Chapter One

163 12 0
                                    

(Yogiyo Co., Ltd., Seoul, Korea Selatan)

Pagi Keesokannya..

Suara langkah tapak kasut memecah keheningan di lantai lapan saat Jihyo menuju ke ruangan kantor Jeongyeon. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum mendengar jawaban dari dalam ruangan.

"Selamat pagi, Yoo sajang-nim?"

"Selamat pagi, Park chief-nim." Jeongyeon menoleh ke Jihyo sebelum melihat ke arah sekretarisnya.

"Yuna-ssi? Saya mahu kamu membuat janji temu untuk saya bertemu tuan Park Beom Seok secepatnya, oke? Saya tidak mahu melewatkan kesempatan ini."

"Baiklah, Yoo sajang-nim. Saya akan segera membuat janji temunya."

"Oke, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu."

Setelah Yuna keluar dari ruangan Jeongyeon, Jihyo langsung duduk di kursi yang ada di depan pria itu.

"Waeyo? Kau ke sini pagi-pagi sekali."

"Iya. Biarkan aku berterus terang saja. Cabang kita di Jepang lagi punya masalah."

"Apa maksudmu?"

Jihyo menunjukkan file yang berisi semua dokumen terbaru dari cabang mereka di Jepang kepada Jeongyeon.

Jeongyeon tidak mengatakan apa-apa dan memainkan jarinya seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia meraih telepon kantornya untuk memanggil sekretarisnya tadi.

"Ne, Yoo sajang-nim? Ada yang bisa saya bantu?"

"Yuna-ssi? Apa yang kamu sedang lakukan sekarang?"

"Saya baru saja ingin menelefon sekretarisnya tuan Park Beom Seok, Yoo sajang-nim."

"Bisakah kamu masuk ke ruangan saya kembali?"

"Tentu, Yoo sajang-nim."

Tidak lama sebuah ketukan pintu menyapa mereka berdua yang berada di ruangan Jeongyeon.

"Masuk." Ucap Jeongyeon.

Yuna mendekati Jeongyeon dan Jihyo sambil membawa buku catatan bersamanya.

"Ada yang bisa saya lakukan, Yoo sajang-nim?"

"Bolehkah kamu membuatkan kami dua cangkir kopi?"

"Boleh, Yoo sajang-nim. Saya akan membuat kopinya sebentar." Kata Yuna, lalu meninggalkan ruangan Jeongyeon.

"Bagaimana perusahaan kita memiliki hutang sebanyak ini?" Jeongyeon menatap Jihyo sambil mengerutkan keningnya.

"Aku juga tidak tahu. Aku baru saja menerima faks dari pabrik. Mereka mahu kita menyelesaikan semua hutang ini segera."

"Ini terjadi saat kau pergi kesana, Jihyo. Apa mereka sudah menunjukkan bukti pembayarannya?"

"Sudah, wakil presiden HR kita sudah menunjukkan kepadaku bukti pembayarannya dan aku sudah melihat semuanya dengan teliti. Polisi dari pabrik dan tandatangannya juga sama."

"Mereka pasti salah mengira ini. Bagaimana jika kita tidak membayar tepat waktu?"

"Mereka tidak akan memproduksi produk kita sampai kita membayarnya. Waktu akan diperpanjang hingga tiga bulan dari tanggal kita harus bayar. Jika kita gagal membayar dalam jangka waktu tersebut, mereka akan memutuskan kontrak kerjasama dengan perusahaan kita."

"Mwo?! Tapi perusahaan kita sudah lama bekerjasama dengan mereka. Aku ingin kau kembali ke Jepang. Serahkan saja pekerjaanmu di sini padaku."

"Kali ini mereka ingin kau pergi ke Jepang. Aku hanya chief human resources officer (CHRO), remember? Dan kau adalah chief executive officer (CEO). Kau juga sudah lama tidak melihat cabang kita di sana. Lebih baik kau sendiri yang turun untuk melihat apa yang berlaku. Iya.. Sekalian kau memberikan mereka kejutan."

When The Rain Falls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang