(Yogiyo Co., Ltd., Seoul, Korea Selatan)
Jeongyeon sedang membereskan semua pekerjaannya di meja kebesarannya karena setelah itu dia ingin pergi makan siang. Kadangkala dia hanya akan membeli makan siangnya dan kemudian kembali ke kantornya. Itulah keseharian Jeongyeon ketika dia sangat sibuk hingga tidak punya waktu untuk makan. Diselingi Jihyo yang mengatakan bahwa dia harus pergi ke London juga bulan depan, itu membuatnya semakin sibuk dan sibuk.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" Ucap Jeongyeon tanpa melihat ke pintu. Dia pikir itu mungkin sekretarisnya, Shin Yuna.
"Adeul-ah? Apakah kamu sibuk?"
"A-appa?"
"Baru ini kamu kembali ke kantormu? Sampai kapan kamu mahu bersikap seperti ini jika ada masalah? Kamu harus menghadapi masalah itu jika ingin menyelesaikannya secepat mungkin. Jangan biarkan orang lain terkena akibatnya."
"Bagaimana appa tahu kalau aku sudah kembali ke kantor? Pasti Jihyo yang memberitahu itu, iyakan?"
"Iya.. Jihyo menelepon appa tapi itu juga karena appa yang memintanya memberitahu appa jika dia menemukanmu."
"Aku tidak bermaksud melakukan itu pada semua orang tapi aku juga hanyalah manusia biasa yang ingin mencintai dan dicintai."
Kata-kata yang dilontarkan Jeongyeon terasa begitu berat dan menyakitkan hingga appanya bisa melihatnya.
"Kamu ingin pergi makan siang?"
"Ne.. Tapi sepertinya aku hanya akan membeli makanannya saja karena aku ada rapat jam dua siang nanti."
Yoo Chang Joon melihat arlojinya.
"Masih tersisa dua jam lagi dari sekarang, nak. Bagaimana kalau kita ke restoran saja?"
"Aku khawatir kalau aku tidak sempat, appa. Aku akan makan siang di ruanganku saja."
"Jadi kamu ingin mengusir appamu pulang begitu saja?"
"Appa.. Aku tidak mengatakan begitu. Aku hanya tidak ingin pergi ke restoran. Butuh beberapa menit untukku berkendara ke sana dan kembali lagi ke sini."
"Kalau begitu, biarkan appa yang menyetir ke sana dan setelah itu appa akan mengantarmu ke sini lagi."
"Mengapa appa begitu ingin mengajakku ke restoran? Apakah appa ingin mengatakan sesuatu kepadaku?"
"Tidak ada yang penting. Hanya saja appa merasa sudah lama sekali kita tidak makan siang bersama seperti dulu."
"Baiklah, kalau begitu.. Biarkan aku turun ke kafe sebentar untuk membeli makan siang untuk kita berdua dan setelah itu kita bisa makan di ruanganku, bagaimana?"
"Yah.. Harus bagaimana lagi? Tuan Yoo kita sudah bilang begitu. Kita ikuti saja."
.
.
.
."Seberapa besar cintamu pada Mina?" Tanya Yoo Chang Joon tiba-tiba. Jeongyeon hampir tersedak makanannya setelah ditanyai pertanyaan seperti itu.
Dia masih ragu untuk jujur mengenai perasaannya. Jika dia menjawab pertanyaan appanya, kemungkinan besar keputusan appanya untuk menikahkan Mina dengan Chaeyoung akan berubah.
"Sudah tidak ada artinya lagi kalau aku mengakuinya. Dan kalau aku mengatakannya, appa tidak akan mengubah keputusan appa untuk menikahkan Mina dengan Chaeyoung, iyakan?"
"Itu tergantung jawabanmu, nak."
"Aku sangat mencintai Mina. Mungkin jika aku mengingat kata-kata yang pernah kuucapkan pada Jihyo bahwa aku tidak akan jatuh cinta lagi pada gadis manapun jika Irene meninggalkanku. Aku merasa kata-kataku itu telah memakan diriku sendiri. Sejak mengenal Mina, aku mulai jatuh cinta padanya dan aku merasa dia adalah segalanya dalam hidupku. Mina memberiku sesuatu yang aku tidak mendapatkannya saat bersama Irene. Tapi sekeras apapun aku berusaha, Mina tidak mahu bersamaku. Mungkin cintanya masih pada Chaeyoung. Aku menghormati keputusannya. Aku tidak ingin memaksanya, appa."
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Rain Falls
Hayran Kurgu"Sejujurnya kau bukan yang pertama bagiku. Orang asing yang tiba-tiba datang menyelamatkan hidupku. Aku merasa berhutang budi atas semua kebaikanmu padaku dan tanpa kusadari aku telah jatuh cinta padamu. Pergilah.." - Mina Sharon Myoui. "Kamu juga b...