasnya yang terengah-engah akibat mimpi buruk yang dialaminya. Jelas sekali bahwa mimpi itu sangat membuatnya ketakutan. Terlihat keringat penuh membasahi dahinya.

"Hei, sayang. Kamu kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba berteriak ketakutan seperti ini? Katakan padaku." Ucap Seulgi berusaha menenangkan ibu hamil itu. Diusapnya keringat di kening Irene.

"Aku bermimpi Jeongyeon mengetahui bahwa aku hamil dan setelah itu dia memutuskan hubungan kami. Kami sempat bertengkar hebat dan ketika aku mencoba menghalanginya untuk pergi, Jeongyeon secara tidak sengaja mendorongku sehingga aku mengalami keguguran. Aku melihat begitu banyak darah keluar dari selangkanganku. Aku pikir aku bisa mati karena itu. Aku sangat takut."

"Sudahlah.. Tidak ada yang perlu kamu takuti. Aku akan selalu ada di sini bersamamu. Jika Jeongyeon mengetahuinya, itu tidak akan menjadi masalah sama sekali karena aku sudah berjanji akan menjaga kalian berdua selama sisa hidupku, Irene."

"Aku tidak mahu Jeongyeon mengetahuinya! Ugh! Perutku sakit sekali." Ucap Irene merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Perutmu sakit? Kalau begitu, ayo kita segera ke rumah sakit."

"Tidak mahu! Aku tidak ingin pergi ke rumah sakit."

"Tapi.."

"Jangan paksa aku jika kau tidak mahu aku menggugurkan anak ini."

"Baiklah, baiklah. Oke.. Kita tidak akan ke rumah sakit. Kita hanya akan duduk di rumah saja. Tapi bagaimana jika aku meminta bantuan dari temanku? Aku khawatir melihatmu kesakitan seperti ini."

"Jangan! Aku tidak percaya pada mereka semua. Bagaimana jika temanmu memberitahu orang lain? Apakah kau lupa bahwa aku seorang model terkenal? Kau mahu orang lain mengatakan bahwa model terkenal, Chou Irene datang ke rumah sakit karena hamil di luar nikah?"

"Iya, iya.. Aku minta maaf. Aku lupa."

"Huh, dasar bodoh!"

.
.
.
.

Pagi itu, Jeongyeon pulang ke rumah orangtuanya untuk mengunjungi mereka. Mendengarnya ingin pulang, eommanya langsung memasak makanan kesukaannya.

"Eomma? Aku pulang!" Teriak Jeongyeon mencari eommanya saat dia memasuki pintu masuk utama Mansion keluarga Yoo.

"Adeul-ah.. Akhirnya kamu pulang juga. Kamu sudah lama tidak mengunjungi kami. Kenapa tiba-tiba?" Ucap eomma Jeongyeon yang muncul entah dari mana, menyambut kembalinya putra sulungnya pulang ke rumah.

"Maaf, eomma. Aku benar-benar sibuk. Makanya aku sudah lama tidak berkunjung ke sini."

"Berapa lama kamu pulang kali ini?"

"Hehehe.. Besok aku sudah mahu pulang ke apartemenku."

"Tidakkah itu terlalu cepat, Jeongyeon? Setidaknya bermalam di sini selama tiga sampai empat hari agar kita bisa membicarakan banyak hal."

"Aku masih banyak pekerjaan di kantor, eomma. Lagipula, jarak dari rumahku ke sinikan tidak jauh. Aku pasti akan berkunjung lagi. Kalau eomma dan appa mahu berkunjung ke rumahku juga bisa."

"Masa orangtua yang harus pergi ke rumah anaknya sedangkan anaknya sendiri bisa mengunjungi orangtuanya jika rumahnya dekat."

"Iya, iya. Setelah ini aku akan sering datang ke sini untuk menjenguk kalian."

"Atau segeralah menikah dan lahirkan banyak anak agar rumah ini tidak sepi tanpa kalian berdua." Lanjut eommanya lalu menuju ke ruang tamu untuk duduk di sofa diikuti oleh Jeongyeon dari belakang.

When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang