Boss and Secretary - 86

611 68 1
                                    

Di satu sisi Nilaa cukup senang melihat Arthur dan Julian menjadi akrab seperti layaknya keluarga. Namun, di sisi lain entah kenapa dia khawatir. Khawatir kalau apa yang Elena dan Arthur rencanakan adalah untuk memisahkannya dengan Julian. Mengingat betapa cintanya Arthur pada Elena dan betapa terobsesinya Elena pada Julian.

Pukul 1 pagi dan Julian belum juga pulang. Nilaa tidak bisa mengabari Julian karena ponselnya ketinggalan. Dia berangkat pagi-pagi dan belum pulang sampai jam satu dini hari ini. Nilaa bingung dan nama yang muncul hanyalah Flynn. Mungkin Flynn bisa membantu dengan melacak keberadaan Julian.

"Flynn?"

"Eummm, kenapa?"

"Flynn, maafkan aku mengganggumu, aku minta tolong. Julian belum pulang dan dia berangkat bersama Arthur dari pagi sekitar jam 7 pagi."

"Kenapa tidak meneleponnya?"

"Telepon Julian tertinggal di sini, Flynn."

"Kamu tidak menelepon Arthur?"

"Aku tidak punya nomernya. Aku rasa aku sudah memblokirnya."

Hening.

"Flynn?"

"Oke, aku akan mencoba mencari tahu nomor ponsel Arthur lalu aku akan melacaknya melalui nomor ponselnya. Aku butuh waktu, Nilaa. Akan aku kabari setelah bisa melacak keberadaan mereka."

"Oke. Makasih, Flynn."

Telepon mati.

Nilaa mencoba menenangkan hatinya. Dia ingin tahu ke mana mereka pergi. Ke mana Arthur mengajak Julian. Nilaa membuat cokelat panas dan berharap pikirannya menjadi lebih tenang. Sedikit saja.

Beberapa saat kemudian ponselnya kembali berdering. Flynn meneleponnya.

"Ya, Flynn."

"Nil, Arthur ada di sebuah tempat yang dikelilingi pohon pinus. Emmm, sebentar. Aku juga melacak ponsel Elena dan sepertinya mereka berdua ada di sana. Aku tidak tahu itu tempat apa."

"Itu pasti rumah Arthur. Rumah yang agak jauh dari kerumunan orang-orang. Apa Julian ada di sana juga?"

"Mungkin. Aku tidak tahu. Aku hanya bisa melacak Arthur dan Elena."

Nilaa merasa lemas seketika. Apa yang terjadi hingga Julian tidak mengabarinya selama ini?

"Oke, makasih, Flynn."

"Ya, kalau kamu butuh bantuan lagi telepon saja aku."

"Ya."

Nilaa mengambil mantelnya di dalam lemari. Dia hendak menyusul Julian di rumah Arthur. Dia yakin Julian ada di sana. Namun, tepat saat dia membuka pintu Julian sudah ada di sana.

"Julian..."

"Mau ke mana?" Tanya Julian pada Nilaa dengan mata menyipit.

Nilaa tidak tahan untuk tidak meluapkan emosinya. "Mau ke mana? Pertanyaan macam apa itu? Kamu belum pulang seharian. Aku menunggumu dengan perasaan cemas. Kamu pergi dengan Arthur tanpa bilang padaku terlebih dahulu. Kamu tidak mengabariku dan membiarkan aku dengan perasaan khawatir ini. Kamu kemana saja?!" Napasnya memburu.

Julian terdiam beberapa saat. Sorot matanya menandakan penyesalannya. "Maafkan aku, sayang." Dia memeluk Nilaa sebagai permintaan maafnya. "Ponselku tertinggal dan aku tidak bisa mengabarimu. Aku dan Arthur hanya bermain game."

Nilaa melepaskan diri dari pelukan Julian. "Hanya bermain game?" Dia berkata dengan nada penuh tekanan pada setiap patah katanya.

"Ya. Di rumah Arthur."

"Kamu menghabiskan waktumu dari jam 7 pagi sampai jam 1 pagi hanya untuk bermain game dengan Arthur?"

Dengan perasaan bersalah Julian mengangguk.

Nilaa tidak mengerti kenapa Julian bisa se-addictive ini pada game. Tidak masuk akal. Apakah Julian mulai kekanak-kanakkan? Atau ini hanya siasat Arthur yang ingin membuat Nilaa jengah pada Julian?

***

Tinggalkan komentarnya ya ^^ 

next?

Baca juga cerita aku yang judulnya Possessive Boss ^^

Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang